/0/15466/coverorgin.jpg?v=61f388f015d702f5b62256a150c5e2a8&imageMogr2/format/webp)
"Maaf Mbak, dengan berat hati ... Mbak resign saja dulu." Seru Sekar dengan tatapan yang kecewa.
"Lho kenapa begitu? kalau saya berhenti gimana dengan anak-anak, siapa yang mau mengurus mereka berdua?" Fitri seolah tidak menerima kalau dirinya di pecat.
"Maaf Mbak saya sudah tidak kuat dengan omongan tetangga yang bilang kalau Mbak itu dekat dengan suami saya! sementara kalian berdua tidak mau mengakuinya! saya jadi stres." Jelas Sekar kepada Fitri. " Dan Mbak tidak perlu memikirkan anak-anak! karena mereka urusan saya!"
Dengan kecewa. Fitri pun pergi, hari ini gak jadi mengasuh kedua buah hati Sekar dan Zulfan.
Hati Sekar kian hancur mendengar omongan kalau suaminya telah berselingkuh dengan orang yang selama ini sudah ia gaji dan diperhatikan layaknya keluarga sendiri.
Hatinya terasa perih bagai teriris sembilu, dada terasa sesak menyiksa diri. Air mata sering jatuh berderai mengungkapkan luka di dalam dada karena ulah orang yang selama ini Sekar percayai.
"Kanan kiri depan belakang, berdatangan memberi tahu ku tentang perselingkuhan suami ku dan pengasuh kedua buah hati ku!" Gumam Sekar sambil menatap kosong layar laptop.
Walaupun banyak kejanggalan Sekar temukan dengan mata kepala sendiri. Namun tetap ia berusaha positif thinking tidak mau mengotori hati dengan dugaan-dugaan yang belum tentu, pikirnya.
.
.
Hingga pada suatu saat, Sekar tengah sibuk dengan kerjaannya di kantor. Tiba-tiba ada pesan chat masuk, Sekar sangat terkejut dengan pengakuan yang menohok bagi Sekar.
(Maaf, Sekar ... Dengan rendah hati dan merasa bersalah. Saya akui kalau yang sebenarnya saya memang ada hubungan dengan mas Zulfan, sejak beberapa tahun silam.) Fitri.
Dada Sekar terasa sesak bagai tertimpa batu yang begitu berat. Lalu dengan jari yang bergetar, Sekar mengetik untuk membalas pesan chat dari Fitri.
"Astagfirullah ... ternyata kata-kata orang adalah benar? kalau kalian itu emang ada main di belakang saya? tega banget kalian, Saya sungguh tidak menyangka kalian tega bermain di belakang saya!"
(Saya sangat mencintai suamimu Sekar. Makanya saya rela melayaninya dengan senang hati, dan saya harap kamu sudi menceraikan Mas Zulfan! dan saya akan menceraikan suami saya, agar saya dan mas Zulfan bisa menikah) Fitri.
Pengakuan dia ini bikin Sekar merinding. "Sungguh gila dan sangat menjijikan! wanita bersuami mengakui mencintai suami orang, oh my good ...."
(Sekar, kamu mungkin ingin tahu tempat mana saja kami sering bermain. Di kamar pribadi kalian, di kamar anak-anak. Di sofa ruang tengah. Bahkan di meja dapur tak ayal di jadikan tempat kami mengeksplor atau mencari suasana baru.) Fitri.
Sekar kembali mengetik di layar keyboard dengan jari bergetar dan keringat yang mengucur.
"Cukup, cukup! tidak perlu engkau lanjutkan lagi. Kamu itu sungguh tidak punya malu ya! Hingga berani menjabarkan Di mana kalian melakukannya, benar-benar saya tidak menyangka sebelumnya! kita makan minum bersama, saya perhatikan kamu juga keluarga kamu. Tapi apa yang kamu lakukan terhadap saya? Malah mengambil suami saya. Sementara Mbak itu punya suami juga, apa kamu nggak punya pikiran atau gimana?"
Wajah Sekar merah padam, matanya terasa panas melihat dan membaca isi chat si perempuan yang tadinya pengasuh buah hati Sekar dan Zulfan. Kalau saja berada di depan mata, rasanya ingin menampar dan menjambak. Menghajar habis-habisan.
(Saya hanya minta kamu menceraikan Mas Zulfan dan saya akan menceraikan suami saya! kami berdua akan menikah karena kami saling mencintai satu sama lain.) Fitri.
Tak ayal kata-kata kotor, hinaan dan cemoohan pun keluar dari mulutnya Sekar pada perempuan itu. "Dasar tidak punya malu, dasar wanita murahan. Perebut suami orang."
Wajah Sekar banjir dengan air mata, hatinya hancur sehancur-hancurnya. Wanita yang dia anggap saudara sendiri mengambil suami tercinta nya yang ia bela-belain dan ia pertahankan walau tanpa restu orang tuanya. Ponsel nya pun ia hempaskan ke sofa.
"Dasar wanita gila, mau menceraikan suami demi menikah dengan suami orang, sudah sin-ting apa ya?" Gumamnya Sekar sambil menahan rasa sakit di dadanya.
/0/15792/coverorgin.jpg?v=fbf693eaf1b9e8d8944183e7cb0d21e7&imageMogr2/format/webp)
/0/3863/coverorgin.jpg?v=dd541e9306aeca030ade281c09d46f41&imageMogr2/format/webp)
/0/15875/coverorgin.jpg?v=ff5018756ee6c55ebd4d1c89ecdc651e&imageMogr2/format/webp)
/0/16421/coverorgin.jpg?v=b0886871611b20d2f1997bedcfcc4a1a&imageMogr2/format/webp)
/0/21623/coverorgin.jpg?v=46c1ddb82f876ba452c9a04fa22134b0&imageMogr2/format/webp)
/0/24906/coverorgin.jpg?v=20250627182916&imageMogr2/format/webp)
/0/8546/coverorgin.jpg?v=fbf9b0193808dfbf370ab42642e71e9f&imageMogr2/format/webp)
/0/28864/coverorgin.jpg?v=ea2dee007ad4e0ae33ded56bdb1cfb1d&imageMogr2/format/webp)
/0/12211/coverorgin.jpg?v=7e6c8450a71a6aa4009c4bf79ee6e868&imageMogr2/format/webp)
/0/5188/coverorgin.jpg?v=4dbc4d153014a240082e717e87b8d288&imageMogr2/format/webp)
/0/20819/coverorgin.jpg?v=81267841f6c5c8431c822d06c1bbb882&imageMogr2/format/webp)
/0/16527/coverorgin.jpg?v=2e54cd0c6edd768dfd375d41be6de1f3&imageMogr2/format/webp)
/0/19587/coverorgin.jpg?v=94b223d41808f39abb1de8f12c73aff5&imageMogr2/format/webp)
/0/2577/coverorgin.jpg?v=6aec95d891445bca0fac94148f036350&imageMogr2/format/webp)
/0/14510/coverorgin.jpg?v=bb6ef97f7daf000e88fd854ec695eab7&imageMogr2/format/webp)
/0/7816/coverorgin.jpg?v=a6aa06801d1e6333e837d876b43129de&imageMogr2/format/webp)
/0/27523/coverorgin.jpg?v=785dc1ae4488623a639c3d9874eafaf0&imageMogr2/format/webp)