Tentu, saya akan menambahkan POV (Point of View) ke setiap bab sesuai dengan permintaan Anda, tanpa mengubah format atau konten lainnya.
Di meja operasi yang dingin, napas saya berhenti selamanya.
Suami saya, Handi, bahkan tidak menoleh sedikit pun ke arah jasad saya.
Dia sibuk memeluk cinta pertamanya, Chika, merayakan keberhasilan transplantasi ginjal yang dia rampas paksa dari tubuh saya yang sekarat.
Bagi Handi, kematian saya hanyalah harga murah demi keselamatan "bidadari" palsunya.
Namun, karma datang lebih cepat dari dugaannya.
Seorang perawat dengan sinis memberitahunya:
"Selamat, Tuan. Anda baru saja membunuh istri Anda sendiri demi seorang penipu."
Kebenaran terbongkar. Chika ternyata hanya mengincar uang asuransi kematian saya.
Handi hancur. Dia meraung, mengemis untuk melihat makam saya.
Tapi sahabat saya, Feri, sudah menyembunyikan jasad saya jauh-jauh.
Yang Handi temukan hanyalah nisan bertuliskan "Istri Feri".
Gila karena penyesalan, Handi menggali tanah dengan tangan kosong di samping nisan itu.
Dia mengiris nadinya sendiri, berharap darahnya bisa menebus dosa.
Sayangnya, bahkan kematiannya pun tidak lagi berarti bagi saya.
Bab 1
Riana POV
Kaki saya terikat, pergelangan tangan saya diborgol, dan mulut saya disumpal. Dingin sekali, sampai ke tulang. Saya tahu ini adalah akhir. Tidak ada yang datang menyelamatkan.
Selang-selang menancap di tubuh saya, alat monitor berbunyi berirama. Setiap bunyi "bip" terasa seperti detak jarum jam menuju kematian. Saya mencoba berteriak, tapi suara saya tidak keluar. Hanya air mata yang mengalir dari sudut mata.
Tiba-tiba, bunyi "bip" itu menjadi panjang dan solid. Garis hijau di monitor berubah menjadi garis lurus. Dingin memenuhi saya, bukan hanya dari meja operasi, tapi dari dalam. Ini dia.
Kemudian, suara dokter terdengar, samar-samar tapi jelas. "Operasi Nona Chika berhasil! Ginjalnya berfungsi sempurna." Dunia saya gelap total. Betapa ironisnya.
Lampu di atas saya meredup, perlahan-lahan. Saya menutup mata, merasakan kegelapan menelan saya. Tidak ada lagi rasa sakit. Tidak ada lagi harapan.
Tapi kegelapan tidak bertahan lama. Saya merasa melayang, ringan seperti kapas. Sebuah dorongan menarik saya ke suatu tempat. Ke arahnya.
Di sebuah kamar mewah, Handi memeluk Chika erat-erat. Wajahnya penuh kelegaan, mata Handi berkaca-kaca. Chika membalas pelukannya, tersenyum lemah. Tubuh saya menegang, meskipun saya tidak punya tubuh lagi.
Rasa sakit yang baru menghantam saya. Lebih dalam dari luka pisau bedah. Ini adalah rasa sakit karena diabaikan, dilupakan. Kehilangan yang tak terlukiskan.
Apakah dia pernah peduli sedikit saja? Tentang hidup saya, atau kematian saya? Hanya sebuah pertanyaan kosong di kehampaan.
Jawabannya jelas. Tidak. Dia tidak pernah peduli.
Handi telah menuntut saya untuk Chika. Menuntut agar saya mendonorkan ginjal saya. Padahal saya sekarat.
Dia menyewa pengacara terbaik di Jakarta. Untuk memastikan saya tidak punya jalan keluar. Tidak ada celah hukum.
Saya kalah. Sejak awal, saya tidak punya kesempatan. Hukum tidak berpihak pada orang lemah.
Pisau bedah terasa dingin di perut saya. Rasa sakit itu, bahkan setelah saya mati, masih melekat. Setiap jahitan di tubuh Chika adalah luka baru di jiwa saya.
Sebelum operasi, saya mencoba menelepon Handi. Suara saya serak, hampir tidak terdengar. Ini adalah upaya terakhir saya.
"Handi, tolong... hentikan," saya berbisik ke telepon. "Saya tidak kuat. Saya merasa... saya akan mati." Setiap kata adalah gelembung udara terakhir saya.
Saya tidak pernah memohon padanya. Tidak pernah menundukkan kepala. Bahkan ketika dia memperlakukan saya seperti pembantu.
Saat itu, saya rela melakukan apa saja. Mengatakan maaf, mengakui kesalahan yang tidak saya perbuat. Asal saya bisa hidup.
Di ujung telepon, hanya ada desahan. Lalu, tawa dingin yang menusuk. Itu adalah tawa Handi.
/0/30695/coverorgin.jpg?v=5b72da6a3b527f71b7ed5df262ff9227&imageMogr2/format/webp)
/0/26512/coverorgin.jpg?v=af2827c41ec076f199f1f6529fc039fc&imageMogr2/format/webp)
/0/17266/coverorgin.jpg?v=bfb99384bad2e372cc9069cbb7787510&imageMogr2/format/webp)
/0/2811/coverorgin.jpg?v=68b1990488880293977d9c4b78f2e2cd&imageMogr2/format/webp)
/0/13496/coverorgin.jpg?v=66269e7169f3ab8feb7a9dde95b22a7f&imageMogr2/format/webp)
/0/4860/coverorgin.jpg?v=b9c9da5a94d14fccba95e471ad1a429e&imageMogr2/format/webp)
/0/4798/coverorgin.jpg?v=359286025250e432ea126903353487dc&imageMogr2/format/webp)
/0/13113/coverorgin.jpg?v=603d878cfe27a72adc41261c26c4094b&imageMogr2/format/webp)
/0/24202/coverorgin.jpg?v=670a7219e4675cbf0e714fde34f1d81b&imageMogr2/format/webp)
/0/14809/coverorgin.jpg?v=32097fe76c1b92a3875dde3f46261985&imageMogr2/format/webp)
/0/13315/coverorgin.jpg?v=39530fc19c2814b2e4f80fcf56ad15ec&imageMogr2/format/webp)
/0/21622/coverorgin.jpg?v=0458e6c3da0bce5c211e55e61bd7b237&imageMogr2/format/webp)
/0/23360/coverorgin.jpg?v=2d2f8239eaf8451cd8b110e539e29803&imageMogr2/format/webp)
/0/29132/coverorgin.jpg?v=bd7c045bf4d0b1fd6d120c499692d6fd&imageMogr2/format/webp)
/0/27356/coverorgin.jpg?v=3e8026b64c89988e6458f9b70ce21beb&imageMogr2/format/webp)
/0/3066/coverorgin.jpg?v=1968055e65003abae00f1e114a907847&imageMogr2/format/webp)
/0/4896/coverorgin.jpg?v=e4d73480546b66939e583eeaf04cb2d9&imageMogr2/format/webp)
/0/5888/coverorgin.jpg?v=88ed910bbcf55b640b1eb6eb4ed85c97&imageMogr2/format/webp)
/0/4290/coverorgin.jpg?v=f69af7fae1687f0e6c25f81bff95b97e&imageMogr2/format/webp)