/0/28057/coverorgin.jpg?v=f3b4efcf5a91765b6e671e1a7eb8bdcb&imageMogr2/format/webp)
"Sayang, apa yang ini bagus?"
"Bagus, belilah yang ini!"
Lara terhenyak, tatkala mendapati suara berat yang begitu mirip suaminya.
Wanita dengan tubuh tambun itu lantas menoleh ke samping. Tepatnya pada sepasang suami istri yang tengah sibuk memilih model cincin.
"Mas Prasetya?" Sekali lihat saja Lara sudah bisa mengenali suaminya meski pria itu membelakanginya kala itu.
Pria yang awalnya membelakangi Lara pun pada akhirnya berbalik badan, saat mendengar suara wanita yang tengah memanggil namanya.
Lara diam mematung dengan tatapan tak percaya. Begitu pula sang suami yang langsung menunjukkan wajah tegangnya.
"La-lara, apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Prasetya terbata.
"Bukankah harusnya aku yang tanya begitu padamu, Mas? Bukankah dua hari yang lalu kamu pamit ke luar kota atas perintah Atasanmu? Dan siapa dia?" Lara menunjuk wanita di belakang suaminya dengan dagu.
"Berhubung kamu sudah mengetahuinya, maka aku akan sekalian menjelaskan." Prasetya merangkul wanita di sampingnya. "Dia Medina, Atasanku sekaligus calon Istriku. Kamu tahu? Akhirnya aku akan segera memiliki keturunan darinya." Prasetya memamerkan senyum lebar seraya mengusap lembut perut datar Medina beberapa kali.
"Hay," sapa Medina melambaikan tangan tanpa rasa malu.
Lara membeku. Hatinya bagai tertusuk ribuan sembilu. Begitu nyeri.
Niat hati ingin membeli cincin untuk menggantikan cincin pernikahan yang sempat ia jual di awal tahun pernikahan, Lara malah mendapati suguhan kebusukan suaminya di toko perhiasan.
"Jadi, kamu berselingkuh di belakangku selama ini?" Lara mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. Bahkan kelopak matanya yang mulai memanas kini terasa basah.
"Cih! Lihatlah perbandingannya denganmu! Dia juga wanita pekerja, tapi tidak gembrot dan kucel sepertimu. Dan kabar baiknya, dia tidak mandul," cebik Prasetya. Tatapan matanya menyiratkan rasa jijik.
"Aku kucel seperti ini karena tak memiliki waktu untuk merawat diri, Mas! Setiap pagi sampai--"
"Cukup! Intinya sekarang aku menceraikanmu. Urus berkas-berkasnya sendiri di pengadilan!" pungkas Prasetya.
Rasa sesak dalam dada membuat Lara hampir tak dapat mengendalikan diri. Ingin rasanya menjabak dan mencakari wajah wanita yang tengah dirangkul mesra suaminya itu. Namun Lara sadar. Perbuatan brutal semacam itu pun tak akan mengubah keadaan.
"Aku akan menjual rumah besok. Tenang saja, kamu masih akan mendapatkan bagian dua puluh persen dari hasil jual rumah itu," ucap Prasetya memberitahu sebagai formalitasnya saja.
"Tidak! Itu rumahku. Apa hakmu untuk menjualnya?! Jika kamu ingin menghidupi Istri barumu, setidaknya bekerja keraslah! Jangan terus menumpang hidup pada wanita!" teriak Lara hampir mengumpat. Tak ia pedulikan beberapa pasang mata yang mulai memperhatikan mereka dari jauh.
"Apa maksudmu dengan menumpang hidup? Selama kita menikah aku juga bekerja. Hanya karena aku memberi sedikit gajiku padamu, lantas kamu menganggapku menumpang hidup?!"
Lara tak sempat menimpali, tatkala suara dering ponselnya terdengar dari dalam tas di gendongannya.
'Pak Abian' batin Lara membaca nama kontak pada layar ponselnya.
"Halo?"
"Lara, sekarang kamu ke kantor! Ada meeting mendadak."
"Ba--" Dengungan sambungan telepon yang terputus, membuat Lara tak sempat menuntaskan kalimatnya.
Lara gegas meletakkan kembali ponselnya di dalam tas. "Ingat baik-baik, Mas! Jika kamu ingin menjual rumahku, maka langkahi dulu mayatku!" pungkas Lara sebelum melengos pergi.
Mengurungkan niatnya semula untuk membeli cincin. Baginya yang terpenting saat ini adalah bekerja. Karena pekerjaan bisa membuat Lara melupakan sejenak perkara rumah tangganya.
/0/17721/coverorgin.jpg?v=076168d8dfc593376f8f43533a6aa717&imageMogr2/format/webp)
/0/16536/coverorgin.jpg?v=9cb4a80e262b3782a29866bba32961b4&imageMogr2/format/webp)
/0/19179/coverorgin.jpg?v=e247542b41ba980e2273d0e92daa010e&imageMogr2/format/webp)
/0/3548/coverorgin.jpg?v=70a0d146e23d933e5c4acdcc80e66a4b&imageMogr2/format/webp)
/0/3272/coverorgin.jpg?v=08468a21c0b5f1dd7299039659a6d360&imageMogr2/format/webp)
/0/23723/coverorgin.jpg?v=464023131ef63f7e4423296e448da571&imageMogr2/format/webp)
/0/28803/coverorgin.jpg?v=cab87dccf8c2ff24e3c01ccd2cd8fe1c&imageMogr2/format/webp)
/0/15060/coverorgin.jpg?v=186205408f203f5ce4501784bff6c570&imageMogr2/format/webp)
/0/13692/coverorgin.jpg?v=3bde81d5415eef8d12deb1546d869d4b&imageMogr2/format/webp)
/0/8348/coverorgin.jpg?v=43c0358397072ccc5036682dd57eeaf1&imageMogr2/format/webp)
/0/8464/coverorgin.jpg?v=bb2fa6976040b74967606847f472435d&imageMogr2/format/webp)
/0/15074/coverorgin.jpg?v=22532312abb581bb0af87ccc4a8b6038&imageMogr2/format/webp)
/0/13651/coverorgin.jpg?v=63c2537713c2e6dae9770027eed9d5f3&imageMogr2/format/webp)
/0/10280/coverorgin.jpg?v=720740195ee454df06c4ac25d01a910a&imageMogr2/format/webp)
/0/21678/coverorgin.jpg?v=7ee98420483437b5ddbd0fba7118e8be&imageMogr2/format/webp)
/0/18539/coverorgin.jpg?v=0b8f4aca865147f2fd3d53813cb7d7aa&imageMogr2/format/webp)
/0/3927/coverorgin.jpg?v=fc8287d3786d28766edec978a5d2641f&imageMogr2/format/webp)
/0/12642/coverorgin.jpg?v=2cfc3e90b31d68257d82ceeb88ef0388&imageMogr2/format/webp)