Menikahi Om-Om
engajak ribut. Belum lagi senyum tipis yang menyebalkan itu, Najla jadi kesal sendiri. Sepertinya Eliza bukan tipe perempuan di sinetron az
box pizza dengan kertas-kertas bekas yang siap dibuangnya di bawah meja
l bahu Ghailan dengan kes
saat mendengar bantingan p
tanya Eliza yang cukup terkej
skan minumannya hingga tandas. Ia melirik box pizza yang baru saja m
aa
amu," ucap Ghailan. "T
r sopir
n meng
a membuka pembicaraan. Ghailan pun sep
pulang ya, Bang.
enyusul Eliza. "O
intu ia menoleh pada Ghailan
," katanya dengan sembura
gguk. "Insyaal
it. Assala
aikum
ke dalam rumah dan saat menutup pintu, ia cukup terhenyak merasakan benda keras
ja
*
engan pakaian siap jalannya. Najla yang sudah mandi
aj
lakukan aksi mogok bicara buntut dari kekesalannya pada Ghailan yang sudah mempermalukan dirinya di depan Eliza
as,
s-malas. Cep
lahap di dalan televisi lebih menarik perhatiannya darip
asa itu tak ingin dibantah, namun tak juga membuatnya seorang Najla merasa takut. Rasa tak
tadinya rebahan bangun dengan malas-malasan. Ia melipat kedua kakinya bersila. Matanya tak lepas menatap
da di tangan Najla lantas mematikan televisi. Najla berd
menggapai remote di tangan Ghailan. Tinggi badannya yang hanya se
idak pernah terlambat sepanjang hidupnya dan kata itu tidak ada dalam kamus hidupnya. Ia tidak akan membiarkan Najla mengac
udah rindu banget itu. Nikahin itu sekalian tante El supaya jadi keluarga beneran," ujar Najla se-menyebalkan mungki
pa yang ajari?" Ghailan bers
lintas dalam otak cerdasnya, Ghailan mungkin saja akan memulangkannya ke rumah besar kalau su
enyataan dengan jelas kalau om da
membuat bulu kuduk Najla merinding. "Pintarnya Najla. Coba dekat sini!" Ghailan meng
n berlari ke sudut ruangan memasang kuda-kuda.
seperti seorang ibu yang sedang membujuk anak balitanya yang sedang ngambek. Naj
ancamnya yang sama sekali tidak
mengajari bi
akit, Om
la di ketiaknya, membuat gadis itu meronta minta dilepask
! Naj susa
lagi!" ujar Ghailan dengan
a pengap akhirnya meng
skan Najla setelah memberikan
*
g tua Eliza, tapi sepertinya Ghailan tak akan melepaskannya untuk bebas merdeka, walaupun beberapa menit saja, maka di sinilah dia sekarang. Mengenaskan mendengarkan para orang dewasa berbicara tentang negara dengan keadaan cacing-cacing menuntut pemenuhan gizi empat sehat lima se
ak Kepala Najla. Gadis itu langsung meluruskan bada
iza lembut. Tatapan sayang it
lus perutnya yang rata yang sejak tadi menuntut diperhatikan.
, Nda
kami. Kamu dan Najla sudah kami anggap
dan Eliza cocok, tapi melihat Najla, kami yakin
jemari Najla saat gadis itu ingin membuka mulut. Kalau tid
a sekolahny
. Ketiga orang di ruangan itu langsung tertawa membuat gadis beram
ajarnya supaya makin pintar," ujar
ua kata itu adalah saat ia kehilangan kedua orang tuanya. Ayahnya yang setiap pagi akan ke kantor selalu mengucapkan kedua kata itu saat Najla bisa melakukan banyak hal, seperti memakai seragam sendiri
. Eliza versi old, batin Najla. Tapi mama Eliza jelas punya senyum tulus, tidak