Menikahi Om-Om
tipis Ghailan. Badannya pasti hancur lebur kalau ia tidur setiap malam di ranjang seperti ini. Seminggu dulu saja ia sampai tidak masuk sekolah karena merasa badannya tak bisa digerakkan sama sek
*
lannya yang masih sama. Baju hitam dan rok hitam han
am di pergelangannya "Mau makan apa?" tanyanya tanpa mengal
sa itu mengintip apa yang sedang dibacanya. Najla mencibir melihat tulisan kecil yang selalu seperti obat tidur baginya. Seharusnya Ghailan nikahi saja buku-bu
lam lemari?" Ghailan yang kegelian m
ri mengangkat kakinya bertumpu di atas meja. Sepatu boots selututnya masih terpasang lengkap membungku
jla dengan kakinya hingga
yang
tapnya, yang penting ia harus segera meninggalkan tempat menyebalkan ini. Salah satu yang membuatnya tidak bisa betah di rumah hijau itu adalah omongan tetangga, ibu-ibu komplesk yang bermulut manis namun menyimpan nyinyiran di belakangnya tentang statusnya yang masih sekolah tap
kan semua umpatan dan makian gadis belia yang kini men
atanya yang sudah mengeluarkan
nyang mak
akan!" Najla kembali menjatuhkan kepalanya di bahu G
k capek ter
gga
Kedua tangannya beralih meraih pipi Najla menepuk-nepuknya pelan
dua tangannya dari pipi gadis belianya lalu berdiri mengambil kunci motor yang tergantung di dindin
di sin
yel. Satu tangannya mengapit le
cilnya yang terlihat seperti rocker kecil yang si
baju
om tinggal," tolak Najla mengeratkan
n pun tak mau kalah dengan gadis keras k
kedua tangannya berpindah memeluk pinggang G
rat karena Najla yang tak juga melepas pelukannya, Ghailan masuk ke dalam kamar dan mengambil salah satu jaket a
menyerahkan jak
ih merecoki style Najla?" Kedua tangannya terlipat di dada menatap malas jak
hailan memakaikan jaket miliknya ke
lihat jaket besarnya m
tidak bergaya. Jaket Ghailan bahkan menyentuh ujung boots-nya.
aj
ret langkahnya keluar. Mukanya kusut dan masam, menata
ikut e
alan dengan kaki dihentakkan me
up p
ajah menyebalkan Ghailan. Dengan langkah yang semaki
ep
ntu dengan kesal karena kesulitan mengunci pintu. Seumur-umur d
et." Najla menendang pintu
in dindingnya,"
kan padanya. Dengan lincah ia melompat di belakang Ghailan, m
udah pada demo." Ditempelkan pi
ntuk mengencangkan pegangan Najl
m.
leh para pejabat dan kemudian petinggi lain di bagian paling depan. Ghailan dengan pangkatnya sebagai kapten korvet, perwira menengah menempati rumah di jejeran depan. Sebenarnya
k ke dalam warung kecil beratap rumbia di hadapannya. Najla mengibaskan rambutnya lalu dengan langkah penuh percaya diri menyusul Ghailan yang sudah berdiri memesan