Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
Sebentar lagi senja akan pergi dari tempat singgahnya, berganti malam dengan meninggalkan sejuta kenangan di dalamnya. Bintang di ujung sana sudah menampakkan dirinya dengan cahayanya yang remang, namun Alana masih terlihat duduk di antara terumbu karang sembari menikmati semilir angin yang menerjang rambut panjangnya.
Alana terlihat enggan berdiri untuk sekedar menepikan dirinya dari kerasnya ombak yang menerjangnya. Dari kejauhan seorang laki laki berjalan ke arah Alana, dengan senyumnya yang manis ia menepuk pelan pundak Alana. Merasakan kehadiran seseorang, Alana lantas menoleh ke belakang lalu tersenyum ketika mengetahui laki laki itu adalah Alfiyan.
"Ayo pulang, Na,” ucap Afiyan dengan nada pelan, namun masih bisa di dengar oleh Alana.
"Gue masih mau di sini,” jawab Alana dengan menatap mata Alfiyan.
Alfiyan menghela napas, tapi mengiyakan kemauan Alana, kemudian ia mendudukkan dirinya di samping Alana.
"Al,” panggil Alana dengan pelan.
“Kenapa, Na?” jawab Alfian sembari menoleh ke arah Alana.
“Lihat deh!!” teriak Alana, salah satu tangannya menunjuk bintang di atas langit, “Bintangnya cantik.”
"Iya, cantik kayak lo.” Alfiyan menjawab sembari mengusap lembut kepala Alana. Alana yang mendengar jawaban dari Alfiyan hanya tertawa kecil, lalu ia menyahut dengan suara pelan.
" Iya, gue tau gue cantik, Haha."
“Nggak jadi cantik dehh,” ujar Alfiyan.
"Ihh, Al kok jahat sih,” kesal Alana, lalu ia kembali menatap bintang bintang itu. Tangannya menunjuk salah satu bintang di ujung sana.
"Lo tau itu nggak? Bintang di ujung sana namanya apa?" tanyanya kepada Alfiyan yang berada di sampingnya. Alfiyan mengikuti arah telunjuk Alana, lalu melihat bintang yang di maksud olehnya.
“Enggak, emangnya namanya apa?” jawabnya dengan pandangan yang masih menatap bintang itu.
"Namanya atakoraka. Gue suka bintang itu.” Alana menurunkan tangannya, pandanganya fokus pada bintang di atas langit ujung sana, "Meski bintang itu menjadi bintang paling redup di antara bintang lainnya, tapi setidaknya bintang itu tetap bertahan di naungan bumantara."
Alfiyan yang mendengar perkataan Alana, lantas bertanya kepadanya.
"Karna apa? Lo itu aneh, masih banyak bintang yang lebih bagus dari itu. Ada bintang paling terang seperti sirius atau capella, tapi kenapa lo malah suka sama atakoraka?"
Alana menatap Alfiyan, keduanya kini saling berhadapan. Tatapan mata Alana begitu lirih, ia kemudian mengalihkan tatapanya ke laut lepas.
"Karna bintang itu kayak gue. Gue layaknya bintang itu, Al. Gue hidup di bumi, gue ada di naunganya. Tapi, sebagai seorang manusia yang tinggal di semesta ini, gue ngerasa nggak ada apa apanya. Nggak ada satupun yang melihat ke arah gue, nggak ada orang yang mengakui keberadaan gue di sini. Gue itu kayak ada tapi tiada.”