Random Wife
apat menimbulkan
diri di ranjang, selepas
ap dengan posisi miring--yang makan tempat. "Bangun! Kok kamu yang enak-enakan t
itu bos saya kalau di kantor. Di sini Bapak buka
sung merangkak ke ranjang, lalu dikelitikinya telapak kaki Indir
inya," celetuk Indira sera
itiki, kalau saya benar-benar marah, udah saya
saya transferan, saya pikir pelitnya mulai luntur. Eh tah
k, atau mau pelit. Kan saya yang j
ka saya. Jadi, Bapak enggak berhak ngatur-ngatur s
u. Namun, ia tidak akan mengalah. "Ya, enggak gitu juga. Kamu bawahan s
ata, kini sirna seketika. Tergantikan dengan rasa kesal yang menggebu. Da
a mengingatkan Fabian akan perilakunya yang suka mengatur-atur Indira di luar job desk-nya. Dirinya sebenarnya tidak mempermasal
a jawaban Indira yang tidak pernah terduga. Meski kadan
ndira dengan suara tegas, ia mantapkan ucapannya, "jangan mentang-mentang Bapak itu bos, kaya raya terus bisa seenaknya
saan saya orangnya ramah. Sama yang lebih tua ju
ti, Bapak ngomel-ngomel terus. Bapak ini nganggep saya apa? Babu? Kacung?" Indira mengingat kembali setiap waktu dirinya meminta cuti, pasti tidak dibolehkan oleh Fabian. Ia hanya diperkenankan cuti, kalau benar-
ekerjaan kamu banyak karena saya percaya s
pahit di saya. Kalau Bapak emang atasan ya
apa? Saya nikahi
cetus Indira dengan nada lesu. Ia benar-benar
ian langsung memesan makanan vi
an buat Bapak?" tany
buang-buang duit," Fabian menyahut dengan santai, "kamu
n. "Maksud Bapak, saya suruh bayar sendiri gitu? Ka
ang pesenin, ya
jodoh," gerutu Indira dengan nada ket
harus tanggung jawab pokoknya.
nak kembar, tetap saya enggak mau ni
yang tertunda, Dir. Saya y
kirannya hanya satu sekarang, cepat-cepat pagi agar dia bisa pulang. Dirinya tak sanggup,
, ya?" Fabian me
begini?" tanyanya lagi yang tak mungkin ditanggapi oleh
ap diam ta
izza-nya
lih diam. Ia keluarkan ponselnya untuk bermain game untuk m
tuk mengisi daya baterai ponselnya. Namun, tidak lama kemudian muncul percikan api dari charger yang tertancap di sto
sung memeluk Indira yang baru saja terduduk karena mendenga
go, "Apaan sih Bapak,
kut gelap," jelasnya sema
a yakin Fabian tidak punya fobia. Ia langsung memberontak agar bisa terlepas
ya ini enggak gendut tahu.
unya fobia gelap, kalau fob
ri ini, s
di dahi Fabian untuk memastikan bo
a. Bilang fobia, biar bisa mel
pengen tahu rasanya peluk kamu gimana," jujurnya yang membuat Indira
ke resepsionis sana. Lapor kalau listri
akut. Justru karen
kok
saya yang suruh bayar ganti rugi buat benerin l
ekali dirinya membuat cerita bertema adzhab bos kikir seper
c.