Suamiku Konglomerat Bangkrut
" sentakku berbisik, walaupun begit
manisnya sembari ikut membantu
ng menatap satu sama lain. Mata Marcel yang tak goyah menat
l itu teman suamiku, sadarlah Ayu!" ucapku dalam
" tanya Marcel ters
tuk keluar dari kamar. Aku menutup pintu kamar rapat-rapat dengan ja
Ayo aku antar ke depan," ucapku dengan ce
apku dari belakang, menghirup dalam-dalam a
cel
u kudukku merinding. Lelaki yang menyentuhku hanyalah Jovan, mend
lu," cicit Marcel yang
juga men
ngannya dengan nakal memanjat perutku, mencari-cari titik se
luan Marcel, aku ini sudah bersuami. Apa pantas kamu melakuk
sedih melihat aku yang memarahinya. Seketika
malam. Lebih baik
ipis menatapku dengan lembut. "Iya, maaf ya.
tidak mau berpikir lebih. Aku hanya men
pulan
i-ha
pintu mobilnya, tiba-tiba aku te
ang sangat membuatku penasaran. Mungkin jika aku tanyakan,
ini? Kenapa kamu seolah seperti
erani untuk menyentuh tanpa seizinku. Namun, bukannya menjawab Marcel justru berkata, "Jika kamu mau jawa
aju membelah keheningan mal
Haruskah a
untuk melihat keadaan Jovan. Berantakan. Kata itu mun
u yang paling tahu seberapa Jovan mencintaiku, tetapi lelaki itu masih kekanakkan sehingga
ngeluh akan tingkah Jovan. Hari-hariku aku habiskan berbelanja dengan kedua
ti pakaiannya. Jovan termasuk orang yang susah untuk terbangun dari tidur
edikit lelah karena ini sudah
engan erat. Aku diam-diam tersenyum melihat sikapnya yang seperti anak keci
h. Aku yakin itu hanya perasaan sesaat saja, hatiku tetap mencintaimu." Ku kecu
itu saat Jovan mengajakku menikah. Sebenarnya pun kali ini bukanlah perten
u .
belum punya apa-apa. Namun, rasanya aku sudah terlalu lelah untuk berjuang sendiri di dunia yan
Jovandi padaku yang baru
tiba? Kita kan mas
ku ingin menikah, aku ingin setiap hari bisa melihat
ntuk langsung beranjak ke jenjang yang serius. Kami juga masih sama-sama mud
u masih sedang sibuk membuat skripsi. Apakah keputusan yang tepat untuk
ku bisa memenuhi semuanya, aku adalah kesayangan keluargaku. Jadi, apa yang aku
begitu mencintainya, kata-kata yang dia ucapkan membuatku goyah pada prinsipku. Banyak
yang tajir melintir itu banyak diperbincangkan masyarakat terkait bisnis real estatenya
njadi wanita paling beruntung karena menjadi istri dari anaknya Brata Wicaksono. Hidup kamu aka
at aku bimbang. Aku yang saat itu tergoda akan p
direbut wanita lain, jadi mari kit
an bicara dengan ked
h milik orang tuanya. Kini aku sedang memikirkan bagaimana aku memberi tahu kedua orang tuaku. Berbeda den
ovandi. Benar bukan? Dari pada lelah bekerja menjadi guru yang gajinya tidak seberapa,
bisa mampir, aku ada urusan dengan teman
idak apa-apa. Hati
dan pergi ketika aku turun dari mobil. Aku mema
pada ibu dan bapak yang t
an nggak mampir, Yu?
rlu." Aku menyalami mereka
u bicarain, Pak,