Teratai Abadi
but, "Kabut Kahyangan!" tapi gera
nyiak Mudo yang tahu-tahu tela
e
u totokan di pangkal lehernya. Bersamaan dengan itu ia jatuh,
p dan menggendong sang istri hing
dalam mata sang istri yang justru
bali ke dalam goanya. "Sesuai perjanjian, aku akan bertarung
atu yang juga ada di dalam goa tersebut, Inyiak M
"di lima tahun mendatang. Dan selama i
Sesaat ia berdiri mematung di mulut goa, menghela napas dalam-dalam. Dan
*
n perhitungan akan lebih aman melewati jalur itu di malam hari. Tidak akan ada manusia yang mau berkeliaran malam di lemb
ngai di dasar lembah yang bening lagi seju
ku menyempatkan diri untuk minum terlebih dahulu di goa itu." Seje
titik. Mungkin sedang terjadi kebakaran
. Tidak ada yang harus ia takutkan di sana, kalaupun nanti harus bertemu dengan Inyiak Tuo Ba
ungai itu, Inyiak Mudo kembali melanjutkan langkahnya. Ia
permukaan sungai. Rambut dan jenggotnya riap-riapan seiring laju tubuhnya itu.
h kelapa yang jatuh dari tampuknya, atau bisa pula buah nangka yang
a satu kes
i lembah sangatlah gelap, namun dengan mata tua
amnya di hati dan ia
rat dengan tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Tatapannya kini tertuju pada gerakan yang sangat-s
mi melihat sesuatu di depan matanya. 'Apa yang telah te
olon
a yang beberapa saat yang lalu telah diperkosa oleh Darna Dalun
atah, begitu juga dengan satu tangannya sementara
arah di hidung yang patah, dan di mulut dengan bibir yang pecah, Iny
angan wanita muda yang adalah istri dari
pu melihat semua itu di tengah kegelapan mala
seorang yang sedang berdiri di hadapannya itu adalah manusia ataupun jin penunggu lembah i
r terhempas ke tanah seiring nyawa
ati seraya mendekati tubuh yang telah kehilangan nyawanya it