Dosa Termanis dengan Calon Iparku
r dari mulut Arkana. Fakta yang kemungkinan akan dia
tidak
har
l perseli
emua itu bukanlah urusannya. Semua aib atau masalah tersebu
lan akan menjadi bagian dari keluarga terpandang itu. Jika t
terlihat akrab. Kai selalu menjaga jarak dengan Arkana. Tak pernah sekali pun
negeri. Namun ternyata, pemikirannya salah. Arkana mengatakan kalau adik satu-satunya itu tidak tingg
rumah sederhana sang kekasih, Arkana tak pernah mau berlama-lama berada di sana. Alasannya tentu kare
ukup padat. Sebagian besar orang-orang sekitar dapat dengan mudah melihat apa yang terjadi di rumah yang letaknya saling berd
amit seperti biasa, memberi kecupan singkat di kening Saf
Keadaan di sana agak sepi karena para tetangga sudah berada
tru teringat Kai. "Kalo Mas gak sempet, gak pa-pa, kok. Gak usah jemp
ggung tangan. "Kalo gitu, terima motor pemberianku,
k menggeleng. "Gak,
enapa kamu gak pernah mau nerima pemberianku?" tanyanya yang entah sudah ke berapa kali. Selama berhub
pusat perbelanjaan. Melainkan, karena aku sungguh-sungguh mencintai Mas. Aku gak mau di
n mana yang tidak bahagia mendapatkan sosok laki-laki yang sempurna seperti Arkana. Kaya, ganteng, terpandang, u
n Arkana yang terkadang terbilang sangat mahal. Lebih dari tiga kali Arkana memaksanya untuk menerim
a menghela napas panjang. Saking gemasnya, dia sampai mencubit ujung hidung
aku udah pernah nolak. Ngapain masih dipaksa. Mending motor
rgerak ke kanan dan ke kiri. "Kamu b
ira mengedik. Tak mau memper
Safira yang lumayan luas untuk sekadar parkir. Gang perkampungan tersebut ju
n yang sudah biasa mengantar jemputnya. Safira bergegas masuk ke ruangan khusus yang sudah tersedia untuk para pekerja
empat merasa risi sebenarnya karena dulu dia belum terbiasa dengan penampilan yang bisa dikatakan sangat men
tawaran job di luar pekerjaannya. Contohnya menemani tamu hidung belang chek-in di hotel. Tentu Safira menolak keras
ayarnya setiap dua minggu sekali dari upahnya menjadi pemandu karaoke. Upah
an beberapa lembar uang di meja kerja Danis hasil keringatnya di Bar
itu ke Kai bukan ke saya. Kan, dia yang lunasin utang-u
. Dia kesal karena harus berurusan dengan Kai. "Hmm ...
dah tau 'kan apartemen-nya Kai?" Danis melipat t
kir sebentar, lalu mengangguk. "Baiklah. Saya kasih ke orang
" Danis m
Danis. Setelah dari sini, tujuannya adalah apar
rtment Kai. Sebenarnya, bisa saja dia memberikan uang itu besok pagi. Akan tetapi,
benernya dateng kemari malem-malem," gumam Safira terlihat malas. Tangan kanannya
ingga pada akhirnya dia memutuskan untuk melanju
pascode dengan lancar sebab deretan angka
kakinya ke dalam. Sepi. Tidak ada tanda-
setelah menutup pint
pemiliknya. Unit terseb
Langkah Safira terburu-buru, mengecek satu p
a menghela napas panjang. "Aku penasara
dengan kunci yang tak sengaja dia temukan di
k bisa menggunakan kunci di tangannya untuk membu
ok dia kembali ke sini. Sebelum pergi, Safira mengembalikan kunci itu pada tempatnya semula.
getuk-ngetuk botol air minum. "Tungguin benta
r sekalian saja. Sepuluh menit, sampai tiga puluh menit kemudian Kai ta
Aku pulang aja, deh!" Dia menutupi mulutnya yang
tan melangkah mundur karena ada seseoran
endapati Safira berad
ak tangannya menjadi dingin melihat
pan Safira, menuju dapur. Dia berjalan sempoyongan, dan a
sahut Safira sudah bera
alu berbalik. "Elu mau bayar uta
mplop cokelat dari dalam tasnya, Safira menyodorkannya ke Kai. "Ini. Biasanya aku nyic
itu emang cewek bego! Dikasih yang gampang dan instan malah milih yang su
serah kamu mau nerima uang ini apa enggak." Dia meletakkan amplop tersebut di m
ak terlalu lama berada di dalam satu ruangan bersama Kai. Namun,
lu menahan siku Safira. "Fir!" Lalu membalik
tidak? Jika saat ini Kai mengunci pergerakannya, mendorongnya pada d
r-benar terjebak kar
ambu