Teratai Abadi
Puti Bungo Satangkai untuk tidak berlatih dan mendengar apa yang i
do menceritakan semua hal terkait den
asygul. "Aku bahkan tidak tahu siapa anggota keluargamu. Hanya ini satu-satun
bikar yang berbentuk satu kelopak bunga teratai itu. Ingatannya kembali pada saat
bil
itu menerima kepingan tersebut. Ia menggenggam erat kepingan
dung yang diceritakan oleh pria sep
rlakukan ibuku yang tengah ham
hela napas begitu dalam. "Kau sudah tidak mungki
suka menemani Iny
ahun ini kau telah menemaniku di sini. Kau menjadi penengah kemelut di an
tidak melaku
an, namun lebih banyak lagi yang tidak meski sudah berusaha dengan segala cara. Kau gadis yang baik, Anakku
. Aku pasti akan meng
untuk mencari penyebab semua perkara itu, tidak pula memintamu untuk membalaskan dendam andai memang ibumu mati akibat u
adi, Inyiak?' tanya Puti Bungo Sata
berulang kali itu jelas menyatakan ada sesuatu yang sa
g sangat tajam," ucap Inyiak Mudo. "
ada apa s
ersenyum dalam helaan
lah,"
yia
kata Inyiak Mudo, "aku seolah merasa
gan berkata
tak menentu. Semakin ke sini, aku semakin dapat merasakan tajamnya pedang Dewa Kema
denganku bila Iny
yang bisa aku ajarkan padamu. Kau pasti bisa menjaga dirimu kelak. Pulau kecil ini bukanlah te
lesu, tatapannya kembali tertuju pada kepingan tembikar di pangkuanny
Segala hal di dunia ini, kau tidak harus mengetahuinya, ti
i al
beban yang sangat berat yang sekarang ia tanggung. "Tetap dengarkan apa kata hatimu, jangan biarkan pikiran da
ak berkata seperti ini saja, aku
ku, Nak. Kau tidak berutang apa pun padaku, tidak pula pada dunia ini. Hidup
ngan kepingan
ejadian yang menimpa ibumu. Selebihnya, apa pun pilihanmu nanti, kaulah yang akan bertanggung jawab sepenu
yiak akan
mbuat Puti Bungo Satangkai menjadi tersipu malu. "Meskipun kau bukan darah dagingku, tapi aku dan
gi, ia menyimpan kepingan itu pada
uk a