I Love You, Om
is itu berlari masuk ke dalam,
berlari masuk ke dalam kamar papanya
a ingin bertemu dengan
iterima magang, pa!!" lanjut Vina semakin khawatir
tersungkur ke lantai dengan tangan memegang pintu lemarinya, "Pa.. Kenapa papa pergi meninggalkan Vina sendi
pergi meninggalkan Vina.. Vina tinggal dengan siapa, pa? Vina ha
.. H
s seakan lunglai tanpa tulang, ia terjatuh terbar
----
hat kamar yang begitu luas , bernuansa serba putih dan hiasan berwarna emas, dan renda
uhnya, bersandar di kepala ranjang de
mbut seorang wanita membuat
ra yang mirip dengan mamaku;" gum
duduk sembari tangan kanan memegang lengan
"Eh... Kamu siapa?" tanya Vina, mengernyit tak kenal. "Bukany
ertawa. "Apa yang kam
gan kira kamu sudah meninggal!!" ucap Wanita ca
ersih. Sangat beruntung laki-laki ya
ap Vina, dia mencoba menyentuh wajah wanita d
ya Vina lirih. Waj
lagi? Tapi kenapa
kan rumahku?" gumam Vina penuh yanda ta
berat serak seorang laki-laki membuat dunia pembic
na terkejut, ke du
nikah? Dan ini is
rinya, dia mengusap lembut rambut panjang terurai istrinya.
o.
lagian aku tidak mau jika kamu tinggal se
ih muda. Hah... Wajah tuanya di balut dengan waj
tri Alex, menepuk
ersenyum ramah. "Oya, nam
ap jelas Istri Alex. "Carlo
rusahaan carlos di bidang perfil
gnya kamu ma
e. Tapi sekarang semua sia-sia aku harus menjadi seoran
rambut Vina seperti anaknya sendiri. Meski um
tinggal di sini?
g penawaran yang Berlina dan Al
ini?" tanya istri Alex. Me
ayah aku!!" ucap Vina beranjak berdiri, mencoba melangkahkan kakinya pergi. Dengan sigap Al
da yang ingin aku kata
erkontrol saat melihat ke dua
g ke dua. Jangan sampai aku suka dengannya.
angkahnya terhenti pandangannya tertuju pada
lakang, seakan dia sudah sadar jika Vina datang men
kamu tinggal di
menggerakkan tangannya membuka secarik kertas yang membuat jantungnmberikan secarik kertas pada
i, om?"
a sa
e dua tangan yang masih bergetar
apa. Dan sekarang papa ingin pergi menyelesaikan masalah ini secepatnya. Dan aku harap kamu mengerti papa, sekarang ak
sayan
gemetar, dengan bibir ikut gemetar ketak
pi," tanya Vina de
anjak berdiri memeluk tubuh Vina sangat erat
lah sama om,
embak, s
e
n laki-laki itu menyentuh kepalanya, baru kali ini Vi
anya dengan punggung tangannya. "Tapi om kenapa begitu bai
ng ke dua bahu Vina, lalu mengelua
kembali datar, selesai memberikan sapu tangan dia kembali du
um harum parfum wanginya menyeruak masuk dalam pen
sa nyaman berada di s