***
"Naura, jadi luh daftar jadi biarawati?" tanya salah seorang temannya.
"Jadi dong, Aku akan setia pada pendirianku Naya," ucap Naura lembut pada temannya.
"Berarti kamu ga boleh nikah dong, sementara gue mau nikah dan punya anak yang manis dan lucu-lucu," Ucap Naya mantab.
"Iya, Aku aja pengen nikah tapi cowoknya aja yang ga ada," kekeh Mira.
"Ya , Gimana ini udah perjalananku mungkin," Ucap Naura.
"Naura, kamu tuh cantik, pinter the best deh dari kita-kita," ujar Naya heran.
"Gaklah, kita semua cantik dan pinter kok cuma tujuan kita lain aja," Ucap Naura tersenyum simpul.
Di rumah sakit Naura mengitu tes karena masuk ke biarawati itu harus benar-benar suci pemeriksaan pun berlangsung selama Dua jaman.
Setelah pun pulang kerumahnya (di rumah sakit dia tidak tahu apa yang dilakukan Dua Dokter koas yang menanganinya karena dokternya tidak masuk).
"Pak Adrian ini semple sperma bapak yang kemaren saya minta sudah di tes di lab bapak sudah dinyatakan sehat pak," Ucap Dokter sambil menjabat tangan Adrian.
"Te_terimakasih banyak dok," Ucap Adrian sumringah mendengar ucapan Dokter itu.
Sudah tiga minggu perasaan Naura tidak menentu dia pusing sepertinya kurang enak badan dia di suruh Romo pembimbingnya pulang untuk istirahat.
"Anak ibu kok pulang gimana, kamu masih yakin untuk ikut tes itu Nak?" Tanya Ibu Naura sambil duduk di sampingnya.
"Ya, masih dong Bu ini Aku baru pulang dari sana, Aku agak pusing tadi bu," Ucap Naura manja pada Ibunya.
Sebenarnya keluarganya tidak menyetujui keinginan Naura karena dia anak perempuan satu-satunya.
Naura tiga bersaudara dia anak kedua namun demi Anak mereka mengiyakan keinginan Naura.
Tiba-tiba Naura mual dan muntah dan berlari kewastafel dekat kamar mandinya.
"kenapa kamu Nak, " panik Ibunya menghampirinya.
"Gak tau de bu," Ucap Naura lemes.
"Ya sudah. Sebaiknya kita kerumah sakit Ibu takut kamu kenapa -napa," Ucap Ibu Naura pun pergi ke rumah sakit bersama Ibunya.
Di rumah sakit betapa terkejutnya mereka berdua.
"Selamat ya Bu,anak Ibu tengah HAMIL"Ucap Dokter yang menangani Naura.
Betapa hancurnya Ibunya mendengarnya begitu pula dengan Naura.
"Gak mungkin dok saya belum menikah dok dan saya tidak pernah melakukan yang membuat saya mengandung Dok, "Tangis Naura pecah.
" Naura, Ibu kecewa sama kamu," Isak Ibu tidak menyangka kalau putri satu-satunya akan mencoreng nama baik keluarganya.
"Ibu, Aku juga ga tahu Bu demi apa pun Bu saya tidak pernah melakukan yang di larang Ayah sama Ibu jangankan hal ini pacar aku aja ga ada Bu," Tangis isak Naura.
Mereka pun meninggalkan rumah sakit itu. Di rumah Naura benar- benar di sidang.
"Ayo nak jujur sama Ayah, Ayah akan cari laki-laki yang ga bertanggung jawab itu" Lirih Ayah berkaca -kaca.
"Ayah maafin Naura Ayah, tidak tau anak siapa ini Ayah," Ucap Naura bersujud di kaki Ayahnya.
"Ayah terakhir aku ikut tes di rumah sakit mungkin di sana ada Jawabannya" Yakin Naura pada Ayahnya.
Dengan membawa mobil Ayahnya dia menuju rumah sakit Naura berlari menelusuri lorong-lorong rumah sakit tiba-tiba.
"Auuw........!" Naura memegang lengannya.
"Sory, Aku ga sengaja," Ucap laki -laki itu acuh tak acuh.
"Gak...apa aku yang salah ga lihat kamu,"Ucap Naura berlalu pergi meninggalkan laki-laki itu menuju ruangan tempat ia diperiksa tiga minggu yang lalu.
"Dok tiga minggu yang lalu saya ke sini untuk mengikuti tes dok," ucap Naura.
"Terus kenapa mbak?" tanya dokter itu.
" Dok, Sa...Saya ....sekarang lagi_"
"Dok, ini laporannya Dok" Ucap Dokter koas
"Dok. Dokter ini yang menangani saya dok kalau ga salah mereka berdua Dok," Ucap Naura terbata-bata tapi ia yakin.
Dokter koas itu pun terkejut.
"Humm....... Mbak maafin saya mbak saya bukan bermaksud buat mbak jadi ." Ucap Dokter itu gugup.
"Maksudnya apa ini Dok?" Tanya Dokter itu penyasaran.
"Dok, sebenarnya semple sperma Bapak Adrian kami suntikkan ke mbak ini saat mbak ini tes keperawanan Dok," ucap Dokter koas itu terbata-bata.
"Ini ga adil Dok. Bagaimana nasib saya, anak ini," Isak Naura histeris.
"Saya mau tuntut rumah sakit ini dan terutama kamu." tegas Naura.
/0/3935/coverorgin.jpg?v=20250122110501&imageMogr2/format/webp)
/0/2039/coverorgin.jpg?v=3d8cd84ad4908aa3769b5756d0bf67a8&imageMogr2/format/webp)
/0/5547/coverorgin.jpg?v=4029339d32ff0a77581a3df9e0c22aa7&imageMogr2/format/webp)
/0/16597/coverorgin.jpg?v=7671acdde2afa7678a9ec790a4948956&imageMogr2/format/webp)
/0/14334/coverorgin.jpg?v=20250123115914&imageMogr2/format/webp)
/0/23011/coverorgin.jpg?v=38fc038bd3669a53b93dab90eabfc2c3&imageMogr2/format/webp)
/0/20283/coverorgin.jpg?v=4f80989f89a2d1ea79d667d26fd544dc&imageMogr2/format/webp)
/0/3121/coverorgin.jpg?v=fcafbc7885a065fc8612ad5a466c6507&imageMogr2/format/webp)
/0/28444/coverorgin.jpg?v=e4f6e7ef7b28b81f9784822c76c7d3f1&imageMogr2/format/webp)
/0/29680/coverorgin.jpg?v=346a0775ae965b8a2e39f055e0123249&imageMogr2/format/webp)
/0/20148/coverorgin.jpg?v=610d1466562cb507b996b1f6794ddd1c&imageMogr2/format/webp)
/0/6522/coverorgin.jpg?v=20250120180107&imageMogr2/format/webp)
/0/4283/coverorgin.jpg?v=20250121182445&imageMogr2/format/webp)