/0/13690/coverorgin.jpg?v=34d407bff7def1b62c3b6d9da1a2d824&imageMogr2/format/webp)
Lelaki kurus dengan carrier 65l itu mempercepat langkahnya, ia memasuki gapura Stasiun Kereta Api Tangerang, coummuter line yang pagi ini akan ia naiki berangkat pukul 07:00 WIB. Namun, bukan kegusaran karena terlambat naik KRL yang membuatnya nampak terburu-buru, ia telah membuat janji dengan temannya untuk bertemu tepat pukul 6:30WIB, masih ada waktu lima menit lagi sebelum waktu yang disepakati.
Sesampainya di depan stasiun, tepat di depan pembelian loket ia nampak mengawasi keadaan sekitar. Matanya tidak menangkap sosok yang ia kenali, setelah ia membei tiket lantas ia keluarkan gawainya.
“Assalamualaikum, halo pak Fahri,” suaranya mengawali pembicaraan.
“Oia, Mas Alif udah sampe belum, Mas? Saya udah di dalam nih pas banget depan KRL, Mas Alif di mana?” jawab pak Fahri.
“Saya tepat di pintu masuk pak, dekat loket. Ouh gitu okay pak saya masuk kalau gitu, assalamualaikum,” ia menutup percakapan.
Alif lalu menempelkan kartu multi tripnya di gate dan menuju ke tempat pak Fahri. Tak butuh waktu lama ia mengenali pak Fahri dengan potongan rambut cepak tni yang nampak serasi dengan perawakannya.
“Assalamualaikum pak, duuh maaf ni jadi nunggu lama,” suara Alif membuyarkan lamunan pak Fahri.
“Walaikumsalam, eh nggak apa-apa mas saya juga belum lama sampenya,” balas pak Fahri.
“Wah udah kayak mau wajib militer aja pak potongannya hehehehe,” Alif mencoba mencairkan suasana.
“Iya nih hahahaha, eh kita foto dulu yu biasa buat status WA,” pinta pak Fahri.
“Okay pak itu intinya,” Alif membalas seenaknya.
Sesaat kemudian pak Fahri mengeluarkan gawainya lalu mereka berswafoto, ya dua orang yang memang mirip akan wajib militer itu kini nampak asyik mengabadikan diri, bahkan hampir tak ada bedanya dengan para wajib militer di negeri ginseng, walaupun hanya bermodalkan potongan cepak tni.
Suara penyiar commuter line terdengar, menginformasikan keberangkatan armada kereta listrik yang akan dinaiki oleh Alif dan pak Fahri sesaat lagi segera meninggalkan stasiun. Suara itu memandu Alif dan pak Fahri untuk masuk sesegera mungkin. Alif bergegas memperhatikan langkahnya di peron dan masuk di gerbong pertama, ia dan pak Fahri lalu berjalan ke gerbong dua dan seterusnya, sampai di gerbong enam pak Fahri mengajaknya untuk mencari tempat duduk.
“Udah mas sampe gerbong ini aja jalannya, kita cari tempat duduk disini!” suara pak Fahri menghentikan Alif.
“Okay pak, dimana nih enaknya? Saya biasanya kalo untuk dua orang cari tempat duduk di bangku yang pojok itu pak.”
“Nah boleh tuh sip deh,” pak Fahri menyetujui.
Mereka berdua lalu melepaskan tas dan barang bawaan lainnya lalu kemudian duduk.
“Loh, Mas Alif cuma bawa satu ransel aja?” tanya pak Fahri yang baru menyadari barang bawaan Alif.
“Iya pak Fahri, ini juga bisa sampai satu bulan pak,” jawab Alif.
“Emang beda ya kalau udah biasa surveive-mah,” kembali pak Fahri menimpali.
“Nggak kok pak hehehe, kopernya mau ditaro di atas aja pak? Sini biar saya bantu pak.”
Suasana gerbong KRL pagi itu mulai ramai ketika memasuki Stasiun Poris dan Kalideres, segerombolan penumpang mulai memenuhi tiap gerbong. Namun belum berdesakan, bahkan masih bisa dikatakan lumayan berjarak untuk ruang kosong diantara penumpang.
Jam-jam padat penumpang di KRL memang bisa diprediksi. Pasti akan sangat padat di jam pergi dan pulang kantor. Dalam keadaan tersebut jika memang tidak siap untuk saling berdesakan, maka disarankan menunggu aramada lain. Namun untuk orang-orang yang sudah hidup dengan rutinitas pergi dan pulang dengan commuter line, itulah seninya. Bahkan tak jarang di saat pintu KRL akan tutup dan penumpang sudah penuh sesak ada saja seorang yang merangsek masuk.
Dari balik jendela KRL suasana Ibu Kota yang “selalu hidup” sudah menanti kedatangan Alif, terlebih setelah melewati Stasiun Grogol. Padatnya Jakarta pagi itu dipenuhi berbagai kendaraan dan manusia dengan segala aktivitasnya. Alif masih nampak mencoba menikmati perjalanan dengan memasang earphone. Setelah lama perjalanan yang ia lalui, ia dikagetkan dengan tangan yang menepuk pundaknya.
“Iya pak Fahri, maaf tadi lagi dengar musik,” Alif mencoba membaca situasi.
“Mas nanti kita transit di Stasiun Tanah Abang aja ya,” saran pak Fahri.
“Loh, Pak Fahri kenapa emangnya? Bukannya malah padat ya pak di Tanah Abang?”
“Nggak mas, justru kalo kita transit di Stasiun Duri nanti ke Stasiun Manggarai dan Stasiun Jatinegara jam segini lagi rame-ramenya, perkiraan jam 10-an sih kita transitnya,” pak Fahri menjelaskan.
“Ouh gitu, nah nanti kita dari Tanah Abang kemana pak?” Alif kembali bertanya.
“Kita langsung ambil yang ke Jatinegara, tapi yang lewat Angke, Kampung Bandan, Rajawali, terus lanjut Senen sampe Stasiun Jatinegara mas.”
“Ouuuh gitu, saya belum pernah naik rute itu sih pak. Boleh pak, sip deh.”
/0/3858/coverorgin.jpg?v=81e4465834aeb33cc244021db0b56d09&imageMogr2/format/webp)
/0/16783/coverorgin.jpg?v=6f5af9220dd74d8a2e32f1388e982978&imageMogr2/format/webp)
/0/18283/coverorgin.jpg?v=dadcf0b3eef0272fe59e2dd73b3e4cbc&imageMogr2/format/webp)
/0/21571/coverorgin.jpg?v=cba1e5ef1cfc84bae149fdb0540b3382&imageMogr2/format/webp)
/0/20911/coverorgin.jpg?v=a118fcfd84a16c7214b7083fcf58d996&imageMogr2/format/webp)
/0/5411/coverorgin.jpg?v=26066b1e186cf3a7055c7839dabf3401&imageMogr2/format/webp)
/0/18153/coverorgin.jpg?v=f78fa773721ad8b0372ca9fa8cb631a7&imageMogr2/format/webp)
/0/5215/coverorgin.jpg?v=39958dcbcb0c5b4484b6761a5dcb8525&imageMogr2/format/webp)
/0/20412/coverorgin.jpg?v=2c495306c7fd2f60c3276826592aeffd&imageMogr2/format/webp)
/0/3047/coverorgin.jpg?v=73c715d6159b4899960b1c005f4c0ab6&imageMogr2/format/webp)
/0/15568/coverorgin.jpg?v=40d7d9b09aac8bb8daca7351dbf5c6a9&imageMogr2/format/webp)
/0/5014/coverorgin.jpg?v=3c05b05ac56bbb4cb0181bb382404ae7&imageMogr2/format/webp)
/0/6613/coverorgin.jpg?v=f9a5cfff9b5fc80bc6a65a8d6b5f5c77&imageMogr2/format/webp)
/0/14574/coverorgin.jpg?v=395d59467c41e8342afe796e70b2c24e&imageMogr2/format/webp)
/0/16671/coverorgin.jpg?v=371b04a54873846c5d87c4b9ceb95fc4&imageMogr2/format/webp)
/0/14454/coverorgin.jpg?v=097c050da30592f60587e80b434c4dc1&imageMogr2/format/webp)