Cinta yang Tersulut Kembali
Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
Jam menunjukkankkan pukul 24:00 Dila terbangun dari tidurnya melihat tubuhnya sudah penuh dengan air keruh di area kemaluannya.
Tiba tiba saja tubuhnya terasa menggigil dan seperti sedang ditarik pada area kemaluannya, sakit mulai terasa dan perlahan Dila menghampiri uaminya yang sedang Asik ngobrol.
“Yank,” masih sempat dia memanggil Suaminya yang sedang ada tamu diluar.
Suasana sangat mencekam, tengah malam dan udara mulai mencekik,
Usia kandungannya sudah Sembilan bulan hal itu membuat Dila sedikit khawatir, “Yang, kesini” panggilnya sambil mendekat ke arahnya.
“Kenapa dek?”
“Ada cairan keluar yank, tapi perasaan aku tidak kencing,”
Sembi mulai curiga, “Apa kita telvon bak Erwin saja,” ujarnya, bak Erwin adalah perawat Desa yang memang sudah ditugaskan dalam urusan melahirkan, namun dila bersikeras untuk jangan dulu karena dia sendiri belum yakin kalau dia akan melahirkan.
“Jangan dulu deh Yank, kan belum sepenuhnya mau melahirkan,”
Tapi Sembi merasa inilah saatnya Dila akan melahirkan, selang lima menit Dila sudah mulai merasakan kontraksi dalam perutnya, Sembi mulai menuju bidan Erwin, dia segera panic berharap Istrinya dan Anaknya akan baik baik saja.
Namun keadaan tidak bersahabat, menjelang subuh pembukaan kedua air ketuban Dila sudah kering sedangkan rasa sakit tidak berlangsung lama, terpaksa Dila harus dirujuk ke Rumah sakit terdekat supaya Anak dalam Bayinya tertolong.
Sesampainya, dila hanya di suruh diam dan terlentang ke arah kiri supaya terangsang dan rasa sakit bisa terus berlangsung, Dila hanya bisa merasakan sakit dan sakit, namun dia tidak bisa membagi rasa sakit itu, berharap dalam hatinya kalau Bayinya akan baik baik saja.
Semakin lama semakin terasa baginya rasa sakit yang amat sangat mengerikan, selang beberapa jam rasa sakit mulai tidak bisa dibendung lagi, Dila berusaha untuk mengeden sekuat mungkin, Anak pertama yang merupakan misteri bagi seeorang Ibu.
Nyawanya semakin memainkan jiwanya, Dila semakin tidak bisa mengendalikan rasa sakit yang amat menusuk diperutnya, selang tiga puluh menit tidak lama kemudian terdengar suara yang dinantikannya dibantu oleh tiga Perawat yang ada disebelahnya.
Bayi keluar dengan selamat, namun hal tak terduga terjadi, mulutnya keluar darah dan tubunya kejang! Kelalayan perawat tidak bisa dipungkiri, mereka hanya mengambil Bayinya tanpa mengambil ari ari nya saat persalinan berlangsung,
Dila mulai kejang, mulutnya keluar darah, Neneknya yang menemani berteriak melihat kondisi Dila yang sudah mulai tidak stabil.
“Dokter Dokter,”
Perawat mulai panik, ternyata ari arinya masuk kembali kedalam tubuh Dila, keluarga yang menemaninya histeris dan mulai menangis menghawatirkan keselamatan Anak semata wayangnya itu, sebelum tindakan medis dilanjut Dokter meminta agar pihak keluarga menandatangani beberapa surat.
“Silahkan tanda tangan dulu keluarganya, kami akan melakukan tindakan khusus kepada pasien,”
“Kalau saja terjadi sesuatu dengan Anak saya, saya tidak akan memberikan maaf, Dokter.” ungkap Neneknya dengan derayan air mata, karena Neneknya yakin kalau ini murni kesalahan perawat yang lalai akan tugasnya.
“Tolong Dokter,” Sembi mulai menarik pena dan menandatangani, sementara teman temannya siap siaga didepan pintu bersalin menghadang perawat, kalau saja terjadi sesuatu dengan dila mereka siap menyeret semua yang terlibat keranah hukum.