Menikahi Om-Om
ng gadis berseragam batik yang sesenggukan di sampingnya. Rasa lelahnya yang baru saja pul
merokok, Om.
enjemputnya di ruang BK dengan alasan yang kadang otak cerdasnya tidak bisa pahami. Bagaimana mungkin seorang gadis belia berwajah manis polos seolah tanpa dosa melakukan hal-hal luar biasa itu. Kedapatan bolos dengan
aj
a itu, gadis belia yang baru saja duduk di bangku SMA kelas 12 yang kin
pernah dengar Najla.
sinis, "Om engg
segan melempar tas punggungnya pada Ghailan hi
aj
ia berseragam loreng itu hanya menghela napas. Ia menepikan mobil di pinggir jalan dan hanya diam membiarkan Na
lelah sendiri karena jelas Ghailan tak merasa sama sekali h
nggukan, kesal karena Ghailan sama sek
ujar Ghailan lalu kembali memacu kendaraannya menu
yang berjaga sudah menutup kembali pintu gerbang
ar dari mobil. Ia membuka pintu mobil samping dan tanpa beban meng
asukkan dalam garasi," ucapnya pada sat
dalam gendongannya. Ia beranjak ke lantai dua setelah seb
tu persatu kancing seragam Najla yang sudah berselancar di alam mimpinya. Setelah semua kancing terlepas, ia tak langsung melepaskan seragam Najla melainkan menaikkan selimut untuk menutupi
yang meskipun mungil tapi tetap saja terlihat pas pada bagian-bagian tertentu, yang menunjukkan bahwa ia tak bisa lagi sembarang menyentuhnya. Tapi bagaimana pun ia tak bisa membiarkan Najla tertidur dengan pakaian yang seharian ia pakai. Maka dengan ragu, disingkapnya selimut tersebut. Ghailan mengalihkan pandangannya ke tempat lain sedangkan
*
elum tur
g menyiapkan ma
nya non Najla mog
g yang sudah disiapkan dengan segelas air hangat di depannya. Ia baru saja
tanya Ghailan setelah men
juga biasa begini, tapi nyonya selalu bawa makanan ke kama
ntarnya ke bandara tujuh tahun lalu, ketika Ghailan akan berangkat ke Afrika sebagai pasukan pengamanan daerah konflik. Ia tidak mengetahui kabar meninggalnya dua sahabatnya itu sampai ia mene
kamar Najla. Ia membuka gorden yang mengha
alanya. Selimut yang ia pakai sudah terjatuh ke lantai memperlihatkan tungkai putihnya yang hanya mengenakan rok abu-abu yang kini tersi
jla. Ia kemudian menarik bantal yang menutupi k
rese deh," gu
ilan menyengg
sh
atau o
uduk dengan wajah bantalnya
lalu sa
gga
r Ghailan pe
ajla beranjak dari ranjang dengan menghentak
liki seprai pink itu. Setelah merapikan ranjang ia beranjak menuju meja belajar Najla, mengecek buku pelajarannya apakah terpakai dengan benar atau hanya berakhir menjadi pesawat-pesawatan seperti biasa. Ia cukup