Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PLAYBOY PENSIUN!

PLAYBOY PENSIUN!

Lilyana R

5.0
Komentar
780
Penayangan
39
Bab

Michael Giorgino Orlando adalah seorang pria mapan yang memiliki karir yang cemerlang. Michael adalah sosok suami yang bertanggung jawab, namun pada suatu titik, ia mengalami kejenuhan dalam pernikahannya. Di titik jenuh, ia bertemu Sydney yang tak lain adalah arsitek mall yang sebagian besar sahamnya ia miliki. Michaele berusaha mendekati Sydney, namun Sydney menolaknya. Kian hari, Michaele semakin tidak memperdulikan isterinya sampai akhirnya sang isteri berpulang. Setelah kepergian Greeta, Michaele di hantui penyesalan yang sangat dalam. Di detik-detik terakhir hidupnya, Greeta meminta Michaele untuk menikahi Sydney. Sydney sendiri sedang tidak ingin menjalin hubungan karena ia memiliki trauma dengan pernikahan.

Bab 1 Kehidupan Harmonis yang Semu

"Kak buruan dong mandinya kenapa lama benget sih? Kita bisa telat nanti."

Brakkkk.........Brakkkkkk........

Putri menggedor-gedor pintu kamar Willy."Kakak nggak takut kena sembur sama papa lagi apa, hobi banget bikin ribut!"

"Iya bawel, tugas kakak belum di kerjakan. Mana nanti ada ulangan Matematika lagi!"

Willy keluar kamar dengan seragam putih lengan panjang juga celana bawahan senada. Ia turun ke lantai satu dengan menggendong tas ranselnya. Ia menjulurkan lidahnya ke arah Putri .

"Wlekkk, nyebelin!"

Putri memasang wajah polosnya."Apa.....lihat-lihat!"

Putri berjalan mengekor Willy. Ia sudah berusaha membangunkan Willy, namun Willy semalam begadang nonton bola akhirnya sulit untuk di bangunkan. Jangankan alarm ponsel, jam beker yang di pasang pun hanya ia timpuk bantal saking ngantuknya.

Michaele duduk tenang di kursi utama sembari menscroll tabnya.

"Greeta, hari ini aku ada kunjungan ke Surabaya. Tolong sampaikan permintaan maafku pada mama, aku nggak bisa ikut acara arisan keluarga besar kita." Kata Michaele sembari menyeruput teh yang terhidang persis di depannya.

"Michaele....."Greeta menghela nafas. "Ini sudah ketiga kalinya kamu absen. Kamu bisa datang sebentar, sekedar basa-basi. Setelahnya kamu bisa langsung pergi ke tempat kunjungan kerjamu kan?"

Putri dan Willy menatap jengan ke arah papanya.

"Pa, Putri sama Kak Willy juga ada pertemuan wali murid. Putri udah ngasih undangan ke Papa minggu lalu lho. Papa juga absen terus."

"Putri!" Sela Michaele dengan tatapan tajam.

Putri menunduk tak berani menatap papanya. Ia takut kena marah Michaele.

"Jangan bikin mood Papa buruk sepagi ini Putri!" Kata Michaele dengan nada tinggi.

"Bisa nggak sih kalian nggak ribut kalau mau berangkat sekolah. Kepala Papa sampai mau pecah. Tiap hari kalian ribut saja!" Omel Michaele sembari menatap tajam pada Willy.

"Kamu sudah gede Wil, kerjamu tiap malam cuma nonton bola sama main game saja!"

"Kamu bisa nggak sih Greet mendidik anak-anak kita!"

Greeta mengelus dada mendengar teguran langsung suaminya. Michaele terlihat sangat emosi.

"Putri di kasih surat langsung dari kantor. Wakil kepala sekolah sendiri yang ngasih ke Putri. Kata beliau kemarin harus papa yang datang nggak bisa di wakilkan sama mama."

Michaele menyipit."Dasar kepala sekolah mata duitan. Sumbangan semester lalu sudah, apa masih kurang? Awas saja kalau uangnya di korupsi! Aku nggak akan nyumbang lagi ke sekolah. Buang-buang duit saja!"

"Please Pah!" Bujuk Putri.

"Akan Papa pikirkan lagi setelah Papa pulang dari kunjungan proyek nanti, Put."

Michaele menyantap nasi goreng yang di hidangkan asisten rumah tangga Greeta. Meskipun perasaan dan moodnya sedang kurang baik, namun Michaele sangat menghargai makanan. Ia mencari apa yang terhidang di meja itu dengan susah payah.

"Papa berangkat dulu. Habiskan sarapan kalian! Papa ada meeting pagi ini."

Greeta keluar dari dapur untuk membawakan tas kerja Michaele. Ia mengikuti suaminya sampai pintu depan rumah. Seperti biasanya, Greeta akan mencium tangan Michaele.

Michaele tak merespon apapun, hanya membiarkan Greeta melakukan hal itu. Ia berlalu tanpa sapaan dan berpamitan pada Greeta layaknya pasangan harmonis lainnya. Mobil Michaele meninggalkan halaman parkir, melaju meninggalkan halaman rumah megah itu.

"Mama kenapa menangis?" Putri mendekat pada Greeta. Ia mengambil tissue dari tasnya. Putri membersihkan air mata Greeta.

"Ayo kita berangkat nanti kita telat, Will!" Ucap Greeta.

Putri masuk ke mobil. Ia duduk di depan, sementara Willy lebih memilih duduk di kursi tengah. Greeta pun masuk ke mobil lalu mengemudikan mobilnya.

"Ma, kenapa tadi Mama nangis? Mama jangan diam saja!"

Greeta hanya menggeleng. "Sudah kalian jangan tanya macam-macam. Jangan tanya apapun sama Mama, Put!"

Tiga puluh menit berjibaku dengan traffic light, akhirnya sampai juga mereka di sekolah Willy. Willy dan Putri turun dari mobil. Mereka belajar di sekolah yang sama, di bawah naungan Yayasan Arbitrama. Sekolah ini merupakan sekolah terpadu dalam satu komplek.

"Mama hati-hati, jangan melamun Ma." Kata Willy sembari mencium tangan Greeta lalu kemudian mereka masuk ke sekolah.

Greeta meninggalkan area sekolah dengan hati yang remuk. Ia menangis sepanjang jalan menuju kampus tempat ia mengajar. Sekian lamanya menikah belum pernah Michaele berkata sekasar itu. Michaele meragukan dedikasinya dalam mendidik anak-anak mereka.

***

Setelah sampai di kantornya, Michaele memimpin rapat. Ia sangat puas dengan laporan dan kinerja stafnya. Perusahaan yang ia bangun sejak muda berkembang kian pesat dari tahun ke tahun. Tahun ini sudah satu dasawarsa lebih perusahaan Michaele berdiri.

"Pak, kita ada janji dengan investor dari kantor Cabang Singapura jam 2 siang nanti. Bapak mau di pesankan menu lunch apa untuk meeting nanti?" Tanya Bu Mira, sekretaris loyal Michaele yang sudah berusia paruh baya. Ia menjadi sekertaris Michaele sejak pertama kali Michaele merintis perusahaannya.

"Setelah tamu dari Singapura datang aku nggak terima tamu lagi, Mira. Tolong kamu tanyakan masalah menu pada sekretaris perusahaan investor itu. Supaya tidak ada complain."

"Mengerti, Pak." Mira pamit undur diri dari ruangan bosnya.

Ponsel Michaele berdering. Ia mengangkatnya karena deringnya sangat mengganggu konsentrasi. Padahal Michaele sedang fokus meneliti draft perjanjian kerjasama yang akan di bawanya ke Surabaya. Dari layar video call, terlihat wajah menor seorang wanita yang sedang berjemur di samping kolam renang dengan mengenakan bathrobe warna merah.

[Mich, jadi to ketemuan di Surabaya nanti?]Tanya wanita itu dengan nada yang mendayu-dayu.

"Celine-Celine kamu ini memang nggak punya takut ya! Sudah nggak punya urat malu kamu. Masih bersuami tapi ganggu suami orang! Ganjen!" Kata Michaele sembari terkekeh keras. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya saking salutnya akan kenekatan mantan pacarnya di jaman SMA itu.

Celline sudah tidak muda lagi, wajah cantiknya ia pertahankan dengan beragam operasi plastik juga perawatan skincare yang sangat mahal.

"Aku tidak takut Cel!" Balas Michaele dengan wajah mengejeknya."Kamu pikir wanita hanya kamu saja apa? Cih!" Michaele tanpa basa basi menutup ponselnya.

Dua jam berikutnya, Michaele meninggalkan kantor setelah meeting dengan perwakilan investor dari Singapura. Michaele dalam perjalanan menuju bandara. Ia janjian bertemu dengan sahabatnya di pintu keberangkatan menuju Surabaya.

"Kenapa wajahmu mendung, Mich?" Sapa Tommy. Mereka rekanan juga teman baik sejak kuliah di bangku magister di Singapura dulu.

"Pernah ngrasain bosen atau hambar nggak sih sama rumah tangga kamu?"

Tommy pun terbahak."Kamu tau sendiri, aku sudah tobat Mich sejak di tinggal oleh Santi. Nggak ada wanita sebaik Santi dan sesempurna Santi. Untungnya Tuhan masih baik sama aku, dikasih ketemu sama Andini yang nggak kalah kualitasnya sama Santi. Coba kalau jadi sama Celline, habis sudah. Rungkat semuanya Mich!"

Lagi-lagi Michaele mengernyit."Maksud lho rungkat? Habis semua hartamu gitu? Barusan Celline video call ngajak ketemuan."

Tommy menepuk bahu Michaele. Ia memperlihatkan foto Andini bersama anak sambungnya, alias putri kesayangan Tommy-Celia.

"Pamer nih ceritanya. Sok banget sih lho, Tom. Mentang-mentang sudah punya bini baru. Michaele mendengus kasar. "Aku sedang di titik jenuh pernikahanku. Aku ingin bercerai dari Greeta meskipun aku masih cinta Greeta. Im bored, Tom. So?" Michaele menggulir layar ponselnya."Celline ngajak check-in."

Tommy justru menyemburkan tawanya."Bekasku yang sudah ku pakai beberapa tahun, silahkan kalau mau kamu pakai, Mich!"

Michaele menyikut lengan Tommy keras. Mereka duduk bersebelahan di kursi VIP penerbangan Jakarta-Surabaya. "Jelasin maksud lho, Tom. Jangan gantung gini dong. Ambigu banget! Kurang ajar lho! Ngasih saran menyesatkan!"

Michaele mengambil majalah lalu memukulkan pelan ke kepala Tommy."Biar sadar lho. Usulan edan!" Gerutu Michaele.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
PLAYBOY PENSIUN!
1

Bab 1 Kehidupan Harmonis yang Semu

06/03/2024

2

Bab 2 Sydney Sang Arsitek

06/03/2024

3

Bab 3 Tanpa Kami para Kuli! Bapak Bisa Apa

06/03/2024

4

Bab 4 Penguntit di Bandara Juanda

06/03/2024

5

Bab 5 Pulang ke Jakarta

06/03/2024

6

Bab 6 Pertengkaran Greeta dan Michaele

06/03/2024

7

Bab 7 Kebersamaan Terakhir dengan Greeta

06/03/2024

8

Bab 8 Penyesalan Michaele

06/03/2024

9

Bab 9 Hampir saja Tertangkap Basah

06/03/2024

10

Bab 10 Ada Hubungan Apa

06/03/2024

11

Bab 11 Bertemu Sdyney

07/03/2024

12

Bab 12 Siapa Sydney, Will

07/03/2024

13

Bab 13 Rahasia Sydney

07/03/2024

14

Bab 14 Firasat Michaele

07/03/2024

15

Bab 15 Perhatian Michaele

07/03/2024

16

Bab 16 One Night with Michaele

07/03/2024

17

Bab 17 Aku hanya Bercanda, Sayang

07/03/2024

18

Bab 18 Penghinaan Franco

07/03/2024

19

Bab 19 Permintaan Greeta, terkuak.

07/03/2024

20

Bab 20 Pasutri Baru

08/03/2024

21

Bab 21 Pesta Kebun Sederhana

09/03/2024

22

Bab 22 Tamu Kok Mengusir Tuan Rumah

10/03/2024

23

Bab 23 Sosok dari Masa Lalu Sydney

11/03/2024

24

Bab 24 Finally I Know Your Wife

28/05/2024

25

Bab 25 Permintaan Maaf Veronica

28/05/2024

26

Bab 26 Keinginan Pindah Rumah Baru

04/06/2024

27

Bab 27 Hamil

05/06/2024

28

Bab 28 Putri Jealouse

05/06/2024

29

Bab 29 Kekecewaan William

07/06/2024

30

Bab 30 Michaele yang Berbeda

07/06/2024

31

Bab 31 William Jealouse

08/06/2024

32

Bab 32 Tinggal di Penthouse Sementara

08/06/2024

33

Bab 33 Terkuaknya Rahasia Philips

08/06/2024

34

Bab 34 Kedatangan William ke Rumah

24/02/2025

35

Bab 35 Sydney Merajuk

24/02/2025

36

Bab 36 CCTV Perekam Tingkah Absurd

24/02/2025

37

Bab 37 Kejadian di Cafetaria

24/02/2025

38

Bab 38 Kenyataan Pahit

24/02/2025

39

Bab 39 Surprise buat Sydney

24/02/2025