Tujuan Dibalik Pernikahan

Tujuan Dibalik Pernikahan

QyuQyu30

5.0
Komentar
6.4K
Penayangan
61
Bab

"Jangan harap aku akan menyentuhmu!" ucap Edward dengan lantang pada wanita yang baru saja dipersuntingnya. Bagi pasangan pengantin yang baru saja memasuki babak baru tentu sangat berharap bisa menjalani pernikahan yang harmonis. Tapi ternyata tidak pada pernikahan Mila. Wanita yang memiliki nama lengkap Karmila Anggraini, menyesal telah menerima pinangan sang kekasih. Pria pilihannya, yang diagung-agungkan di depan keluarganya ternyata telah berubah setelah selesai mengucap ijab qobul. Walaupun keluarganya sempat tidak merestui hubungan dengan Edward, namun Mila tidak pernah menyerah untuk memperjuangkan cintanya. Hingga ia mengantongi restu dari sang Ibu dan Kakak. Kalimat yang Edward ucapkan sangat membuatnya sakit hati. Entahlah apa yang terjadi pada suaminya sehingga berubah menjadi dingin padanya. Apa sebenarnya tujuan Edward menikahi Mila? Dan apa Mila akan tetap mempertahankan pernikahannya?

Bab 1 Terlanjur Basah

Dengan hati yang berdebar-debar, Mila memasuki kamar yang sangat luas. Ia merasa seperti terbang ke dalam mimpi yang begitu nyata. Bagaimana mungkin ia, Kamila Anggraini, seorang wanita biasa, sekarang menjadi istri dari Edward Putra Pratama, seorang CEO di tempatnya bekerja?

Mata Mila melintas ke sekeliling kamar yang megah. Ruangan itu dipenuhi dengan furnitur mewah dan sentuhan elegan yang mencerminkan kemewahan hidup Edward. Langit-langit tinggi, perabotan berkualitas, dan ruang yang luas menciptakan aura kemegahan yang tak terbantahkan.

Saat pandangannya mendarat pada tempat tidur yang besar dan empuk, Mila tak bisa menahan senyum bahagia. Ia tidak bisa menyangka bahwa dirinya, seorang wanita biasa dengan mimpi sederhana, kini berbagi ranjang dengan seorang pria yang memiliki posisi begitu tinggi dalam dunia bisnis.

"Ya ampun, sumpah. Aku enggak lagi mimpi, kan." Milla bermonolog pada dirinya sendirinya.

Rasanya begitu lelah, tapi teramat bahagia bisa bersanding dengan orang yang selama ini diimpikan.

Setelah merajut asmara dengan sang kekasih selama kurang lebih satu tahun, akhirnya hari ini gadis berparas ayu itu sah dipersunting sang pujaan hati.

Senyum bahagia jelas terpancar menghiasi wajahnya. Ia sangat cantik, malam ini pun ia akan mempersembahkan malam special untuk suaminya.

"Mas Edward kemana ya? Kok belum masuk ke kamar."

Mila meraih ponselnya yang ada di tas, lalu mencari kontak suaminya. Hendak menelepon suaminya, namun urung melakukannya.

"Hmm, biarin aja deh. Lagian aku juga masih deg-degan nih. Nanti kira-kira aku harus ngapain yah? Apa aku langsung tiduran aja di kasur. Atau aku goda dulu mas Edward? Atau.. apa yah?"

Ah, Mila benar-benar sangat gugup. Ia memegangi dadanya yang berdebaran tak karuan, karena akan melewati malam pertamanya bersama sang suami.

Mila duduk di tepi ranjang sambil mengungkang-ungkang kakinya menatap sepatunya yang indah. Rasanya begitu bahagia dinikahi oleh CEO nya yang terkenal dingin dan ketus, entah mengapa membuatnya merasa menjadi wanita istimewa karena bisa memenangkan hatinya.

"Beruntung banget aku, bisa nikah sama bos sendiri yang tajir melintir." Mila tersenyum sendiri jika mengingat hanya dirinyalah yang akhirnya di pilih menjadi pendamping hidup Edward.

Perlahan Mila merebahkan tubuhnya ke atas ranjang king size milik suaminya yang kini akan menjadi miliknya juga.

Pikiran Mila teralihkan pada suara kenop pintu yang dibuka. Ia semakin berdebar saja, ia segera berdiri dan bersiap menyambut suami tampannya yang begitu ia idolakan.

Namun ternyata bukan suaminya yang datang melainkan Jessica, mama mertuanya.

Mila langsung mengembangkan senyumnya dan berlari kecil menghampiri Jessica lalu mencium tangannya.

"Hei sayang, jangan lari-lari, nanti kamu tersandung gaun."

Mila terkekeh.

"Tenang aja aku ini juara olah raga, Mih." kelakar Mila.

Jessica memeluk Mila lalu mengusap wajahnya lembut. Ia menatap Mila dengan mata berkaca.

"Mami jangan nangis, aku kan tidak jatuh."

Tadinya Jessica merasa terharu tapi sekarang jadi tertawa mendengar ocehan menantunya.

"Kamu ini, Mami hanya teringat dengan mendiang adiknya Edward, dia seusiamu kalau saja dia masih hidup."

Mila baru tahu rupanya suaminya memiliki seorang adik yang telah meninggal. Edward orangnya pendiam dan tidak pernah banyak cerita apa pun tentang keluarganya.

"Tapi.. bedanya kamu ini selalu senyum, ceria dan apa adanya. Mami suka itu."

Mila menampilkan sesnyum manisnya saat mendengar pujian dari mama mertuanya. Keduanya memang cukup singkat berkenalan, tiga bulan saja sebelum pesta ini digelar, namun keduanya sudah sangat cocok dan akrab.

Sebab Jessica juga mirip dengan Ibun, panggilan Milla untuk ibunya. Jessica memperlakukan Mila dengan penuh kasih sayang layak putrinya sendiri.

"Alhamdulilla kalau Mami suka sama aku. Nanti aku jangan dimarahi kayak di sinetron-sinetron itu ya, Mih. Terus maaf juga kalau nanti aku masih suka bangun siang, tapi aku janji akan berusaha menjadi istri dan menantu yang baik dan sholehah."

Jessica tergelak lagi, rasanya senang sekali jika ngobrol dengan menantunya yang selalu menghibur. Menurtut Jessica, Mila bisa membuat suasana hatinya kembali berwarna. Setelah kehilangan Erika, putrinya.

"Mami akan selalu bersikap baik padamu, tapi.. kamu yang harus sabar dengan sikap dingin Edward. Dia itu cenderung pendiam dan agak cuek, apalagi setelah adiknya meninggal. Dia hampir enggak pernah tersenyum lagi."

Mila sudah siap dengan hal tersebut, karena Mila juga sangat tahu bagaimana sikap Edward di kantor. Tapi karena memang Mila sangat mengidolakannya hingga ia berpikir bisa mengatasi sikap dingin pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya.

"Dan maklumi juga kalau dia banyak dekat dengan wanita, dia begitu popular. Tapi Mami yakin Ketika dia sudah memilih menikahimu berarti kamu memang benar-benar istimewa baginya. Selama ini dia belum pernah berkomitmen dengan siapa pun, pacaran pun tidak."

Senyuman Mila seketika lenyap, inilah yang membuatnya kemarin sempat ragu menerima lamaran Edward. Ia tahu betul kalau bosnya sering didatangi wanita, digosipkan dengan para selebriti. Juga sering mendengar rumor kalau Edward itu pemain wanita dan dikenal sebagai rajanya one night stand.

Ibun juga awalnya tidak merestui hubungan Mila dengan Edward lantaran sering mendengar gossip demikian. Namun Mila meyakinkan Ibun jika Edward telah berubah dan memilih mengakhiri pelabuhannya pada Mila.

"Iya, Mih. Mila harap mas Edward benar-benar telah mengakhiri petualangannya."

Jessica mengelus lembut punggung tangan menantunya.

"Oya, mas Edward nya kemana ya? Dari tadi belum kelihatan."

"Sepertinya tadi dia masih ngobrol dengan Clarissa."

Mila mengerucutkan bibirnya saat mendengar suaminya sedang ngobrol berdua dengan wanita lain di malam pengantin mereka.

Tentu saja Mila cemburu, secara Clarissa gadis anggun yang pintar dan popular sebagai selebgram. Wanita yang mengaku sebagai sahabat suaminya sejak kecil, tapi tetap saja Mila merasa terusik.

Istri mana yang tidak risih melihat suaminya yang terlalu dekat dengan wanita lain dan kerap melakukan skin ship tanpa canggung di depan Mila.

"Kok dia ke sini sih? Bukannya pulang ke rumah selesai acara dari hotel?"

Jessica membelai lagi lengan Mila.

"Sabar ya, Sayang. Mereka hanya sahabat kok, meski begitu Mami akan mendukungmu kalau kamu tidak suka Edward dekat-dekat dengan Clarissa."

"Terus mereka di mana sekarang, Mih?"

"Sepertinya mereka di taman belakang dekat kolam renang. Kamu samperin aja ke sana."

Mila tersenyum mengangguk. Dengan masih memakai gaunnya yang mengembang dan berumbai serta sepatu hak tinggi, ia berjalan keluar kamar menuju taman belakang rumah.

Sedang Jessica memilih kembali ke kamar tanpa mau ikut campur urusan rumah tangga anaknya.

Susah payah Mila berjalan menuruni anak tangga yang meliuk karena ekor gaunnya yang panjang. Ia menyapu pandangan ke seluruh ruangan dasar rumah mewah tersebut, namun sepi dan tidak menjumpai dua insan yang sedang di incarnya.

"Mas Edward! Mas!" panggil Mila dengan suaranya yang dibuat ceria meski jantungnya berdebar-debar.

Tidak ada sahutan, Mila terus berjalan menuju pintu belakang. Ia membuka pintu yang terbuat dari kaca itu, kini matanya kembali menyapu halaman belakang dengan padang rumput yang luas. Lalu ia menyusuri jalan setapak yang terbuat dari batu-batu coral.

Ia berjalan menuju kolam renang, sampai di tepi kolam ia tak kunjung menjumpai suaminya. Ia memutar tubuhnya dan akhirnya melihat sosok suaminya, hanya saja kini suaminya tengah duduk di kursi dekat kolam dengan seorang wanita duduk di sampingnya dan wajah mereka saling menghadap satu sama lain dengan jarak yang begitu dekat.

BYUURR!!!

Berniat kabur tapi malah tersandung gaunnya dan akhirnya Mila berakhir jatuh ke kolam renang, mengagetkan Edward dan Clarissa.

'Sial! memalukan!'

Entahlah apa yang di lakukan Edward dengan Clarisaa tadi, Mila tidak sempat melihatnya karena sudah terlanjur basah di kolam renang.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh QyuQyu30

Selebihnya

Buku serupa

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Gavin
5.0

Perusahaanku, CiptaKarya, adalah mahakarya dalam hidupku. Kubangun dari nol bersama kekasihku, Baskara, selama sepuluh tahun. Kami adalah cinta sejak zaman kuliah, pasangan emas yang dikagumi semua orang. Dan kesepakatan terbesar kami, kontrak senilai 800 miliar Rupiah dengan Nusantara Capital, akhirnya akan segera terwujud. Lalu, gelombang mual yang hebat tiba-tiba menghantamku. Aku pingsan, dan saat sadar, aku sudah berada di rumah sakit. Ketika aku kembali ke kantor, kartu aksesku ditolak. Semua aksesku dicabut. Fotoku, yang dicoret dengan tanda 'X' tebal, teronggok di tempat sampah. Saskia Putri, seorang anak magang yang direkrut Baskara, duduk di mejaku, berlagak seperti Direktur Operasional yang baru. Dengan suara lantang, dia mengumumkan bahwa "personel yang tidak berkepentingan" dilarang mendekat, sambil menatap lurus ke arahku. Baskara, pria yang pernah menjanjikanku seluruh dunia, hanya berdiri di sampingnya, wajahnya dingin dan acuh tak acuh. Dia mengabaikan kehamilanku, menyebutnya sebagai gangguan, dan memaksaku mengambil cuti wajib. Aku melihat sebatang lipstik merah menyala milik Saskia di meja Baskara, warna yang sama dengan yang kulihat di kerah kemejanya. Kepingan-kepingan teka-teki itu akhirnya menyatu: malam-malam yang larut, "makan malam bisnis", obsesinya yang tiba-tiba pada ponselnya—semua itu bohong. Mereka telah merencanakan ini selama berbulan-bulan. Pria yang kucintai telah lenyap, digantikan oleh orang asing. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka mengambil segalanya dariku. Aku berkata pada Baskara bahwa aku akan pergi, tetapi tidak tanpa bagianku sepenuhnya dari perusahaan, yang dinilai berdasarkan harga pasca-pendanaan dari Nusantara Capital. Aku juga mengingatkannya bahwa algoritma inti, yang menjadi alasan Nusantara Capital berinvestasi, dipatenkan atas namaku seorang. Aku melangkah keluar, mengeluarkan ponselku untuk menelepon satu-satunya orang yang tidak pernah kusangka akan kuhubungi: Revan Adriansyah, saingan terberatku.

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku