Pengantin SMA
tnya sudah sempurna. Dia mengambil penjepit rambut kecil berbentuk kupu-kupu berwarn
an secara intens bertukar pesan. Malam ini, untuk pertama kaliny
karena tangannya yang retak, akhirnya Laur
e mana
aura dengan tatapan bingung. Dia heran kenapa ga
b Laura tak men
ng dan duduk di tepinya. Memandangi Laura yang sedang menata rambutnya. Padahal ra
in, sih? Gue k
suka dengan Kavin yang terlalu mencampuri urusannya. Dia juga ingin bebas, ti
gue aduin Mama? Kalau lo mau
ang sisir yang baru saja digunakannya. Dia berjal
ma Denis, puas
Laura tajam. Dia tak suka jika Laura berg
ep pergi," ujar Laura ketus, dia ta
ang selalu membantahnya, dia itu seorang suami. Harus dihormati! Bukan tanpa alasan Kavin melarang La
ggak suka diatur. Kalau gue nggak pergi terus mau ngapain? Masakin lo? Gue juga pengin kayak dulu, dimanjain sama Papa.
ibangunin oleh Mamanya, mau tidur kadang didongengin oleh Papanya. Mau apa-apa tinggal bilang ke asisten r
egala, nggak usah drama!" ketus Kavin kemudian bangkit dar
k nyaman melihat Laura menangis. Apalagi
enar-benar tak menyukai Denis. Perasaan takut juga menjalar
•
a duduk sendiri di sana, pikirannya dipenuhi oleh Laura. Dia menyesal
an malas dia mengambil ponselnya lalu melihat siapa yang menelf
deham
sama anak-anak. Nyusul sini
menikah. Apalagi ketika Laura sakit, dia harus sedia 24 jam di samping gadis itu. Kini, dia boleh pergi tanpa harus merasa ber
efon sudah diputuskan secara sepihak oleh Kavin.
ponselnya yang berada di genggamannya. Jari-jari lent
ada urusan mendadak," ucap Laura langsung pada
lo habis nangis, y
ngan refleks gadis itu mematikan telefonnya dan langsung menunduk dan bersembunyi di kolong ranjang. Di pikirannya, pasti
•
Saat ini dia berada di sebuah kelab malam. Kavin sebenarnya jarang mengunjungi kelab seperti ini jika tidak diajak o
dikenalnya- meletakkan segelas minuman beralkohol di hadapannya. Laki-la
a? Kok mukanya lusuh gitu?
cerewet. Mengalahi cewek! Mungkin ini yang menyebabkan Alan menjadi jomblo akut, penampilannya yan
kesal. Dia menatap Alan dengan pandang
gan menunjuk sofa yang berada di pojokan, tempatnya cukup gelap. Membuat Kavin e
enolak Kavin sia-sia saja, laki-laki itu pasti akan membuatnya menjalankan perintahnya. Dengan cara apa pun!
ya?" tanya Mario setelah
ang sedikit panjang terlihat acak-acakan. Kavin menggeleng pelan, tak habis pikir dengan sahabatnya yang satu ini. Hampir setia
dah m
g menanggapi pe
banget, gue jadi be
Mario. Dia kembali mengembuskan as
ar," ucap Kavin
na yang ramai membuatnya tak bisa mendengar j
engkar sa