/0/17910/coverorgin.jpg?v=3990dd583fb4dc94a1b14b2ec024bccb&imageMogr2/format/webp)
Langit yang terlihat mendung disertai rintik hujan sehingga terasa begitu syahdu, cuaca menjadi dingin dengan angin yang berhembus kencang menimbulkan suara ketika sunyi mulai merangkak di sepertiga malam.
Seorang gadis berjalan menuju ke arah jalanan yang ada di ujung di jalan raya yang cukup ramai ini. Malam yang cukup dingin, dia terpaksa duduk meski tubuhnya sedikit menggigil.
Walaupun dengan sedikit ketegangan dan juga rasa gelisah. Ia sudah membulatkan tekadnya malam ini. Berusaha untuk tidak gugup karena ini baru pertama kalinya.
Keinginannya sederhana, melunasi semua hutang yang ditinggalkan kedua orang tuanya.
Dia adalah seorang gadis yang sedang menunggu seseorang, menunggu pelanggan pertamanya datang yang minta dia untuk menunggu sebentar. Mereka telah mengadakan kesepakatan, harga dan tempatnya.
Hatinya berdebar, jantungnya berdegup kencang. Rasanya cukup aneh, tapi harus dilakukannya. Tangannya gemetar, panas dingin merasakan ini. Bayangan pria tinggi besar yang akan menidurinya.
Langkah kakinya pelan tapi agak ragu namun harus dilakukan demi sebuah nominal yang meski tak seberapa tapi cukup besar untuknya melanjutkan hidup.
Dari awal, sudah ia sebutkan berapa nominal uang yang diinginkannya dan langsung disetujui dengan cukup berani oleh pemesan dirinya. Ia terpaksa melakukan ini demi sebuah jeratan hutang yang menumpuk.
Walau berat dengan keputusan yang sangat dipikirkan secara matang, tapi dia sekali lagi harus melakukan pekerjaan ini. Mau tidak mau ini jalan terakhirnya.
Sudah hampir satu jam lamanya tidak ada mobil yang berhenti di depan jalanan ini. Langkahnya terhenti saat gantungan kunci tasnya terjatuh.
Grogi!
Ya, tentu saja grogi. Jelas ini akan menjadi pandangan yang buruk bagi orang yang tidak tahu apa alasan dia melakukan ini.
Heels yang dipakainya cukup nyaman dipakai. Ia diminta datang dengan gaun berwarna merah dengan heels yang senada warnanya.
Lingerie merah juga sudah disiapkan dan telah dibawanya dalam tas mininya. Mungkin nanti akan digunakan jika dibutuhkan. Hatinya sedang gelisah, teringat banyak orang dan debt collector yang datang ke rumah kecilnya.
Mereka penagih hutang yang datang dan membuatnya harus memberikan janji untuk membayarnya dengan cepat.
Ia tidak menyangka jika kedua orang tuanya meninggalkan hutang yang sedemikian besarnya hingga harus dia yang membayarnya.
Setiap hari dikejar-kejar oleh debt collector dan tidak bisa hidup dengan tenang. Sekali-sekali pintu rumahnya kerap digedor-gedor hingga merasa trauma dengan suara ketukan pintu.
Ia juga kini dijauhi saudaranya bahkan tak dianggap sama sekali. Akhirnya karena tak ada jalan lain, mencoba mengikuti saran temannya yang sudah terjun dalam dunia hitam ini.
Temannya memang lama telah menggeluti pekerjaan ini sebelum mengenal masalah yang membelit hidupnya kini.
Kini dirinya akan bertemu dengan pria pemesannya yang berjanji memberikan uang jika ia masih perawan. Ya, pria itu menanyakan tentang keperawanan yang dimilikinya dan akan membayar mahal untuk itu.
Malam ini, bukan malam pengantin baginya tapi ia akan melakukan pertama kalinya dengan pria yang tidak ia kenal sama sekali sebelumnya.
Pria itu mengiriminya sebuah pesan, jika telah menunggunya dalam sebuah mobil dan diminta untuk jalan memutar kembali menuju ke arah dimana pria itu sedang duduk di dalam mobilnya di sana, di ujung jalan ini.
Gadis itu berjalan kembali dan mendapati seorang pria dengan mobil mewahnya. Pria itu memegang rokok saat dirinya masuk ke mobil.
"Hai," sapa pria itu.
"Ya, Tuan,"
"Kamu cukup cantik," ucapnya sambil memegang dagunya.
"Te-terima kasih," jawabnya.
Jantungnya berdegup kencang, baru kali ini ada yang menyentuh bagian tubuhnya. Rasanya sangat aneh dan agak risih meski harus diterimanya.
"Aku tahu kamu gugup. Apa ini pertama kalinya kamu melakukannya?" tanya pria itu dengan cukup detil.
Sorot matanya tajam, menelisik ke arahnya mengamati setiap bagian tubuhnya. Ia merasa gelisah, gugup dan takut. Semua bercampur jadi satu.
Pria itu menyeringai lebar, mengusap pahanya, dan ia hanya pasrah saja. "Ini untukmu,"
Tangannya mengulurkan sesuatu memberikan semacam uang sebagai DP untuk membuatnya percaya bahwa pria itu memberikan uang sebagai tanda jadi transaksi.
/0/22408/coverorgin.jpg?v=1226fa8b4cc3b87b92c0424c9f6eff04&imageMogr2/format/webp)
/0/20400/coverorgin.jpg?v=c18cb2619c62f9e197af9a3d7caeebce&imageMogr2/format/webp)
/0/2951/coverorgin.jpg?v=d73daa2b4f10c884e75a48c039e3d213&imageMogr2/format/webp)
/0/18456/coverorgin.jpg?v=508aa5da97bdece14220356f455d15a0&imageMogr2/format/webp)
/0/20891/coverorgin.jpg?v=a40ab2ceb5f376f963f303e3f8eb8aa9&imageMogr2/format/webp)
/0/22002/coverorgin.jpg?v=20aae04726b1eeebc847af65d7f6f52f&imageMogr2/format/webp)
/0/21578/coverorgin.jpg?v=f3b8007d6c41ca25e461ca7a6ea886f7&imageMogr2/format/webp)
/0/5473/coverorgin.jpg?v=7d7f596c03bc4022435fb342953ea158&imageMogr2/format/webp)
/0/7432/coverorgin.jpg?v=cdad065e9d03d2602fa89d649f5f3d93&imageMogr2/format/webp)
/0/3065/coverorgin.jpg?v=86f4ce4034079b3240f9e6cfaa2621d5&imageMogr2/format/webp)
/0/9818/coverorgin.jpg?v=b835326f2f6e25ddf9e1d6153e202a56&imageMogr2/format/webp)
/0/13378/coverorgin.jpg?v=ccf175b59590ed22905f00b516dbe1e2&imageMogr2/format/webp)
/0/18539/coverorgin.jpg?v=0b8f4aca865147f2fd3d53813cb7d7aa&imageMogr2/format/webp)
/0/10329/coverorgin.jpg?v=109cced51fe1b6bd734c006a4a9046fb&imageMogr2/format/webp)
/0/17793/coverorgin.jpg?v=19b7910aa91f26057a6eb35324491ccc&imageMogr2/format/webp)
/0/17104/coverorgin.jpg?v=8b7a3244b40f4c389fa63385cc90018e&imageMogr2/format/webp)
/0/19691/coverorgin.jpg?v=697aadf68d41fe77dac4fb9909e70655&imageMogr2/format/webp)
/0/17300/coverorgin.jpg?v=65252dd7284e2eebffbc10c9450c4d82&imageMogr2/format/webp)