Teratai Abadi
sembari menyembunyikan senyumannya. Bagaimanapun, mereka berdua adalah pasangan suami-istri yang dengan satu da
bukanlah pertemuan yang biasa-biasa saja, a
perjanjian pertarungan yang harus mereka lalui. Perta
mana,
k Gadih. "Bayi perempuan yang-entahlah! Kuras
rintihan kematia
dari bayi i
ang seraya mengusap-usap jenggotnya yang panjang
sepertinya terkait sebuah kepingan tembikar berukir. Kepingan itu bagian
o, "Kerajaan Minanga lah yang m
u yang ak
ata Inyiak Mudo, "sepertinya
kata Inyiak Gadih. "Kepingan
san napas yang terdengar begitu mengutuk keadaan di Tanah Andalas ini. "
kau kata
itu telah memperlihatkan sifatnya yang lain
h kau ju
dengan ringan menjauhi meja terseb
, y
ak
ping-keping terkena pukula
it saja, tubuhnya pasti akan hancur seperti me
itu, Inyiak Gadih pun langsung melesat, sepers
dak langsung me
ng jangkung begitu ringan dalam gerakannya m
i menerjang ke a
h berkali-kali mem
tu pun menghantamkan satu tangannya demi menyo
anak itu j
"Tinju Penghancur Sukma milikmu tidak
e
tahan untuk beberapa saat di udara, tubuh keduanya juga ikut mengamba
jenis tenaga dalam yang berinti panas, Inyiak Mudo pula memiliki in
idak berniat menandingimu, Sabai. Kau pasti
gka!" Inyiak Gadih meli
ng menahan telapak sang istri berdengung kencang. Suara b
ti, yang membuat mereka harus terpisah. Inyiak Gadih seolah memiliki kepribadian g
i sejauh itu, tidak ada satu pun dari mereka yang mau mengalah meski sesungguhnya, Inyiak Mudo tidak mel
ia masih mau meladeni sang istri dengan mendatangi kediamannya di Bukik Siriah ini, tidak lain karena kerinduannya sendiri t
sekaligus dan Inyiak Mudo pula melesatkan dua tinjunya demi meredam kedahsyatan
h-t
melepas satu kesaktian yang tidak dimiliki oleh istrinya. Kabut tipis membersit