Kisahku Berakhir Di Pusara
Dewi
an masa liburanku di rumah abah, tapi semua kacau karena p
ulang ke rumah ayah, ke kota S. Aku dis
mbutku, membuatku melupa
rena jarak sekolah dari rumah ayah, lumayan
, banyak yang berasal dari luar kota dan daerah. Maka pih
it, jika ditempuh dengan sepeda motor. Tapi karena aku yang mencoba mengu
aknya aku merasa aman dari tindakan saud
udah dari dua hari yang lalu?" tanya
Bu! Ibu sehat?"
imana, dengan keluarga Abah
, Bu?" tanyaku celingukan, karena tak mel
anak Ayah, pasti selalu dicariin!"
heran, jika di belakang rumah ayah, segala tanaman buah-bu
tak perlu membeli di pasar. Bahkan terkadang w
anak Ayah.... !
n belum, nak?" tanya ibu yang
jawabku
is itu makan! Sebentar lagi ju
buhku juga sudah gerah. Perutku mulai berbunyi
sebelumnya, maka tak ada sel
nikan masih awal?" tanyaku menanyakan
ya mau bezuk orangtuanya Rat
..!" j
alu membereskan sisa aku makan. Setelah sel
bisa apa-apa, ibu selalu mengajarkan padaku, bahwa
kamar, dan menjalankan kewaj
Hehe... Aku katakan demikian karena, ayah paling seneng duduk di kurs
h...
ku. Jika bersama ayah, aku merasa seperti anak kecil. Bahkan terkadang
sih manja!" ucap ayah s
salahkan kalau Dewi manja sama, A
nak siapa? Hm...!" seloroh ayah mem
ngsung terasa berdenyut,
anku, pada julukan abah
anak, Ayah?" tanyaku sam
ti itu, nak?" tanya ayah
ah?" tanyaku lagi sambil menggon
pulang malah meragukan, Ayah sebagai Ayah kamu
pria yang merupakan cinta p
pannya, tapi yang kulihat hanya tatapa
wi anak Ayah, '
perti ini, apa ada yang membua
yah begitu saja. Aku tau, ayah pasti pen
kan. Aku juga bukan anak kecil lagi, apa-apa harus di
e luar. Langit yang beranjak gelap, k
rhumah ummi adalah pel**r, tanpa ada keraguan. Bahkan,
a berakhlak buruk? Dan aku ter
di mata ayah, aku yakin jika
g harus aku percaya. Apakah abah, yang notabene adalah seorang
hal yang jarang aku lakukan kecuali sedang sed
arena aku merasa tak berhak atas rumah ini, karena bagiku, aku hanya orang asing di mata saudaraku, maka se
sudah bahagia. Jadi, untuk masalah harta go
Tok..
Aku gegas membukanya, nam
, Bu?" t
Makan dulu, sana! Nanti magh kamu
r, Dewi pasti makan kok, Bu!" jawabku sambil mas
ada masalah, sayang?" tan
wi biasa-biasa a
tak muda
-kata kasar saudara
kepadaku, tapi mereka semua sudah dewasa. Bukan m
ohong. Walau bagaimanapun, aku bukanlah anak ibu, maka tak pa
Ibu memperlakukan kamu! Apalagi, jika Ibu dan Ayah ti
ng merasa berhutang budi pada ibu, tak mungkin ak
mbil meraih tangan
u lakukan! Dewi kuat kok, Bu! Jadi, Ibu jangan khawatir ya, Dew
mereka, mengapa mereka harus membenci kamu! Padahal, di dalam tu
saudara Dewi, kok Bu! Mereka 'kan anak-anak Ibu
rku. Walau ia berusaha menutupi Kesedihannya, tapi aku
yah yang berdiri di depan pintu, sambil ditangannya memegang talam, yang be
eperti seorang princese, dari ayahku. Aku
mpat tidurku. Karena dalam kamarku, hanya ada s
tau, kamu lapar!"
angsung menyantap makanan, yang disiapkan oleh lak
ayah berkata "Sekarang kamu ceritakan masalah kamu, nak! Ayah tau, ka
bersedih atau bahagia, dia selalu tau. Bahkan aku merasa, di