Dendam Menantu Miskin
na aja? Semalaman Bibi gak bisa ti
ak pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, ia urungkan niatnya karena mendengar suara motor mili
ang aku gak apa-apa, kok. Semuanya baik-baik saja,
Ranum terkejut. "Loh, itu kenapa kepala sa
gkhawatirkan ponakannya yang ia
i motor kok, terus aku ke klinik buat ngobatin luka ini," jawab Rend
. Lalu, kamu jadi mau pergi
lalu siap-siap berangkat. Keretanya berangkat jam enam pagi
ibi juga mau sholat." Ranum mengambil air wud
Tidak banyak yang akan ia bawa, hanya beberapa pasang pakaian saja. Tak sengaja ia melihat foto istrinya yang sedang menggendong buah hatinya yang masih bayi berada di atas nakas. A
tatapnya dengan penuh kerinduan. Jari-jarinya menya
asa sangat sakit. Apalagi saat ini ada anak diantara kita. Semakin berat aku untuk melepaskanmu, Viona." Rendra berbicara pada dirinya sendiri. Meskipun hatinya terasa sangat sakit, namun tak ada air mata yang keluar. Seorang Rendra bukanlah lelaki yang cengeng. Karena hinaan yang
m tasnya. Ia hanya ingin terus mengingat jika dirinya memiliki buah hati yang harus ia perjuangkan. Meskipun jika na
tap wajah anaknya. "Papa janji, sayang. Papa akan menjadi ora
dra
sudah membesarkan dirinya selama ini. Karena ia tau, tantenya itu memiliki hati yang sangat sensitif. Ia akan mudah
lihat sibuk memasukkan barang-barang y
berdiri di ambang pintu sembari terus melihat pona
garis-garis halus di sekitar wajahnya. "Aku sudah makan, Bi," jawabnya, kemudian
gitulah Ranum, ia selalu mengk
klinik. Disana ak
erangkat sekarang juga?" tanyanya kemudia
lakang punggungnya. Ranum mengeluarkan amplop dari saku dasternya.
mu beberapa hari kedepan sebelum kamu mendapatkan pekerjaan
enyumbang untuk listrik saja. Ranum tak pernah mempermasalahkan itu. Ia sangat mengerti dengan keadaan Rendra yang hanya sebagai karyawan kontrak di pabrik tempatnya bekerja. Tanpa sepengetahuan Rendra, ternyata Ranum mengikuti a
rusaha menolak pemberian tantenya, karena ia tau jika tantenya yang sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya itu memiliki penyakit kista di rahimnya da
ak seperti saat ini. Untuk berobat, sudah Bibi siapkan. Kamu tidak perlu khawatir tentang itu." Ranum memasukkan a
, Bi
berangkat, nanti ket
a,
ubuh tantenya yang terlihat mulai kurus karena penyakit yang dideri
membasahi pipinya. "Sama-sama, Rendra. Bibi akan selalu menduk
embuat air matanya menetes. Sebenarnya Rendra sangat berat untuk meninggalkan tantenya itu seorang diri. Namun bagaimana lagi, tak ada
saat nanti, kamu pasti akan kembali ke rumah ini sebagai Rendra yang sukse
us meninggalkan Bibi seorang diri
rgilah, raih kesuksesan itu!" ucap Ranum dengan suara bergetar dan air mata yang terus menerus keluar membasahi pipinya. "Sudahlah, jangan cengeng! Kamu itu lelaki hebat dan kuat. Bibi
akasih
alanan. Makanlah, jangan sampai kamu telat makan. Bibi tidak mau maag kamu
asti akan ingat
rangkat. Sebentar lag
dan ibu. Ranum mengantarkan Rendra hanya sampai depan rumahnya
ri jika ada apa-apa. Rendra pasti akan mengirim u
dapat pekerjaan yang bagus saja sudah membuat B
dra pamit. As
llam. Hati-h
galkan rumah yang sudah ia tempati sejak kecil. Rasa sesak di dada itu pasti ada. Bagaimana tidak, Rendra tidak pernah meninggalkan rumah itu untuk waktu yang cu
a. Air matanya terus keluar. Menangisi
ng yang lebih tinggi. Sehingga kamu harus berusaha sendiri untuk menjadi