Kurang dari tiga
itip se
ghela napas panjang, menutup koran paginya lal
eng, "Di sini saja, Pak," katanya m
g dipakai asal itu beranjak berdiri, berjalan lebih d
epedanya kepanasan. Nanti kalau terjadi a
ggu titip di sini sepeda tet
malas, "Ya jelas aman. Ora
dia menaruh sepeda di pinggir pagar, waktu pul
engan sang pemilik rumah. Parkir gratis tapi me
ah dulu, Pak," kata
ai pada Nadia, "N
tali tas punggung lusuhnya. Dia mengurungkan niat
dikasih efek jera." Pria paruh baya itu melepas pecinya, "Bapak suka kasihan kalau kamu pulang sekola
m tipis, "Iya, Pak. Kapan-
ya itu
e dalam, "Saya berangkat dulu ya, P
lajar yang bener, dan jangan lupa sama y
enampung sepeda saya," katanya yang
nya. Dia berjalan sedikit menunduk menghindari ta
kat dengan sekolahan. Sebenarnya di sekolahan juga ada parkiran, komplit malah. Ada parkiran khu
lain tidak. Sangat repot saat pulang sekolah harus mencari dan mengumpulkan kerangka-
lah yang terbuka. Kepalanya mendonga
ah menjadi seperti mendung dengan petir yang menyam
iin.
belakang Nadia, membuat gadis
ir, go
a. Cowok dengan motor matic itu menatapnya taj
di kakinya. Bahkan kaos kaki putihnya
ahan milik ne
n jemarinya satu sama lain tak mau menatap cowok di depannya
dahnya berbicara dengan Nadia, cowok itu memili
gadis itu bisa membuat na
tap punggung cowok itu yang berangsur menjauh. Dia menghela nap
ekolahan sebelum kondisi semakin ramai
baran lo l
Kembaran
nya R
adek modelan gitu. Udah gue
rnya
ampol
nya, hatinya jadi kebal. Air mata pun sampai kering, sangat lelah mem
ewek berdiri men
enyum tipi
tat itu mengulum se
ya, namun langsung dirinya tepis. Siapa tahu cewek
elum pernah merasakan memiliki teman. Bahkan teman-tem
tuh?!" teriak seseorang yang
bestie!" seru Helen seolah se
mendengar suara tawa yang dilontark
a. Suaranya begitu kecil sampai Nadia ya
reka memang suka gitu,
justru membuat Helen m
seragam kita serup
oleh, "Ma
gan baju milik Nadia, "Tuh, beda. Punya gue putih, punya lo kusam. Kayakn
"Punya ku juga se
ama di rumah lo beda mungkin
mainkan. Cewek di sebelahnya itu pura-pura baik p
erpustakaan," kata Nadia. Itu hanya a
.. Ya udah deh. Kapan-kapa
belum benar-benar me
pustakaan. Dia dapat mendengar suara gel
sa mendapatkan teman. Dia menghela napas lalu membuangnya, men
wa cewek
Nadia mengucapka