Kisahku Berakhir Di Pusara
n itu, berarti kami sekeluarga tidak menganggap ia sebagai ke
rjadi. Menurut aby, aby tak mau hubungan kekeluargaan antara kami dan kak Dewi
ah jodohin Dewi, dengan Alfa
h, untuk aby dan memanggil ummi untuk umm
ekeluargaan kita, tidak semakin
i dan Alfa menikah 'kan, bah!" ucap
pa permasalahan yang terjadi, hanya diam memp
yang diributin?" ta
orang dewasa!" jawab mbak Nisa, sambil me
asa ya, Mbak?" tanyaku
bicara banyak, mbak N
Kita ke kamar aja, yuk!"
penurut, mengikuti saja ajakan
ujung tangga lantai dua rumahk
k...
nak pela
yang dimaksud aby anak pelacur? Aku nggak ta
awah, mbak Nisa langung menutup
t, buruan masuk kam
egugupan dari mbak Nisa, karena telapak tangann
nah melihat perdebatan atau pertengkaran dalam keluarga kami. Dan ini,
" batinku. Tapi sudahlah, nanti juga aku
Dewi
k oleh keluarga dari ibuku, bahkan aku meman
tapi aku hanya seolah merasa tak dianggap saudara s
ing bertambah usia, aku mulai mengetahui jika kami ternyata tak satu
-satunya. Tapi, sejak kecil aku dirawat oleh ibu. Walau bukan
i alasan semua saudarak
g penting ayah sama
i kota P. Sementara ayahku tinggl di kota S. Di sa
ahnya turunan dari abah, dengan mata belo dan hidung mancung, dan berkulit kuning langsat,
seorang kakak, dan bisa merasakan menjadi seorang adik.
jah yang turun dari ummi, yang otomatis berwajah tampan ber
, tapi karena tubuhnya yang bongsor, m
n saudaraku se ayah, aku jadi anak bungsu. Jadi dengan Alfa
ara cowok pada masa itu, membuat Alfa lebih dekat denganku, ket
aku pernah mengalami pelecehan, di saat us
itu
kit! Kalau kamu malas di rumah sendirian, lebih baik ka
nginap, Yah
tempat Abang aja, ya? Biar Ibu gak kepikiran,
imana sinis dan bencinya ia padaku, tapi karena tak ingin memb
api berangkatnya nanti ya, Bu. Habis maghrib, aja?
terlalu malam ya,
pku sambil mengangkat ta
njadi anak pada, usiaku! Manja dan merengek jika meminta sesuatu. Tapi jik
e rumah abangku, yang hanya berjar
a, terlalu malas bagiku untuk bercen
arganya, yang masih menikmati tontonan dari televisi, karena saat itu belum
sa ada yang mengerayangi tubuhku. Aku sontak bangun. Dan alangkah kagetnya aku, saat melih
mut. Aku tak putus asa, aku masih berusaha meloloskan diri dari kungkungnn
embuat aku akhirnya punya akal, dengan sekuat tenaga aku
sampingku, sambil meringis memegang h
" ucapnya
a yang akan aku lakukan padanya, mak
nya yang besar, dia bis
ya, bi
gkan aku yang saat itu masih duduk ke bangku sekolah
n aku masih terbilang kecil, aku masih bisa melo
adian sekitar tengah malam, aku tak mungkin mengg
mudah menemukanku. Karena saking takutnya pada kejaran abang
seperti orang hidup. Berbeda dengan mausia yang masih hidup
h payung hitam, di salah satu kuburan yang nampaknya masih baru. Tapi aku tak peduli "W
jam dari penghuni di bawah sana.Walau tak mampu menutupi seluruh tub
bejatan saudaraku sendiri, membuat aku jadi anak pemberani, malam itu. Esoknya jam enam pagi, aku terbangun.
k kuhiraukan. Pikirku, kalian belum tentu bis
an kedatangan semua saudaraku yang berkunjung
h-lebih abangku yang ingin menodaiku. Dari awal datang, pandangannya tak beranjak
h Abang, 'kan Wi?" tanya ayah s
awabku berusa
ya ayah lagi. Karena ayahku tau, baga
n dari dua abangku yang sama-sama sudah berke
sahi tenggorokan ini, yang teras
g, membuat pandangan ab
..!" jawab
di rumah saudara-saudaraku. Cukup sudah satu kali
u kembali terulang, saat a
rakhir
memahami peran dan karakter pemerannya... Sabar ya, walau alu