Kaila Maharani berlari kencang seperti angin. Dia tidak rela usahanya bangun pagi berakhir sia-sia hanya karena sebuah kejadian yang membuatnya terlambat tiba di sekolah, apalagi pada hari pertama di tahun ajaran baru.
"Pak Dayaaaaat...tunggu!" teriak Kaila saat penjaga sekolahnya mulai bergerak menutup pintu gerbang.
Bukan saja penjaga sekolah yang dipanggil Pak Dayat yang terkejut melainkan sebagian siswa dan siswi yang baru saja melewati gerbang sekolah.
"Ya Allah, Neng. Abis sarapan apa-an, sih," tegur Pak Dayat yang terpaksa menunda menutup pintunya.
Berdiri dengan tangan memegang gerbang bagian dalam, Kaila menatap ke atas dengan mata terpejam, mencoba menormalkan tarikan nafas dan degup jantungnya.
Senyum Kaila begitu cerah karena dia sudah berada di dalam lingkungan sekolah.
Wajahnya begitu sumringah pada saat bel berbunyi nyaring.
Dia tidak peduli kalau tas yang dia bawa masih ada di pundaknya. Dan dia juga tidak peduli kalau dia belum mendapatkan kursi tempat dia duduk nanti. Jangankan kursi, kelas-nya ada dimana saja dia belum tahu.
Yang terpenting bagi Kaila adalah dia sudah tahu dia masuk kelas apa.
Bagi sebagian siswa masuk kelas unggulan adalah impian mereka untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi, tetapi tidak dengan Kaila.
Dia bukan pelajar yang selalu giat belajar karena dia adalah siswa dengan sistem kebut semalam.
Kaila tidak tahu mengapa dia harus ditempatkan di kelas tersebut meskipun nilainya sangat lebih dari cukup.
Namun, yang jadi masalah adalah Kaila sudah menyatakan dengan tegas dan jelas di atas kertas kalau dia tidak mau masuk ke kelas tersebut.
Tapi apa daya, namanya sudah ada di sana begitu dia daftar ulang untuk masuk ke kelas 11.
"Kail...cie...cie, yang masuk kelas unggulan udah siap di tepi lapangan," goda Sifa sahabatnya.
"Siap kabur, maksudnya?" cibir Kaila sewot.
"Yakin loe mau kabur?" tanya Cory pelan.
"Bawel. Ngapain aku kabur kalau udah susah payah sampe di sekolah," omel Kaila.
Kenapa kedua teman karibnya bisa mendapatkan kelas yang mereka inginkan sementara dia tidak bisa.
'Kelasnya udah penuh' adalah alasan yang diberikan oleh guru yang berwenang.
Kalau saja Kaila boleh menggugat dia pasti mengatakan kalau kelas unggulan tidak akan menjadi unggul kalau dia pindah.
Boleh narsis dikit, kan? Setidaknya dia bisa mengurangi sakit hatinya karena permintaannya ditolak mentah-mentah.
"Babay, Kaila, kita baris di tempat yang beda, ya," goda Sifa.
"Kacrut!"
"Kaila, kamu bicara apa barusan?"
Suara teguran terdengar dari belakangnya.
Dengan wajah tersenyum lebar tanpa bersalah, Kaila berbalik dan melihat guru nomer satu juteknya ada di depannya.
"Binatang tikus, Bu," jawab Kaila pelan.
"Ini hari pertama wow, seenggaknya jangan dimulai dengan memberikan hukuman," pinta Kaila dalam hati.
"Ya sudah, baris sama teman sekelas kamu, sana!" perintah guru perempuan yang bernama Lasnariah.
"Baik, Bu."
Langkah kaki Kaila membawanya menuju barisan kelas 11.1 yang menjadi kelasnya sekarang.
Wajah dingin dan tidak peduli Kaila temukan saat dia berada di dalam barisan. Kenapa mereka tidak tersenyum? Seenggaknya mereka gak perlu berwajah serius seperti menunggu hukuman seperti itu.
Mereka masuk kelas unggulan bukan berarti masuk ke kamp konsentrasi yang dingin, kan?
Di antara 25 orang siswa kelas unggulan hanya ada 2 orang yang jauh dari kata serius dan mereka adalah Kaila dan Deniz yang menatapnya sambil cengengesan.
/0/4857/coverorgin.jpg?v=11970576592bbe4ba8fbf39fc9fad297&imageMogr2/format/webp)
/0/17444/coverorgin.jpg?v=4176e4349e89b53fc5a5aaac4caa5a09&imageMogr2/format/webp)
/0/10832/coverorgin.jpg?v=9b9f2c3b7a6e12f9a112bb5eaac99684&imageMogr2/format/webp)
/0/20085/coverorgin.jpg?v=c11c58d093f88da76b9d87a463df2f63&imageMogr2/format/webp)
/0/14156/coverorgin.jpg?v=0d6bcf5b3aacc35c4be934b534409f0b&imageMogr2/format/webp)
/0/5946/coverorgin.jpg?v=793dfdd997f00e3285becf733b6cfc44&imageMogr2/format/webp)
/0/10277/coverorgin.jpg?v=7f61f7cf176fe1e1f9efbaaa6ddd141a&imageMogr2/format/webp)
/0/5405/coverorgin.jpg?v=522d188a5b06f01f5bedde6e1e9a6781&imageMogr2/format/webp)
/0/24402/coverorgin.jpg?v=20250616185817&imageMogr2/format/webp)
/0/8899/coverorgin.jpg?v=460ed679c0638ad026a31933db41faa6&imageMogr2/format/webp)
/0/26256/coverorgin.jpg?v=8ee35ccce4feb43437eaef49fe6477d6&imageMogr2/format/webp)
/0/2643/coverorgin.jpg?v=93ac2d75559d724f99a23b6dfda7789e&imageMogr2/format/webp)
/0/2920/coverorgin.jpg?v=98acc4a30862b06bcde37c55161ec75e&imageMogr2/format/webp)
/0/2455/coverorgin.jpg?v=2c8a7b723e48a4f2527f44499f8fb291&imageMogr2/format/webp)
/0/17032/coverorgin.jpg?v=66b37eb8b1c7502e6e58caeab2c07925&imageMogr2/format/webp)
/0/27376/coverorgin.jpg?v=fdb18f639523772df266303e5ec48221&imageMogr2/format/webp)
/0/9295/coverorgin.jpg?v=a0f7c3bac77f643079e98db620e8b81a&imageMogr2/format/webp)
/0/5717/coverorgin.jpg?v=21c6766f050564eee3b81768fc5bc80a&imageMogr2/format/webp)
/0/6579/coverorgin.jpg?v=83c898fffb51ea4de0b06b2efec7319c&imageMogr2/format/webp)