MISTERI KAMAR ADIK PEREMPUANKU
dari kertas bil supermarket itu. Ada sekitar 1
hingga habis, detak jant
utinggalkan pekerjaan itu dan langsung menelepon M
munikasi elektronik itu d
i kantung celanamu?" sentakku saat telepo
sangat cepat, karena tak sabar ingi
di seberang sana. Sampai kutekankan se
as
tu punya temen aku. Maksudnya, emang aku belanja tapi pakai uang temanku. Kemarin dia niti
i saja, aku tidak ingin nampak
er, Mas!"
"Asli, itu punya temenku, kok!
anya mulutku sudah semakin terkunci,
eo. "Ingat ya, Mas! Hal yang tidak bisa dimaafkan dalam rumah tang
kasar, menahan isi kepalak
m pikiranku semua kata-kata d
aat memegang tangan Ema, adikku sendiri. Meski belum tahu
u tidak ikut hadir
s melanjutkan pekerjaanku sebelum si bo
rserakan. Sesuatu yang membuat aku terasa cepat sekali lelah. Namun aku t
*
a melenggang masuk ke dalam rumah, kulihat seorang pria membuntutinya
siapa gerangan
Pria itu lekas membuka sebuah tas berisikan barang-bara
dengan cermat, kalau pria
ya. Namun usai semua pengerjaan pembetulan pin
risikan jam branded dengan war
jam ini. Menurut
ik jam itu. Bukan karena aku cemburu sebab adikku memiliki barang bagus yang masih baru. Melainkan aku merasa n
n barang yang ada