/0/28867/coverorgin.jpg?v=7b0e6024e1de511891092aedce1d1655&imageMogr2/format/webp)
Saat adik-adikku sukses
"Anak Teteh gak pernah makan enak ya, kayak orang kelaparan gitu," ucap Mala pada Nurma, kakaknya.
"Heh, Tedi. Gak boleh, kamu udah ngambil sepotong ayam goreng tadi, Ibumu ke sini gak bawa makanan apa-apa, cuma bawa perut," tegur Ratri pada cucunya sambil menangkis tangan Tedi yang hampir menyentuh piring berisi ayam goreng yang begitu banyak, rasanya tidak akan habis jika Tedi mengambilnya sepotong lagi.
"Teh, mending bawa anaknya makan di dapur, dari pada bikin recok di sini," Mala kembali berbicara.
Tanpa berkata apa-apa, Nurma langsung membawa Tedi ke dapur, meninggalkan Ibu, dan saudara-saudarnya yang sedang menikmati buka puasa terakhir di tahun ini.
Nurma sadar, dari banyaknya makanan, tidak ada satupun yang bisa dia akui. Semua makanan ini di beli oleh ketiga adiknya yang sedang kembali ke kampung halaman untuk merayakan hari raya idul fitri esok hari.
Mereka tidak sadar, jika bukan karena tangan Nurma, bahan mentah yang mereka bawa tidak akan menjadi makanan lezat yang sedang mereka nikmati sekarang ini.
Istilah uang tidak bersaudara itu memang ada dan nyata, seperti yang sedang Nurma alami. Nurma adalah sulung dari 4 saudara, dua adiknya perempuan dan satu lagi bungsu laki-laki.
Dari ketiga saudaranya, Nurma lah yang kini hidupnya paling memprihatinkan.
Diam-diam Nurma pulang, membawa Tedi yang menangis karena ingin ayam goreng.
"Udah pulang kamu Neng? emang udah selesai buka bersamanya?" tanya Hendi pada Nurma, istrinya.
"Udah," jawab Nurma, lirih.
"Tedi kenapa kok nangis?"
"Biasa anak kecil rewel, kayak gak ngerti aja."
"Ayam goreng, Tedi mau ayam goreng, Bapak." Bocah berusia 5 tahun itu mengadu pada Bapaknya sambil menangis.
Ada rada nyeri di hati Nurma, saat mendengar anak semata wayangnya merengek, hanya sapotong ayam goreng pun Nurma belum mampu membelikan untuk anaknya itu.
"Kata Nurma juga apa Kang, Nurma malas pergi ke sana."
"Maafin Akang ya, Akang gak tahu kalau kayak gini."
Awalnya Nurma menolak, saat Ratri, Ibunya. Menyuruh Nurma untuk datang ke rumahnya, namun Hendi memaksa Nurma untuk tetap menuruti permintaan Ratri. Meskipun Hendi sendiri di larang untuk datang.
"Kamu aja yang datang, si Hendi gak usah!" ucap Ratri pada Nurma.
/0/24866/coverorgin.jpg?v=f7065baf7f62da0e74ee8bf6ac37822d&imageMogr2/format/webp)
/0/18360/coverorgin.jpg?v=0b2e1603fbce88128ccb2ce7e9ed3e5d&imageMogr2/format/webp)
/0/20911/coverorgin.jpg?v=a118fcfd84a16c7214b7083fcf58d996&imageMogr2/format/webp)
/0/17951/coverorgin.jpg?v=826938fa2d6147a359ff89b8580da6c0&imageMogr2/format/webp)
/0/14562/coverorgin.jpg?v=e2ff56d992c0745ecf9692a1ea900313&imageMogr2/format/webp)
/0/13466/coverorgin.jpg?v=81e65921a2deae8529f27d361223e649&imageMogr2/format/webp)
/0/23830/coverorgin.jpg?v=f6c400d446c191c6b21160edd80e9314&imageMogr2/format/webp)
/0/29153/coverorgin.jpg?v=25932d412c156f3501bea1c1af134c39&imageMogr2/format/webp)
/0/12906/coverorgin.jpg?v=1b33352383fc7da5c274fa9d922a261b&imageMogr2/format/webp)
/0/23734/coverorgin.jpg?v=20250526182827&imageMogr2/format/webp)
/0/28876/coverorgin.jpg?v=09731113ad696b94b92efb22936e56d0&imageMogr2/format/webp)
/0/25023/coverorgin.jpg?v=20251019182514&imageMogr2/format/webp)
/0/26828/coverorgin.jpg?v=58effc36dde73c3b3dcd8c0fac464b07&imageMogr2/format/webp)
/0/28882/coverorgin.jpg?v=a58ba5897c5802f25e6ffce521a39def&imageMogr2/format/webp)
/0/2039/coverorgin.jpg?v=3d8cd84ad4908aa3769b5756d0bf67a8&imageMogr2/format/webp)
/0/5924/coverorgin.jpg?v=5103dee62307df26ce22cd04d34b3ecd&imageMogr2/format/webp)