Dosa Termanis dengan Calon Iparku
h Kai setelah menggiring Safira masuk ke Bar, dan mengajaknya ke ruangan VIP. Pemuda
seperti Kai. Dia kesal, tetapi tidak bisa protes. Untuk apa Kai jauh-jauh
bilang kalo ada urusan bentar. Nanti gue balik lagi ke sini. Elu tenang aja." Dia pun melihat j
Safira supaya segera masuk, sebab dia sudah ditunggu oleh seseorang di rooftop te
segera berlalu dari hadapan Safira. Dari kejauhan telinganya pun
rlebihan. Dia sengaja membuat calon kakak iparnya itu jengkel, dan paham ak
jang warna hitam. Lorong yang dilewati cukup sepi, karena di jam sekarang Bar tersebut belum terlalu ramai, dan akan berop
h ada meja kaca berbentuk bundar yang di atasnya ada dua botol minuman, empat gelas berkaki tinggi, serta beberapa macam
puluh tahun melambaikan tangan ke arah Kai yang berjalan mengham
ut mesra di lengan Kai, dan mendapat kecupan di pipi. "Tambah gan
adis-gadis di sampingnya. Sebagian dari mereka
ia berjas hitam tersebut, lalu menarik pinggang wanitanya supaya duduk di pang
engan agresif mengalung di pundak Kai, posisinya miring ke sa
saya?" tanya pria yang sam
sahut Kai sambil merogoh ka
ut. Kebosanan membuatnya memilih keluar dari sana, dan turun ke lantai bawah. Saat tiba di
Teman Safira yang tengah menyapukan kuas blush on di pipi sampai menghenti
sedia di meja, dan membukanya. Dia minum terlebih dahulu, setelah itu lalu menj
?" Perempuan berpakaian kurang bahan yang sib
impal salah satu dari mereka yang sama-s
ereka. Kenapa semua temannya terutama perempuan
zonk!' Safira mencibir Kai dalam hati sambil mengambil ponselnya da
umamnya dengan wajah sendu, kemudian m
, tapi kamu masih jalan sama adiknya. Gila kamu!" Satu dari merek
l kasih tau Mas Arkana. Bisa gak jadi nikah aku sama dia," cicit Safira, mengurut p
impanya. Antara mereka tidak ada rahasia apa pun. Bisa dika
a bernama Anya. Dari mereka, cuma Anya yang
nan, tuh, utang gak bakal lunas," sahut Safira
menyeru, "Eh, denger-denger dari bos,
alo ngomong yang bener, Lit. Utang Bapakku jumlahnya gede. Mana se
t dari jumlah total sebenarnya. Belum lagi ada bunga yang hampir setiap hari berta
itu Pak Bos ngomong sama si Farhan," ungkapnya dengan raut
r? Emang Pak Bos gak ngomon
mpali. "Iya, Fir. Haru
at. Seingatnya, terakhir kali dia mencicil itu Minggu lalu. "Pak Bos gak bilang apa-a
asnya baru k
uga, si
n, Fir? Kalo Mas tunanganmu gak mungkin.
a. "Mendingan aku tanya aja, deh, sama Bos." Tak mau capek-capek
ja sama Bos," kata Lolita, d
nya ke dalam tas, lalu berdiri. "Ya