Dosa Termanis dengan Calon Iparku
gai jaminan, seperti yang dimaksud oleh Kai. Bukan dia yang meminta Kai untuk melunasi utang
i meminta Safira untuk mencicilnya itu tidak masalah, sebab biar bagaimana pun utang tersebut adalah
da niatan untuk membuka mulutnya. "Kenapa
ndok bekas mengaduk kopi dengan kasar, lalu menghampiri Kai. "Yang kamu minta seb
ras, gak mungkin gue ada di sini. Gue pasti udah du
gak bisa apa, bersikap sopan sama dia
lam ke apartment-nya. Dia justru merasa terganggu dengan ucapan Safira yang meny
pada orang yang membuat hidupnya seperti sekarang-meras
a berkacak pinggang. "Kamu gak mau bantu kakakmu yang susah payah terusin bisnis kelu
ada orang yang mencampuri urusannya. "Mau gue pulang atau enggak, itu bukan urusan l
seenaknya. "Ngomong sama kepala batu memang gak ada gunanya, ck!" ketus
tarik oleh Kai, sehingga spontan tubuhnya bertub
ngan Kai yang membelit pinggangnya. "Kamu gak bisa giniin aku. Lepa
ngapain elu," ujar Kai mengingatkan. "Lagian, lu itu tinggal nurut aja apa
r Kai di perpotongan lehernya. "I-ini salah! Ini gak boleh!
i sudah sangat keterlaluan. Safira benar-benar tidak ta
ingin menggertak perempuan ini. Akan tetapi, sifat Safira yang sok jual mahal, just
sangat menyenangkan bila dia bisa mendapatkan Safira terlebih dahulu sebelum Arkana menikahi
ang dimiliki Kai. Safira sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Mun
Lalu dia pun berpikir, jika Safira sama saja dengan perempuan
rtindak jauh. Safira menajamkan tatapannya, seraya
memang gak punya apa pun untuk melunasi utangku, selain kehormatan yang kujaga
yang mengalir di pipi Safira, membuat kaki Kai mundur dengan sendirinya. Maniknya menatap nyalang wajah Safira yang dipenuhi amarah
ingin terlampau jauh memikirkan
lalu bergeser menjauh, da
bil menenggak botol air yang baru saja
ah terpaku, tak bisa digerakkan.Yang bisa dia lakukan hanyalah berjongkok,
ngembalikan botol ke dalam kulkas, dan menutupnya dengan kasar sampai menimbulkan bunyi ya
dang Safira yang terus saja menangi
mengencangkan tangisannya. Apa yang baru saja terjadi
*
adik dari Arkana itu tidak membuatnya harus bolak-balik ke apartment, dan melakukan pekerjaan layaknya seorang pembantu. Safira pa
ir
ira kenal sontak menghentikan langkah ka
Arkana yang tersenyum lembu
atikan kedekatannya dengan Safira. Arkana justru merasa senang dan ban
a Arkana, yang sekilas memerhatikan kegugup
sambil menatap jam tangannya
SPG dengan gaji yang minim. Seandainya Safira menerima tawaran pekerjaan yang pernah ditawark
sungguh tidak
a,
ya? Udah terlambat soalnya
malem kita pulang bareng. A
Nanti aku
t anggukan dari Arkana. Melanjutkan langk
unda karena melihat Safira. Pria berjas biru muda itu akan pergi ke
*
n langsung pergi menuju cofee shop di mana Arkana sudah menunggu. Tempat itulah yang menjadi saksi pertemuan p
kaan calon istrinya itu. Mereka makan malam sambil mengobrol seperti biasa. Men
i yang tidak mau pulang. Pria itu juga mengeluh, dan mengatakan
penuhnya ngerti sama apa yang Kai mau. Tiga tahun ini dia jauh dari kami. M
tengah dihadapi tunangannya. Namun, dia cukup prihatin
sakan kebahagiaan secara utuh. Entah dosa apa yang dilakukan oleh ayahnya Arkan
i yang gak mau pulang. Aku jadi ingin tahu alasan di balik penolakan adik kamu. Aku pikir, masalah yang menimpa keluarga ka
ntar lagi kamu akan jadi bagian keluargaku." Dia meraih tangan Safira,
lebih baik gak usah, Mas. Gak baik j
tersenyum, dan sudah bersia
dengan anggukan kepala. Sebisa mung
ama sekretarisnya," ungkap Arkana dengan gamblang, lalu meng