Afra, si aktris yang baru naik daun, harus mau menjadi babunya Aksa, si CEO Aone Group yang sangat menyebalkan. Afra melakukannya demi membebaskan Asia, kembarannya yang berada di penjara. Namun, hal itu justru membuat skandal baru antara dirinya dan Aksa yang menyebabkan keduanya harus menjalani pernikahan kontrak. Lalu, apa yang akan dilakukan Afra setelah mengetahui bahwa ternyata kembarannya menyimpan rasa terhadap Aksa serta ingin menghancurkan rumah tangganya? Akankah Afra tetap bertahan setelah rahasia masa lalu mereka terungkap?
"ASIAAAAA!!!"
Sebuah suara sangat cempreng sukses menggemparkan seluruh isi rumah. Gadis berteriak dengan seluruh kekuatannya dan hampir saja membuat pita suaranya putus. Wajahnya memerah karena menahan amarah.
"Ada apa, Non?" tanya seorang pembantu yang kira-kira berusia diatas lima puluh tahun kepada majikannya itu yang barusan berteriak.
"Bi Ijah, di mana Asia?" tanya gadis itu sambil menahan kekesalannya terhadap gadis yang ia panggil Asia.
"Non Asia sudah berangkat kerja sejak setengah jam yang lalu, Non."
"APAAA??? DAN BIBI MEMBIARKANNYA MEMAKAI MOBILKU? ASTAGAAAAAA!"
Gadis itu mengacak rambutnya frustasi karena mobil kesayangannya baru saja dipakai oleh saudaranya sendiri. Terlebih lagi gadis bernama Asia yang menjadi penyebab kemarahan gadis itu, tidak meminta izin padanya terlebih dahulu selaku pemilik mobil tersebut.
"Papa dan Mama ke mana?" Gadis itu tiba-tiba saja mengalihkan pembicaraan. Ia tak lagi membahas perbuatannya Asia.
"Tuan dan nyonya sudah berangkat pagi sekali. Katanya ada syuting," jelas Bi Ijah seadanya.
Terdengar suara helaan nafas dari gadis itu. Selalu saja seperti itu. Orang tuanya sangat sibuk dan saudaranya selalu mencari gara-gara dengannya. Satu jam lagi ia ada meeting di agensi tempatnya bernaung dan saat ini tidak ada mobil yang menganggur di rumahnya. Dengan sangat terpaksa ia berangkat ke agensinya nanti dengan menggunakan taksi.
"Siapin sarapan buat aku!" kata gadis itu dengan nada memerintah.
"Baik, Non Afra."
Gadis yang dipanggil Afra kemudian kembali ke kamarnya untuk berganti baju. Dia adalah Afra Liandra. Aktris pendatang baru dengan jumlah haters terbanyak tahun ini. Karena hatersnya yang sangat banyak itulah, membuatnya naik daun. Walaupun begitu, Afra sendiri tidak mengerti kenapa netijen begitu tidak menyukainya padahal ia tidak pernah memiliki skandal apapun. Intinya, Netijen selalu benar dan dirinya selalu salah.
Taksi online pesanan Afra telah sampai di depan rumahnya. Buru-buru gadis itu masuk ke dalam taksi tersebut. Sang sopir terkejut ketika tahu kalau pelanggan yang memesannya itu adalah seorang aktris cantik yang sedang naik daun saat ini.
"Mba Afra, ya?" tanya sang sopir kepada Afra yang duduk di bangku belakang.
"Mba?" Afra mengerutkan keningnya ketika mendengar sopir itu memanggilnya dengan sebutan 'Mba'.
"Kalo gue Afra, kenapa?" sahut Afra dengan nada juteknya. "Buruan jalan! Gue udah telat."
Sopir itu langsung melajukan mobilnya karena takut kalau pelanggannya ini akan mengamuk karena sejak tadi Afra memasang wajah juteknya. Afra bersikap sejutek itu pun dikarenakan kesal dengan kejadian pagi tadi karena ulahnya Asia.
*
Baru saja pria itu menginjakkan kakinya di bandara, tetapi para wartawan langsung menyerbunya dengan deretan pertanyaan yang begitu memuakkan. Para pengawalnya pun sempat kewalahan menghadapi para wartawan yang jumlahnya begitu banyak dan itu menganggu kenyamanan bandara.
"Pak Aksa, apakah anda akan menetap di Jakarta?"
"Pak, ada rencana pembangunan di Jakarta sehingga Bapak memutuskan kembali ke sini?"
"Pak, bagaimana keadaan saudara Bapak?"
Dari sekian banyak pertanyaan tentang karirmya, ternyata ada satu pertanyaan yang menarik perhatian pria yang di panggil Aksa itu. Aksa mendekati salah seorang wartawan wanita dengan rambut ikal dan berkacamata itu.
"Tentang keluarga saya, itu urusan saya. Kalian tidak perlu repot-repot mencari tahunya," kata Aksa dingin dengan tatapan yang begitu tajam.
Nyali wartawan itu langsung menciut. Ia langsung menunduk malu. Aksa lalu meninggalkan kerumunan wartawan yang begitu memuakkan baginya.
Aksa memijit kepalanya yang terasa pening. Ia baru saja kembali ke Jakarta, tetapi para wartawan itu membuatnya merasa muak.
Aksa Narendra, namanya.
Pengusaha muda yang sukses di bidang infrastruktur. Ia berhasil membangun beberapa apartemen mewah di beberapa negara tetangga. Salah satunya di China. Dan ia baru saja kembali dari China.
"Selidiki wartawan wanita tadi yang begitu lancang," kata Aksa kepada pria berjas yang duduk di samping sopirnya.
"Baik, Pak."
Mobil yang ditumpangi oleh Afra melaju dengan kecepatan 100 km/jam di saat jalanan sangat ramai. Sepertinya Afra begitu terburu-buru. Mobil yang berada di depan tiba-tiba mengerem mendadak dan membuat mobil yang di tumpangi Afra itu juga harus mengerem mendadak. Tetapi naasnya, mobil yang di tumpangi oleh Afra itu menabrak mobil yang ada di depan mereka.
Afra kaget karena mobil di depan mereka adalah mobil mewah limited edition. Afra hapal betul kalau mobil itu hanya dimiliki oleh beberapa orang di Jakarta ini. Mungkin para pejabat atau petinggi lainnya. Afra tidak ingin ambil resiko jika harus berurusan dengan mereka.
Aksa kaget karena tubuhnya terdorong ke depan karena sopirnya itu mengerem secara mendadak sekaligus ditambah lagi dengan dorongan dari belakang mobilnya. Aksa sangat yakin kalau mobilnya itu di tabrak oleh seseorang.
"Anda tidak apa-apa?" tanya sopir itu kepada Aksa karena dirinya yang barusan menginjak rem secara mendadak. Aksa menoleh ke arah belakang sejenak.
"Sepertinya mobil kita di tabrak, Pak," kata pria yang duduk di samping Aksa.
"Urus mereka!" titah Aksa tanpa basa-basi.
Pria berjas yang duduk di samping sopir itu keluar dan menghampiri pemilik mobil yang menabrak mobil Aksa. Pemilik mobil itu keluar untuk menemui pria itu, sedangkan Afra tetap diam di dalam mobil untuk menyelamatkan nama baiknya.
"Anda tahu apa kesalahan anda?" tanya Pria berjas itu.
Sopir taksi online itu meminta maaf berulang kali dan berjanji akan mengganti biaya kerugian yang di sebabkan olehnya.
"Anda ingin mengganti rugi? Apakah Anda yakin Anda sanggup?" tanya Pria itu meremehkan.
"S-saya tidak tahu, tapi akan saya usahakan." jawabnya gugup. Pria itu tersenyum miring kemudian memberikan kartu namanya dan mengambil paksa dompet sopir taksi online itu lalu mengambil kartu identitasnya.
"Kami sedang terburu-buru. Kita urus nanti. Untuk sementara KTP anda saya tahan," kata Pria itu sebelum akhirnya berlalu dan masuk kembali ke dalam mobil.
Sopir taksi online itu hanya bisa menghela nafas berat ketika mobil mewah yang ditabraknya itu melaju. Ia kembali ke dalam mobil.
"Bagaimana?" tanya Afra khawatir dengan nasib sopir taksi itu.
"Kartu identitas saya ditahan," jawab sopir itu lemah.
"Masalah ganti rugi biar gue yang urus. Lu hanya perlu jadi perantara antara gue dan pemilik mobil itu. Ingat,
identitas gue jangan sampai ketahuan mereka. Paham?" Afra memperingatkan sopir itu. Sopir itu pun mengangguk.
"Boleh liat kartu namanya?" pinta Afra kepada sopir itu. Sontak sopir itupun langsung memberikannya.
Afra membaca kartu nama tersebut. Entah mengapa Afra merasa cukup asing dengan nama yang tertera di kartu tersebut.
"Ini gue yang kurang pengetahuan atau orang itu yang emang gak terkenal?" Afra menggerutu pelan karena nama orang itu terasa begitu asing.