icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Sang Penafsir

Bab 4 Sifatmu terlalu iri

Jumlah Kata:1299    |    Dirilis Pada: 20/07/2023

menginginkan kesempurnaan, satu kekurangan saja sudah dipastikan akan membawa kesialan dalam hidupnya. Akan teta

tulisan alphabet. Lelaki pemilik nama Azka Halindra menuliskan s

pada mereka yang memili

dalam. Setelah itu, Azka membalikkan badan dan men

cerna kata-kata yang ditulis oleh Azka untuk dipahami oleh otak mereka. Azka melihat berbagai macam reaksi itu han

paham maksud

hasiswa mencerna setiap kata yang ditulis, akhirnya

a tulus, tidak ada celah untuk menyindir ataupun apapun itu melainkan saya ingin menjelaskan kenap

adalah manusia cacat. Sebab, di mata manusia orang berketerbatasan itu adalah cacat sedangkan di mata Tuhan dia adalah manusia pa

asan? Jangan mengada-ada dong Dosen, kami bisa memiliki meniru keterbatasan Syifa. Seharusnya Syif

juga," bisik Adinda mend

dengan sangat baik rupanya mereka menyembunyikan segalanya sebab mahasiswa be

a," jawab

ihanmu?" t

h atas saya pandai bermain piano dan pernah memenangkan lomba. Belum lagi, saya m

gas Azka Halindra

mendengar perkataan

nya di meja dosen sembari menghela nafas panjang. Namun, pemilik netra hazel itu h

perkataanku, mungkin aku bisa memberinya

Azka mengatakan itu untuk membela Syifa. Pikirannya sungguh tersulut emosi, entah kenapa perasaan wanita du

gatakan itu untuk membela Syifa? Hanya karena Syifa it

demikian agar kalian semua menghormati akan setaranya diri kita di mata Tuhan, para difabel berhak memb

aan dong Fi," bi

ma melirik ke arah

rcuma aja Dosen itu berkata demikian kalau kenyataan enggak

araannya kayak gini belum bikin

n. "Boleh! Yang pentin

nafas panjang dan menghela nafasnya berat. "Maaf, D

mahasiswa i

n mengatakan perihal nomor telefon untuk membuat grup mahasiswa mata kuliah Karya Tulis I

diikuti oleh mahasiswa lainnya terutama Laras, wanita itu benar-benar bersemangat kala Azka me

asih," ka

benar-benar tampak menikmati cakrawala biru, seolah-olah cakrawala itu sudah menjadi bagian atma baginya. Hidung mancung sempurna, bulu mata len

a dengan niat menghindari kecanggungan akibat kejadian beberapa menit

ya sembari membawa makalah tugas mahasiswa tadi. "Sepertinya pelajaran cukup sampai si

lega, akan tetapi menit tetaplah menit dua orang wanita data

r

tak Laras membuat semua orang terkejut terutama Syifa

ra nyaring membuatnya mengelus dada. Tatapannya binggung dan tidak mengerti dengan situasi terbaca jelas

udah muak, gara-gara lo kami semua kena semprot! Sedangkan lo? Lo tau apa hah? Telinga lo itu tuli engga

erkataan lo! Mending, lo fokus aja sama kegiatan lo. Jangan lupakan juga tawaran si Erick tentang asisten buat dosen Azka. Lo mending uru

Laras terse

" cibir Ainun menatap lekat dua wanita yang sedang

un, senyum tipis terbit di bibir

an hanya untuk yang gila melainkan kondisi kesehatan mental. Lagian, lo kayak bocah padahal lo itu

lang," kata

inun. Dua wanita itu keluar dari kelas dengan tatapan bodo amat, karena teman

ri menghentakkan kakiny

menghela nafas. "Kalian ngapain natap gue be

iran sialan itu membawa benca

pikirkan, minggu depan kita ketemu lagi sama dia. Lo

dengan kulit kuku memutih saking geramnya seorang wanita pemilik univers

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka