/0/19910/coverorgin.jpg?v=0b94ad33c6c25cace4d10e28932213a4&imageMogr2/format/webp)
POV; Neng Lia
Kami mendengar suara kencang yang berada di utara parkiran, namun suara itu terdengar samar.
"Tolong!!!!!!!!!"
Keadaan disekitar kami yang begitu hening, semakin menguak jeritan itu.
Kami berdua mulai mengambil langkah untuk mendekat.
Semakin mendekat suara itu, terdengar seperti terbungkam oleh sesusatu.
Apa yang terjadi?
Syahna mengambil langkah mundur.
Namun yang terjadi pada diriku justru berbanding seratus oersen dengan yang dilakukan Syahna.
Aku malah semakin melangkah maju, maju dan terus maju.
Aku lihat, gerbang utama yang disana mulai tertutup. Hanya tertinggal gerbang didekatku ini yang terbuka.
Suara teriakan gadis, namun suara itu mengarah ke arah gudang tua yang sudah dikosongkan Madrasah saat aku lulus dibeberapa tahun lalu.
Merinding menerkamku, selimut keberanianku semakin menipis.
Mataku terbelalak ingin mengetahui apa yang sedang terjadi.
Badanku gemetaran yang mana tidak mampu disembunyikan lagi.
Haruskah aku membuka pintu yang berada didepanku ini yang tertutup namun masih ada cela yang terbuka?
"Syahna ... Ayo!!!!!!!!"
Aku membisik dari kejauhan.
Syahna malahan mengambil langkah semakin ke belakang.
Sementara aku mulai memegang daun pintu yang tertutup itu.
Ribuan dzikir kulantunkan, lalu terbukalah pintu itu.
"Astaghfirullah ...." aku bergumam lirih.
Ke dua mataku seketika terbelalak, melihat gadis yang pakaiannya hampir hancur keseluruhan.
Hijab pasmina yang acak-acakkan.
Mulut kecilnya terbungkam dengan solasi hitam yang besar. Badannya bagai lemah tanpa daya dan matanya memerah sembab sementara wajahnya memucat.
Gadis itu terbaring dengan lemah. Bersandar didekat kursi kayu yang kotor.
Aku mulai mendekat padanya, disini cukup gelap tanpa pelita lampu.
Hanya ada sinar mentari pagi yang masuk melalui celah-celah atap, yang terlapisi genteng kaca putih.
Ya allah, gadis itu menujukan benar-benar ketakutan, apa dia sedang disekap seseorang. Namun siapa? Siapa juga yang tega melakukan ini?
Aku mendekat dan semakin mendekat.
Ku lihat pintu dibelakangku masih terbuka lebar sehabis aku buka keseluruhan.
Disini tidak ada suara, melainkan suara nafas gadis ini yang semakin kencang saat aku mulai mendekati dan melepaskan ikatan tangannya.
"Ada apa denganmu, Dik?"
Aku memanggilnya adik. Meski Ia bukan adikku yang sesungguhnya.
Dia hanya gadis biasa pada umumnya.
Solasi hitam yang menutupi mulut kecilnya itu aku tarik, setelah beberapa raungan ketakutan yang keluar begitu saja dari mulutnya.
Aku tidak tahu apa yang dia katakan sebelum aku melepas solasi hitam itu.
"Mbak ... belakang, Mbak!!!!"
Aku menatap arah belakangku. Padahal aku belum seleseai melepas ikatan kakinya.
"Ya allah ...."
Aku bergeser cepat ke arah kiriku.
Ya tuhan, siapa pria in? Aku tercengang melihatnya.
Wajahnya seperti orang yang benar-benar tidak mengenal ajaran islam.
Tubuhnya bagai menujukan bahwa dia bukan pria baik-baik. Namun, kenapa bisa dimadrasah ini?
Aku binging harus mengarah mana, aku terus bergeser saat pria itu mencoba memegang tanganku.
Tangannya memang kosong, tidak membawa benda tajam, tidak membawa juga benda yang menakutkan.
"Allahu akbar ...."
Aku melempar segala apa yang ada disamping kananku.
Buku-buku tebal itu aku lempar, namun pria itu sering menangkis.
Ya tuhan, aku kenapa bisa berada diruangan ini? Kalau aku sebelumnya tau, ini ruangan yang tidak baik. Maka aku mungkin tidak akan pernah memasukinya.
Sandal pemberian papi kulempar ke arah wajahnya.
Namun pria itu malah makin mendekat dan ingin memegangku dengan tangan kotornya.
Namun aku tidak akan putus asa untuk slalu menangkisnya.
"Mbak ... cepat lari!!!!!!"
/0/6214/coverorgin.jpg?v=e7964c940b9a30f19f7aef8a42f2e32c&imageMogr2/format/webp)
/0/2941/coverorgin.jpg?v=a113f933c51b68be507cce6d077e3c5a&imageMogr2/format/webp)
/0/5053/coverorgin.jpg?v=10956731975730da070c19fa4f539b70&imageMogr2/format/webp)
/0/29606/coverorgin.jpg?v=43de8d7d2e394f3d3f370d1b2566c8f7&imageMogr2/format/webp)
/0/17149/coverorgin.jpg?v=9e8822e567909a5e504ab1ee583fe92b&imageMogr2/format/webp)
/0/5487/coverorgin.jpg?v=5f14fba69636ed885f8b73f7a02fe96c&imageMogr2/format/webp)
/0/4586/coverorgin.jpg?v=651c662242c05b47245fd41f214c5dc9&imageMogr2/format/webp)
/0/8922/coverorgin.jpg?v=122f60a4aa4007bf4763bc7735e28281&imageMogr2/format/webp)
/0/18873/coverorgin.jpg?v=b8baa94752614edd376b3e18297a1c9e&imageMogr2/format/webp)
/0/3334/coverorgin.jpg?v=6e6d8f37662ef09cd884581b5c644618&imageMogr2/format/webp)
/0/3872/coverorgin.jpg?v=e9a4e6acc2dfae4e5b73afa34ec542aa&imageMogr2/format/webp)
/0/6494/coverorgin.jpg?v=d70cbc9e0fbe54e08469c203f165324f&imageMogr2/format/webp)
/0/12755/coverorgin.jpg?v=135a08759123fe0a19a4ab0cfd36ba9f&imageMogr2/format/webp)
/0/15253/coverorgin.jpg?v=c790210f59dd4348ce7d1581af7affd7&imageMogr2/format/webp)
/0/21861/coverorgin.jpg?v=0f4e65363e281e89be22227c20075f20&imageMogr2/format/webp)
/0/27610/coverorgin.jpg?v=17f2e21dd63b76cc4d0bfc788cd8d79d&imageMogr2/format/webp)