Suamiku Konglomerat Bangkrut
Suamiku yang sudah siap di teras rumah menungguku yang sedang me
bertahan di gaya hidup sebelumnya. Semasa Suamiku masih menjadi anak ko
n semuanya. Ayo kit
rik? Kan kita pergi nggak nyampe sehar
n kehidupan glamornya. Kemiskinan yang kita alami tid
membantu sedikit dengan tidak menghambur-hamburkan uang dan berhemat menggunakan listrik. Setidaknya jika kamu belum
endah diriku. Aku tahu, setiap aku membahas masalah finansial dengan suamiku ini dia dengan mu
aya kehidupan kita sehari-hari? Lagian sejak menikah kamulah pelaku yang menghabiskan seluruh hartaku. Kini ketika keluargaku
g yang pernah aku beli sejak masa kejayaan keluarga Wicaksono masih tersimpan dengan rapih di kamar koleksiku. A
miku sendiri. Di mana Jovan penyayang y
k. Kami sama-sama terdiam sampai tiba di rumah keluarga Wicaksono yang sudah tidak semegah dulu. Rumahnya
lah tipikal temperamental jika keinginannya diprotes atau tidak terpenuhi. Jujur saj
sayangan Mama!" seru Ibu
sesuka hatinya tanpa memedulikan sopan santun. Namun, karena Jovan adalah an
g ke keluarga Wicaksono adalah menjadi pemeran figuran dan sosok yang menjadi topik utama ketika membaha
gaimana kabar kamu sekarang?" tan
menurutku. Dia tidak pernah mengejekku seperti anggo
aku, aku memanggil Angel dengan sebutan kakak kare
arku
memanggil Angel dengan tiba-tiba. Sont
ik. Jovan dan para lelaki sedang bercengkrama satu sama yang lain. se
ah aku s
yang disengaja ini. apakah ini benar salahku yang dengan berani mema
ovan menikah dengan Perempuan itu keluarga kita jadi bangkrut! Mamah nggak mau kehidupan kamu yang
ku mencelos tak berdaya, ucapan Jessica bernada keras dan nyaring. Aku tahu J
akukan? Menerima penghinaan ini dengan lapang dada? Tuhan, dahulu aku diam saja karena mereka memenuhi kebutuhanku. Namu
Aku nggak enak badan," katak
ku di acara ini. Padahal hanya pertemuan rutin k
ng? Lagian, cuman nggak enak badan mah tahan aja sampe nanti ac
arus pulang bersama Jovan. Apa Jovan tidak merasa kasihan padaku? Apa telinganya
skin emang semuanya nggak tahu diri. Dulu aja, pas keluarga kita masih jadi konglomerat, kamu pulang
gah acara, di mana semua orang bisa mendengarnya. Aku tertunduk d
. Aku terpojokkan sendiri, tanpa ada yang berniat membantuku. Ba
di acara ini." Aku berani menyuarakan pendapatku, walau sebenarnya meman
yang nggak bisa apa-apa. Cuman seorang guru dengan gaji kecil, sukanya morotin ha
k-injak. Aku memilih pergi meninggalkan ruangan itu, persetan pulang jalan kaki, lebih baik dari pada berdiam diri
r Van?" tanya
lah, aku cap
u dengar dari mulut suamiku sendiri. aku t
R
ambil mengusap air mata. Cobaan apalagi, Ya Tuhan. A
berat lelaki itu dengan senyum maskulinnya.