Kisahku Berakhir Di Pusara
wi 'kan yah?" tanyaku r
yaan ini ditujukan seorang anak pada Ayahnya, bah
anku. Memang sungguh tak pantas, jika pertanyaan itu dilontarkan seorang ana
ya. Dan aku bertanya bukan karena meragukan kasih sayang ayah, bahkan s
jika aku ingin mengetahui as
embelai rambutku, lalu mencium keningku. Dapat kurasakan kesedihan ayah
kamu harus menanggung kebencian dari saudara-saudaram
a maksud ayah bicara
berdiri didekat jendela kamarku yang m
k mencari pekerjaan, agar tetap bisa menjalankan kewajiban Ayah, sebagai kepala keluarga! Sampai akhirnya, Ayah mendap
yimak apa yang akan ia sampaikan, tentang asal us
api setiap satu bulan sekali, Ayah akan pulang ke keluarga ini! T
. Usiaku sudah tujuh belas tahun lebih, tak
ar menunggu kelanj
uh hati padanya. Sampai-sampai, saat itu ayah mengaku sebagi duda, tapi ia tak pernah memandang rendah, Ayah!
n! Ia dijodohkan orang tuanya, dengan
ahnya menahan emosi. Tapi aku tetap diam, ta
luarganya! Bahkan, kami akan dibunuh, j
embutnya, gadis itu ternyata mempunyai pendirian yang teguh! Ia tetap menola
g ke arahku "Apa kamu tau, nak! Kenekatan
eerr.
ku yang tadinya merasa kuat, saat ini seperti patung yang ter
nak haram, Yah?" tanyak
i segera menikah satu bulan kemudian! Karena kami harus mengakui,
kah dengan Ummi?" tanyaku se
t itu! Tapi seiring bertambahnya usia kamu, dalam kandungan!
ah, ternyata keduanya saling mengenal!
ntang peristiwa itu. Tapi akupun tak bisa me
h untuk keluarga, ternyata sambil menc
anyaku yang dijawab deng
lah melakukan pilihan yang salah! Namun dia tidak pern
nyai hati yang jahat seperti itu "Ternyata, Dewi terlahir dari
kejam!" sanggah ayah cepat sambil memandang aku dengan
ersyukur, dengan kelahiran yang mendatangkan kehancuran
enjadi alasan Ummi kamu, t
atau lebih tepatny
mnya! Sementara, ia telah dipercaya Allah atas kamu, apakah ia harus menyesali pula anugerah y
enebus kesalahannya, pada Allah, nak! Tap
pi hasil dari perbuatan itu, adalah anuger
entah pada siapa. Aku seakan berada pada dua pili
, nak? Maafka
n aku merasa hina, terlahir dari sebuah hubungan terlarang
, dan apa yang harus aku lakukan, agar diri i
ri kamar, aku teringat ka
anya ayah memandang sendu ke arahku "Kamu boleh marah pada Ayah,
ayah, aku langsung memandang ke jendela "Ap
uhkan tuduhan keji pada mendiang
t kemarahan ayah akan
ega memfitnah, Ummi kamu?" ayah m
ang melemparkan tuduhan itu! Dewi gak kuat, Yah!" jawa
kamu wanita yang suci, dan masih terjaga! Hanya Ayah, laki
pertanyaan Dewi, membuat Ayah mar
ng telah melahirkan dan memperjuangkan kehidupan kamu, bahkan d
kulihat ayah keluar dari ka
!" pangg
daku, sambil me
anyaku, aku ingin tau apakah perjodohan yang menurutku
i sampingku "Itu ide Abah kamu, tapi Ay
agi, tapi jujur aku sangat kec
"Apa Dewi tak berhak memilih, Yah?"
a ini, Ayah membalas kebaikan, dari
aksud,
pa menjadi orang dewasa, haru
! Ayah merasa berterimakasih, karena merek
rga, dari kebahagiaan Dewi,
ahan mereka? Atau, aku adalah sumber kebahagiaan bagi mereka, tanpa berhak t
rjodohan? Apakah sebagai orangtua, kami tak pantas
a dan anak-anak, mereka pikir, itu sama? Mengapa orangtua sea
pola pikir Ayah, yang seolah tau, jika kebahagiaan yang Ayah maksud, itu j
yah. Aku terisak sedih, dadaku terasa sesak, dan tiap tarikan n
kan itu yang aku harapkan, tapi jawaban ayah ya
lam itu. Sampai aku tertidur, aku tak m