/0/24873/coverorgin.jpg?v=3bb5d9f52074eb9898689abd6ad7c196&imageMogr2/format/webp)
*Jakarta*
“Adiva hilang Bos! saat ini, mereka sudah mencarinya di sekitar Penthouse dan tempat yang sering dikunjungi, tetapi mereka masih belum mendapatkan hasil apapun,” ujar David kepada atasannya.
“Siapkan tiket penerbangan saya sekarang juga!” perintah Rafka kepada David.
“Oh ya, tolong ambil alih pekerjaan saya untuk sementara. Saya akan kembali setelah menemukannya,” lanjut Rafka.
“Baik, Bos.” David menganggukan kepalanya lalu pergi dari ruangan Rafka.
Tak lama, ponsel Rafka berdering. Rafka melihat sekilas nama yang tertera di layar ponsel sebelum mengangkatnya.
“Halo Raf,” sapa wanita paruh baya di seberang telepon.
“Iya Ma, ada apa?” tanya Rafka langsung.
“Malam ini Mama sudah menyiapkan acara makan malam keluarga, Kiara juga akan datang. Jadi, Mama harap kamu juga datang ke rumah karena Mama sudah mempersiapkan makanan kesukaanmu,” jelas Karina, ibunda Rafka yang tampak bersemangat.
“Maaf Ma, malam ini Rafka nggak bisa. Rafka masih ada urusan penting Ma,” balas Rafka.
“Urusan apa yang lebih penting Raf? Mama sudah periksa semua jadwal kamu, malam ini kamu free,” tegas Karina.
“Maaf Ma, tapi urusan ini benar-benar mendesak.”
“Mama nggak mau tahu, pokoknya kamu harus hadir malam ini. Mama nggak mau kalau sampai Papa marah karena kamu nggak datang.” Karina menutup sambungan teleponnya begitu saja setelah menyelesaikan ucapannya.
Sementara, Rafka hanya menghela nafasnya panjang sambil mengusap wajahnya kasar. Pikirannya kembali terfokus pada Adiva, istrinya yang harus ia sembunyikan bahkan dari keluarganya. Sudah selama 6 tahun Rafka menyembunyikan gadis itu di London. Semua itu ia lakukan untuk melindungi Adiva yang hampir meninggal karena perbuatan seseorang yang begitu membencinya.
Meskipun pernikahannya dengan Adiva hanya karena keadaan yang memaksa. Namun, jauh di lubuk hatinya, Rafka sangat mencintai Adiva meski ia tahu hati gadis itu bukan untuknya, tetapi Rafka akan tetap melakukan apa saja untuk melindunginya.
Lamunan Rafka buyar saat orang kepercayaannya mengetuk pintu ruangan.
“Semua sudah siap, Bos. Saya sudah mengurus semuanya,” pungkas David yang kini berdiri di hadapan Rafka.
/0/18084/coverorgin.jpg?v=8825ac4e801b6d3a274b6a66cdc6f36e&imageMogr2/format/webp)
/0/6492/coverorgin.jpg?v=4cc7c7dc9bd4738c9b4f30b0849b2100&imageMogr2/format/webp)
/0/29788/coverorgin.jpg?v=2db6c1d51b5e2cf2a28c128544250bc1&imageMogr2/format/webp)
/0/3576/coverorgin.jpg?v=79bd0c4fd1e86ba1bc67090a59109612&imageMogr2/format/webp)
/0/3168/coverorgin.jpg?v=771cda34743f776c7e5c4917b3014346&imageMogr2/format/webp)
/0/27411/coverorgin.jpg?v=5fc7b6e8bd1b022fe188a86f0dc6fc5b&imageMogr2/format/webp)
/0/5735/coverorgin.jpg?v=9535d620398ccc76196740fdfc50f33a&imageMogr2/format/webp)
/0/6410/coverorgin.jpg?v=b597a35a50b71ddbc3839b462c2c9419&imageMogr2/format/webp)
/0/26712/coverorgin.jpg?v=58b0026371c4d38b516c18af5be65ed1&imageMogr2/format/webp)
/0/27684/coverorgin.jpg?v=9407bbbeb2dd776ebabe50be116d8904&imageMogr2/format/webp)
/0/25398/coverorgin.jpg?v=4bd1df5a711a566c9b22935296a5c8ac&imageMogr2/format/webp)
/0/3103/coverorgin.jpg?v=0d72a3863e1f3d5a371f7be165d9c5fa&imageMogr2/format/webp)
/0/15143/coverorgin.jpg?v=6567172c27abf2003cd8b26ffcf31850&imageMogr2/format/webp)
/0/27621/coverorgin.jpg?v=27edaad79907c7e8bd123c3140183f02&imageMogr2/format/webp)
/0/19179/coverorgin.jpg?v=e247542b41ba980e2273d0e92daa010e&imageMogr2/format/webp)
/0/28410/coverorgin.jpg?v=abfd9998c49dc9ebbbd7df12fc6584bf&imageMogr2/format/webp)
/0/29185/coverorgin.jpg?v=59a2b5fdb7f35c0ed2bbca05483bade8&imageMogr2/format/webp)
/0/10754/coverorgin.jpg?v=5ba6a8d9ce5d7531b517696fd75cfe8e&imageMogr2/format/webp)
/0/23122/coverorgin.jpg?v=e07f203525618a6f8d7e40b58e3f2b5b&imageMogr2/format/webp)