Pengantin SMA
erjapkan matanya di kamar remang-remang yang dia tempati. Hal pertama yang dia rasakan ketika membuka mata adalah asing,
ahan sahabat kedua orang tuanya. Laura awalnya berniat untuk pulang karena rasa kantuk yang tak tertahank
i tempati kini terasa begitu asing karena memang itu bukan kamarnya. Mengambil ponselnya di samping bantal, La
. Mana udah jam empat gini," gumam gadis itu
iba-tiba Laura menerima peluk
a..
g membuat seseorang di sebelahnya yang
ik ban
seseorang yang tepat berada di sebelahnya. Gadis itu benar-benar terkejut dan takut. Bagaima
sama bangun dan duduk. Setelah lelaki misterius itu menyala
ura
vin
uhi kebingungan. Terutama Laura, dia menyilangkan tangannya
a orang tuanya sekaligus tuan rumah di sini. Namun, mereka tak seakrab itu untuk tidur bers
in di sin
. Dia pun tak tahu kenapa bisa Laura berada di sana. Dia melot
balas Laura
ini? Gila lo ya
ukan kamar cowok, gue nggak mikir kalau ini kamar
nget jadi o
deh. Tapi, bisa nggak lo pakai
, dan karenanya dia menunduk dan
lo nggak pakai b
gak pakai baju!" sela Kavin lantas bangkit untuk m
aan dengan itu, kamar yang mereka tempati terbuka dari luar. Keduanya menoleh dan menda
? Apa yang ka
•
sangat dihormati di dalam keluarga itu. Setelah memergoki cucu satu-satunya yang kini dia miliki tengah ber
ah tak ramah dari lima orang dewasa yang telah memarahi mereka. Laura, gadis
hilang semalaman, Laura. Kamu udah ngecewain Papa." Hans mena
al diam dan terima begitu saja disala
Laura? Di kamar Karin. Mikir enggak?" Kali ini Rusdi yang bersuara, selaku Pap
kalau ada Laura di kamar itu," desah Kavin hampir menyerah karena o
ikir Oma percaya sama yang kamu katakan?" S
. Amarah mulai menghampirinya, dan dia
nnya sama Karin, Oma! Oma nggak us
ekali nggak masuk akal. Kalian harus bertanggung ja
ak melepas genggamannya pada baju yang Mamanya pakai. Dia
harus
yang baru saja membuka suara. Keduanya terlihat semakin terkejut, lebih tep
tolak keduany
rus menikahi putri Om buat bertanggung jawab," samb
aura menggoyangkan lengan Papanya. Namun, pria itu
te, Oma! Kita nggak melakukan apa
n! Nggak ada maling yang ngaku!" sentak
gitu!" tekan Kavin kemudian bang
ngkat kaki dari sana. Gadis itu melangkah ke arah Kavin pergi tadi. Ga
ghadapi bencana ini. Mau tak mau, suka tidak suka, dia dan Kavi