Pengantin SMA
malam, namun Kavin tak kunjung pulang. Hal itu membuatnya khawatir. Gadis itu merasa galau sekarang, entah mengapa setelah keper
h? Bikin khawatir aja,"
ponselnya, mencoba menghubungi Kavin yang entah berada di mana. Sebelum pangg
ketahuan nyariin. Mau
a memutuskan untuk kembali ke kamarnya setelah sebelumnya mematikan televisi yang sejak
g kanan, miring kiri, miring kanan kiri, balik kanan, sampai kaki di atas kepala ranjang pun tak sanggup membua
orang aja." Laura mendengkus, merasa kes
dur. Yang ada gue besok jadi panda gara-gara punya kantung mata. Ah, Mamaaa." Lau
pikirannya sekarang adalah menghubungi sahabat Kavin, Mario atau Nathan. Dia mulai mengotak-atik ponsel canggihnya, mencari kontak
panggilannya terhubung, tanpa salam atau embel-embel kat
Kavin k
ego kok dipelihara," kesal Laura saat mende
Ra, coba gue tanyain Mario, ya
Nathan. Tak lama berselang, ponsel yang berada di genggamannya bergetar.
th
n di
a M
a
pake lama. Jemput gu
upa dress navy sebatas lutut, dengan lengan pendek. Lalu mengganti sendal jepitnya dengan flat shoes yang b
•
u. Sangsi jika dia betah berada di tempat seperti ini kendati itu satu jam. Di
n belakang. Tempat ini sungguh ramai, banyak orang yang berj
ilin?" tanya Nathan sedikit berteriak, suarany
aura pelan. Nathan mengangguk, kemudian masuk untuk mem
•
epat menuju tempat yang mana terdapat Kavin di sana. Laki-laki itu ragu meninggalkan Laura sendirian. Dia yakin, pasti banyak laki-laki
in
rahnya. Kavin menaikkan alisnya, bingung mengapa Nathan bisa berada di sini. Nathan adalah
da apa?" t
Laura," uj
avin santai. Dia melihat Mario yang kembali bercumb
uar. Nung
an. Apa yang dibilang? Bisa-bisanya Nathan meningg
ala Nathan, dengan langkah seribu dia menuju p
! Gue nggak m
dikenalnya. Entah bagaimana, laki-laki itu menyeret Laura ke
u bayaran berapa?" tanya laki-laki yang se
sa-bisanya dia disamakan dengan jalang-
upuk mata Laura, sakit di tangannya juga rasa tak terima karen
ang, apa? Simpan
a, rasanya dia ingin menenggelamkan la
ue! Kavin,
leh ke asal suara yang sangat dikenalinya. Dia menggeram saat melihat seorang laki
atap marah tepat ke mata laki-laki itu. N
pelit, deh, kita join gimana?"
k terima dengan apa yang baru saj
u
at bogeman telak Kavin mendar
rapi-api. Dion tersenyum sinis, kemudian menatap Laura y
ah berapa kal
-pukulannya. Dibalas Dion dengan tendangan-tendangan ya
nggup melihat perkelahian mereka. Sungg
l bahu Nathan, air matanya tak berhenti keluar. Dengan ce
Nathan yang memegang bahunya. Matanya masih saja menatap Dion penuh dendam, luka-luka di wa
pala Kavin, membuat Kavin menatapnya tajam. Namun perhatiannya te
is sama gue!" peringat Kavin menat
on sebelum Nathan menarik tangannya. Akhirnya,
pan Laura. Laura mendongak, menunjukkan pergelangan tangannya ya
Ra. Kita pulang
in. Setelah berdiri, Laura malah diam. Enggan
Laura menunjukk