Unexpected Romance
ang make up. "Kamu benaran bakal menyuruh aku yang menemui pak Jingga sendiri
gan hari ini," ucap Flora. "Tetapi janji deh, Mbak. Habis dari kampus aku bakal menyus
itunda, ya?"
sa atau konsekuensinya aku
a sedikit kaget. "Ya sudah, k
raina. "Terima kasih sudah mengerti deng
t's oke, Flo. Aku sudah terbiasa menghandle semuany
ngan pecat aku, ya," ucapnya dengan nada
ar-benar akan memecatmu," ancamnya. Merasa risih saat menda
k, "See you,
at Xeraina sudah mencari-cari barang untuk menimpuk
*
. Perjanjian awal mereka yaitu pukul sembilan pagi, t
ina sambil mengaduk-aduk
elakang. "Maaf, aku terlambat." Pria itu datang dengan
a," balas Xeraina
bisa menutupi rasa penasarannya akan keberadaan Flora. Se
imbingan di kampus hari ini. Jadi, ngg
lah, pemotretannya dimulai besok. Busana da
mengangguk t
aikan untuk keperluan dan brand apa saja yang akan dipr
toran, bagaimana kalau sekali
tapi kemudian tersadar kalau masih ada pemotretan hari ini yang tempatnya lumayan jau
, lain kali ya, Pak. Aku masih ada jadwal pemotretan hari ini, tak
ngan cepat merubah raut wajahny
wa mobi
gga kini benar-benar
ga mengantarnya sampai di parkiran, bahkan t
kemudian di buka perlahan oleh wanita itu. "H
obilnya keluar dari pelataran parkiran. Masih tidak bisa mempercayai, ka
*
ang tampak sedang berbincang dengan beberapa crew mengenai banyak hal dan sibuk sekali. Flora juga ada di s
era dan mencoba berbagai filter yang akan digunakan
i ini." Shandy berseru agar semua c
n. Shandy sedang mengintip melalui filter kameranya, entah mengamati apa. Pencahayaan diubah menja
ereka. Berbisik pada Shandy yang dibalas anggukan, kemudian
ukan pemotretan ini." Shandy berseru, menginfokan kepad
udah lama mereka tidak melihat bosnya memegang kamera, tapi tidak ada yang bisa mera
kenal sebagai fotografer handal yang tidak bisa lagi di ragukan akan kemampuannya. Namun, dua tahun yang lalu dia berhenti tanpa ada yan
asan seorang Jingga kembali memegang kamera. Jingga tiba-ti
pa jasnya dia berikan pada Flora? Apakah mereka sudah sal
suatu, musik atau bantuan lainnya untuk menemukan pera
gala pertanyaan yang menumpuk dala
senyum pua
spresi ataupun posisi yang dia ingin Xeraina lakukan. Wanita itu tampak cantik
Jingga sementara tangannya t
Walaupun pujian semacam itu sudah sering dilontarkan oleh seorang fotografer
ngah melingkar di atas kepala, memamerkan kalung di lehernya, serta gelang dan cincin di tangannya. Seme
ing Xeraina, yang secara otomatis Xeraina memiringkan wajahnya dan sekali l
ati kameranya. Beberapa penata rias segera masuk ke teng
kan handuk kecil serta satu botol air mineral, yang diterima oleh pria itu dengan senyuman dan ucapan terima kasih. Tidak ada yang m
tinya. "Mbak Xerai
ina lantas berdiri meninggalkan Flora yang han
*
kan Nathan sedang bercakap-cakap dengan Fl
lalu kembali melanjutka
pikir kamu sibuk
an dengan tempat pemotretan dan hasil
l tempat di samping Jingga da
.." ucap Xeraina sambil m
ya juga. Kamu terlihat
pria ini sedan
kat wajahnya. "Oke, bagaimana
Namun kemudian dilihatnya pandangan laki-laki itu
kita," seru Jingga sekali lagi
Oh iya, Mbak Xera. Aku pamit pulang d
jawab, namun kembali dipoto
"Sedikit," balasny
," putus Jingga tiba-tiba hingga Xer
sistenku. Nggak akan ngaruh kalau d
ah berkontribusi banyak dalam proyek ini. Jadi
, "Tetapi dia asistenku
a s
m bersama tanpa saya, Pak. Sudah seharusnya kalian m
ntarkanmu pulang." Jingga menutup lap
aya. Oke! Fix, mereka berdua punya
sendiri!" bala
gi. "Ini sudah malam, kamu tidak bisa
naik tax
i kata panggilan dengan nama s
keduanya. Sedangkan kedua orang itu tetap mel
a tiba-tiba, membuat Flora d
alu berlalu tanpa peduli tatapan mata Jingga