Dengan hati yang berdebar-debar, Mila memasuki kamar yang sangat luas. Ia merasa seperti terbang ke dalam mimpi yang begitu nyata. Bagaimana mungkin ia, Kamila Anggraini, seorang wanita biasa, sekarang menjadi istri dari Edward Putra Pratama, seorang CEO di tempatnya bekerja?
Mata Mila melintas ke sekeliling kamar yang megah. Ruangan itu dipenuhi dengan furnitur mewah dan sentuhan elegan yang mencerminkan kemewahan hidup Edward. Langit-langit tinggi, perabotan berkualitas, dan ruang yang luas menciptakan aura kemegahan yang tak terbantahkan.
Saat pandangannya mendarat pada tempat tidur yang besar dan empuk, Mila tak bisa menahan senyum bahagia. Ia tidak bisa menyangka bahwa dirinya, seorang wanita biasa dengan mimpi sederhana, kini berbagi ranjang dengan seorang pria yang memiliki posisi begitu tinggi dalam dunia bisnis.
"Ya ampun, sumpah. Aku enggak lagi mimpi, kan." Milla bermonolog pada dirinya sendirinya.
Rasanya begitu lelah, tapi teramat bahagia bisa bersanding dengan orang yang selama ini diimpikan.
Setelah merajut asmara dengan sang kekasih selama kurang lebih satu tahun, akhirnya hari ini gadis berparas ayu itu sah dipersunting sang pujaan hati.
Senyum bahagia jelas terpancar menghiasi wajahnya. Ia sangat cantik, malam ini pun ia akan mempersembahkan malam special untuk suaminya.
"Mas Edward kemana ya? Kok belum masuk ke kamar.”
Mila meraih ponselnya yang ada di tas, lalu mencari kontak suaminya. Hendak menelepon suaminya, namun urung melakukannya.
"Hmm, biarin aja deh. Lagian aku juga masih deg-degan nih. Nanti kira-kira aku harus ngapain yah? Apa aku langsung tiduran aja di kasur. Atau aku goda dulu mas Edward? Atau.. apa yah?”
Ah, Mila benar-benar sangat gugup. Ia memegangi dadanya yang berdebaran tak karuan, karena akan melewati malam pertamanya bersama sang suami.
Mila duduk di tepi ranjang sambil mengungkang-ungkang kakinya menatap sepatunya yang indah. Rasanya begitu bahagia dinikahi oleh CEO nya yang terkenal dingin dan ketus, entah mengapa membuatnya merasa menjadi wanita istimewa karena bisa memenangkan hatinya.
"Beruntung banget aku, bisa nikah sama bos sendiri yang tajir melintir." Mila tersenyum sendiri jika mengingat hanya dirinyalah yang akhirnya di pilih menjadi pendamping hidup Edward.
Perlahan Mila merebahkan tubuhnya ke atas ranjang king size milik suaminya yang kini akan menjadi miliknya juga.
Pikiran Mila teralihkan pada suara kenop pintu yang dibuka. Ia semakin berdebar saja, ia segera berdiri dan bersiap menyambut suami tampannya yang begitu ia idolakan.
Namun ternyata bukan suaminya yang datang melainkan Jessica, mama mertuanya.
Mila langsung mengembangkan senyumnya dan berlari kecil menghampiri Jessica lalu mencium tangannya.
"Hei sayang, jangan lari-lari, nanti kamu tersandung gaun.”
Mila terkekeh.
"Tenang aja aku ini juara olah raga, Mih." kelakar Mila.
Jessica memeluk Mila lalu mengusap wajahnya lembut. Ia menatap Mila dengan mata berkaca.
"Mami jangan nangis, aku kan tidak jatuh.”
Tadinya Jessica merasa terharu tapi sekarang jadi tertawa mendengar ocehan menantunya.
"Kamu ini, Mami hanya teringat dengan mendiang adiknya Edward, dia seusiamu kalau saja dia masih hidup.”
Mila baru tahu rupanya suaminya memiliki seorang adik yang telah meninggal. Edward orangnya pendiam dan tidak pernah banyak cerita apa pun tentang keluarganya.
"Tapi.. bedanya kamu ini selalu senyum, ceria dan apa adanya. Mami suka itu.”
Mila menampilkan sesnyum manisnya saat mendengar pujian dari mama mertuanya. Keduanya memang cukup singkat berkenalan, tiga bulan saja sebelum pesta ini digelar, namun keduanya sudah sangat cocok dan akrab.
Sebab Jessica juga mirip dengan Ibun, panggilan Milla untuk ibunya. Jessica memperlakukan Mila dengan penuh kasih sayang layak putrinya sendiri.
"Alhamdulilla kalau Mami suka sama aku. Nanti aku jangan dimarahi kayak di sinetron-sinetron itu ya, Mih. Terus maaf juga kalau nanti aku masih suka bangun siang, tapi aku janji akan berusaha menjadi istri dan menantu yang baik dan sholehah.”
/0/13196/coverorgin.jpg?v=1b2723ef13d2e7dc43deb129ca43fc09&imageMogr2/format/webp)
/0/7246/coverorgin.jpg?v=51e1e9c3de8d384eee9868777ba2f9f2&imageMogr2/format/webp)
/0/3570/coverorgin.jpg?v=d5742184555360c3885488556c45dfc7&imageMogr2/format/webp)
/0/15511/coverorgin.jpg?v=b045c4232192081cb88811e3e9e912e3&imageMogr2/format/webp)
/0/22505/coverorgin.jpg?v=b5152182d0c7db7c5dfe65523344203f&imageMogr2/format/webp)
/0/16228/coverorgin.jpg?v=6c4ff6f4dc19505cf8a6235ee23019ee&imageMogr2/format/webp)
/0/24869/coverorgin.jpg?v=a7408a3a8e3b3ce5f754a4790abf2604&imageMogr2/format/webp)
/0/17730/coverorgin.jpg?v=2d53c191f94d3351ba7aeca7e2ae687e&imageMogr2/format/webp)
/0/22378/coverorgin.jpg?v=a48f534805993d32d1d3763df62aec52&imageMogr2/format/webp)
/0/16783/coverorgin.jpg?v=6f5af9220dd74d8a2e32f1388e982978&imageMogr2/format/webp)
/0/8828/coverorgin.jpg?v=9f0cb9a48303b3fe771a93609807e46a&imageMogr2/format/webp)
/0/7370/coverorgin.jpg?v=00309cc73bf41177261dc1503e2463a9&imageMogr2/format/webp)
/0/6523/coverorgin.jpg?v=8e0004fc35f893d47a86f931aafe544d&imageMogr2/format/webp)
/0/15159/coverorgin.jpg?v=3a71ec34291e2bd259b4575096d502d8&imageMogr2/format/webp)
/0/3089/coverorgin.jpg?v=0ea2572eb873c3ee6e372fcdbf92fd1c&imageMogr2/format/webp)
/0/13527/coverorgin.jpg?v=d165abf67620b08b551b5432c07a8280&imageMogr2/format/webp)
/0/26240/coverorgin.jpg?v=662fe648190aa082e7081b5f60cf8b56&imageMogr2/format/webp)
/0/4760/coverorgin.jpg?v=5b5d159c31f41b5b4c23c4a193c5afd1&imageMogr2/format/webp)
/0/7535/coverorgin.jpg?v=ae17e37198eb7df76e60deca15aa6276&imageMogr2/format/webp)