Sang Penafsir
menginginkan kesempurnaan, satu kekurangan saja sudah dipastikan akan membawa kesialan dalam hidupnya. Akan teta
tulisan alphabet. Lelaki pemilik nama Azka Halindra menuliskan s
pada mereka yang memili
dalam. Setelah itu, Azka membalikkan badan dan men
cerna kata-kata yang ditulis oleh Azka untuk dipahami oleh otak mereka. Azka melihat berbagai macam reaksi itu han
paham maksud
hasiswa mencerna setiap kata yang ditulis, akhirnya
a tulus, tidak ada celah untuk menyindir ataupun apapun itu melainkan saya ingin menjelaskan kenap
adalah manusia cacat. Sebab, di mata manusia orang berketerbatasan itu adalah cacat sedangkan di mata Tuhan dia adalah manusia pa
asan? Jangan mengada-ada dong Dosen, kami bisa memiliki meniru keterbatasan Syifa. Seharusnya Syif
juga," bisik Adinda mend
dengan sangat baik rupanya mereka menyembunyikan segalanya sebab mahasiswa be
a," jawab
ihanmu?" t
h atas saya pandai bermain piano dan pernah memenangkan lomba. Belum lagi, saya m
gas Azka Halindra
mendengar perkataan
nya di meja dosen sembari menghela nafas panjang. Namun, pemilik netra hazel itu h
perkataanku, mungkin aku bisa memberinya
Azka mengatakan itu untuk membela Syifa. Pikirannya sungguh tersulut emosi, entah kenapa perasaan wanita du
gatakan itu untuk membela Syifa? Hanya karena Syifa it
demikian agar kalian semua menghormati akan setaranya diri kita di mata Tuhan, para difabel berhak memb
aan dong Fi," bi
ma melirik ke arah
rcuma aja Dosen itu berkata demikian kalau kenyataan enggak
araannya kayak gini belum bikin
n. "Boleh! Yang pentin
nafas panjang dan menghela nafasnya berat. "Maaf, D
mahasiswa i
n mengatakan perihal nomor telefon untuk membuat grup mahasiswa mata kuliah Karya Tulis I
diikuti oleh mahasiswa lainnya terutama Laras, wanita itu benar-benar bersemangat kala Azka me
asih," ka
benar-benar tampak menikmati cakrawala biru, seolah-olah cakrawala itu sudah menjadi bagian atma baginya. Hidung mancung sempurna, bulu mata len
a dengan niat menghindari kecanggungan akibat kejadian beberapa menit
ya sembari membawa makalah tugas mahasiswa tadi. "Sepertinya pelajaran cukup sampai si
lega, akan tetapi menit tetaplah menit dua orang wanita data
r
tak Laras membuat semua orang terkejut terutama Syifa
ra nyaring membuatnya mengelus dada. Tatapannya binggung dan tidak mengerti dengan situasi terbaca jelas
udah muak, gara-gara lo kami semua kena semprot! Sedangkan lo? Lo tau apa hah? Telinga lo itu tuli engga
erkataan lo! Mending, lo fokus aja sama kegiatan lo. Jangan lupakan juga tawaran si Erick tentang asisten buat dosen Azka. Lo mending uru
Laras terse
" cibir Ainun menatap lekat dua wanita yang sedang
un, senyum tipis terbit di bibir
an hanya untuk yang gila melainkan kondisi kesehatan mental. Lagian, lo kayak bocah padahal lo itu
lang," kata
inun. Dua wanita itu keluar dari kelas dengan tatapan bodo amat, karena teman
ri menghentakkan kakiny
menghela nafas. "Kalian ngapain natap gue be
iran sialan itu membawa benca
pikirkan, minggu depan kita ketemu lagi sama dia. Lo
dengan kulit kuku memutih saking geramnya seorang wanita pemilik univers