"Kayana ayah ingin bicara sama kamu," pinta sang ayah.
Hari ini, Kayana baru saja pulang dari kantor. Menjadi sekretaris disebuah perusahaan internasional membuat ia menjadi wanita sibuk, sehingga waktu yang ia miliki bersama keluarga amatlah sedikit, dan untuk hari ini, ia baru memiliki waktu senggang untuk berbicara dengan ayahnya.
Kayana pun menghampiri ayahnya yang kini berada di ruang tamu. "Ada apa yah?" tanyanya.
"Duduklah," perintahnya sambil menepuk sofa di sebelahnya.
Kayana yang melihat instruksi itu mengikutinya.
"Jadi begini, pagi tadi kekasih Rose datang ke rumah. Dia berniat melamar Rose," ucapnya.
"Bukannya Rose masih kuliah," ujar Kayana memotong perkataan sang ayah.
"Iya. Ayah tau, tapi Rose dan kekasihnya Rizal sudah sangat serius menjalin hubungan dan mereka menginginkan jenjang pernikahan," jelasnya perlahan, agar putri sulungnya itu tidak merasa tersinggung.
"Lalu?" Kayana mengangkat alisnya sebelah, ia merasa itu adalah kabar bagus. Lalu untuk apa ayahnya merasa khawatir.
"Apa kamu tidak punya calon untuk diperkenalkan sama ayah?" tanyanya hati-hati.
Sementara pertanyaan sang ayah pun membuat Kayana yang tahu. Kemana arah pembicaraannya itu pun menghela nafasnya. Untuk kesekian kalinya ia di tanya. Apa ia sudah punya calon apa belum?
Memang setua itukah dirinya. Padahal usianya masih 22 tahun. Tapi dia sudah di cerca dengan pertanyaan apa ia sudah punya pasangan atau belum.
Kayana bukanlah gadis biasa saja, malah Kayana adalah gadis yang sangat luar biasa, cantik, mandiri dan sukses, bisa di kategorikan seperti itu. Tapi karena Kayana sibuk dengan karirnya. Ia tidak memiliki waktu banyak untuk memikirkan seorang pacar menurutnya. Pacar hanya akan mengganggu karirnya saja.
"Ayah .... Ayahkan tau Yana itu sibuk. Lagipula perusahaan di tempatku bekerja tidak mengizinkan karyawannya menikah sebelum kontrak selesai," balas Kayana.
"Tapi, bukankah kontrakmu akan selesai bulan ini."
"Iya, tapi Yana akan memperpanjang kontrak itu."
Ayah Kayana yang mendengar itu menatapnya sendu. "Sayang ayah itu sudah tua, ayah ingin menikahkan putri ayah ini," ucapnya sambil mengelus rambut sang putri.
"Ayah bisa menikahkan Rose," balas Kayana.
"Ayah tidak bisa menikahkan Rose sebelum menikahkan kamu."
"Kenapa begitu, bukannya Rose anak ayah juga? sudahlah yah, jangan bahas masalah ini lagi. Yana capek. Hari ini Yana ingin istirahat." Kayana pun beranjak dari duduknya dan meninggalkan sang ayah di ruang tamu sendiri. Ia tidak ingin membahas ini lagi yang menurutnya tidak penting.
Sedangkan, setelah Kayana pergi ke kamarnya. Rendra pun merasakan rumah besar itu terasa sangat sepi. Rendara Rajaspati nama sang ayah dari Kayana Zahrah Putri. Anak sulung dari dua bersaudara itu. Rendra amat sangat kesepian saat putrinya beranjak dewasa dan sibuk dengan kehidupannya masing-masing.
"Diandra apa yang harus aku lakukan untuk membuat putri kita kembali seperti semula," gumam Rendra menatap langit-langit rumah.
"Bi." panggil Rendra kepada asisten rumah tangganya.
"Tolong bantu saya ke kamar," pintanya.
"Baik tuan." Bi Nimah asisten yang mengurus kebersihan rumah sekaligus Rendra. Kondisi Rendra bukanlah pria yang biasa di ceritakan novel lain yang masih sehat bugar di usianya yang ke enam puluh tahun. Ia amat sangatlah tua sehingga harus dibantu untuk ke kamar.
***
Di kamar Kayana
Setelah pembicaraannya dengan sang ayah. Kayana tidak bisa berpikir untuk memenuhi keinginan sang ayah, bagi Kayana kebahagiaan dirinya itu sangat penting di banding kebahagiaan orang lain meskipun itu untuk kebahagiaan keluarganya sendiri. Karena bagi Kayana tidak ada keluarga ketika ibunya telah pergi meninggalkan dirinya selama-lamanya. Egois, itulah sifat Kayana yang sangat sulit di hilangkan.
Tiba-tiba saja handphone Kayana bergetar, tanda pesan masuk yang ternyata itu adalah emails dari perusahaan. Isi email tersebut mengharuskan Kayana pergi ke perusahaan tempat ia bekerja karena ada sesuatu yang darurat.
/0/4298/coverorgin.jpg?v=577f3c30b5c194d3127a7068a5bf8a09&imageMogr2/format/webp)
/0/15486/coverorgin.jpg?v=76aab5028ab26248098836f614a0e05a&imageMogr2/format/webp)
/0/6529/coverorgin.jpg?v=cddeb0bc243bcef36794eb78d95cc4dd&imageMogr2/format/webp)
/0/27596/coverorgin.jpg?v=4471e759215adf59b69875154e88690d&imageMogr2/format/webp)
/0/15512/coverorgin.jpg?v=473570011405f57dce1b8da6ef5a741f&imageMogr2/format/webp)
/0/7632/coverorgin.jpg?v=ce45d869568359bb87d6d808cb9c3e9e&imageMogr2/format/webp)
/0/22609/coverorgin.jpg?v=716779415ae18478e858361ac7dd49d4&imageMogr2/format/webp)
/0/10441/coverorgin.jpg?v=eb93f9aceba4c03d28e1dd8f01802d04&imageMogr2/format/webp)
/0/10891/coverorgin.jpg?v=35954a113c9f1b9eeb4607a5ae7a545e&imageMogr2/format/webp)
/0/17207/coverorgin.jpg?v=ed6a5ff634c5c005e54fdb6d4feff932&imageMogr2/format/webp)
/0/29112/coverorgin.jpg?v=84cc695c076dd696a74b5bfe3ffcab6e&imageMogr2/format/webp)
/0/30153/coverorgin.jpg?v=4de25308a5c79d794d091b981d2b1e14&imageMogr2/format/webp)
/0/17778/coverorgin.jpg?v=877b396320a463b8cd5662a63d5b74d6&imageMogr2/format/webp)
/0/4249/coverorgin.jpg?v=2b55e868690414efc217db2b331ff6ee&imageMogr2/format/webp)
/0/7048/coverorgin.jpg?v=fae5efbc5e95799fc91344de1ba98199&imageMogr2/format/webp)
/0/30687/coverorgin.jpg?v=69d4d5c278172d245857a441467bbdff&imageMogr2/format/webp)
/0/15858/coverorgin.jpg?v=437451542586af31549968a254f81cc6&imageMogr2/format/webp)
/0/3570/coverorgin.jpg?v=d5742184555360c3885488556c45dfc7&imageMogr2/format/webp)
/0/22533/coverorgin.jpg?v=ac42a10c716b1b3cb93cf42b843fe60b&imageMogr2/format/webp)