Nigel pemuda miskin 21 tahun mendapatkan kesialan beruntun dalam satu hari. Setelah dipecat dari pekerjaannya sebagai kurir pengantar makanan, ditinggalkan kekasih demi pemuda kaya dan kini harus berhadapan dengan tukang pukul penagih hutang yang tidak ia ketahui. "Cepat bayar hutang-hutangmu atau kau akan mati!" ancam salah seorang pria bertubuh kekar yang mencegatnya. "Hu ... hutang? seingatku aku tak pernah berhutang pada siapapun?" tanya Nigel. Di saat Nigel terjepit dan nyaris dianiaya seorang pria berpakaian rapi mendatanginya. Kehadiran pria ini merubah segala tentang Nigel, dari bukan siapa-siapa menjadi penguasa dan akan membalas semua penghinaan yang telah diterima.
Nigel melangkah dengan gontai menuju halte bis yang akan membawanya ke apartemen. Pemuda berabut cokelat keemasan itu baru saja kehilangan pekerjaan sebagai seorang pengantar makanan. Review bintang satu yang didapat oleh pelanggan terakhirnya lantaran makanan yang terlambat datang dan penataan yang tak lagi menarik.
"Huh, harusnya aku tak perlu repot-repot datang ke kantor, dengan begini aku tak perlu berurusan dengan si arogan Jenkins yang akhirnya memecatku. Harusnya kuterima saja sanksi suspend selama dua minggu ini," runtuknya sepanjang perjalanan.
"Sial ... sial!" Nigel terus saja memaki kebodohannya.
Dia yang sedang emosi, pun tak memperhatikan keadaan sekitarnya, sampai-sampai bertabrakan dengan seseorang.
"Hei, gembel kau buta ya! Jalan saja sampai harus menabrak pacarku!" seru seorang lelaki yang bersama perempuan yang tak sengaja bertubrukan dengannya.
Nigel pun mendongak dan bermaksud untuk meminta maaf, tapi perempuan di hadapannya hanya menunduk sembari menutupi sebagian wajahnya dengan telapak tangan. Nigel menyipitkan mata kemudian mengangguk, ia tahu betul siapa perempuan yang tak sengaja bertubrukan dengannya.
"Bella?" tegurnya memastikan perempuan itu.
Tentu saja Nigel sangat mudah mengenali sosok yang ada di depannya, walaupun perempuan itu berusaha untuk menyembunyikan jati dirinya.
"Hmm kau kenal dia, Sayang?" tanya lelaki yang tadi memarahi Nigel.
"Sayang? Dia memanggil Bella dengan sebutan sayang?" tanya Nigel dalam hati sambil tangannya mengepal kuat seolah menahan amarah.
Bella masih belum menjawab, ia membuang muka dan seperti memberi kode pada lelaki di sampingnya.
"Oh jadi ini lelaki bodoh yang selama ini kau ceritakan? Sudahlah Bella sayang, tak ada gunanya kita sembunyi-sembunyi seperti ini? Biar saja dia tahu kebenaran yang terjadi," jawab lelaki yang bersamanya.
Perlahan Bella pun mendongak dan menurunkan telapak tangannya. Ia tak lagi canggung dan menggandeng tangan lelaki yang ada di sampingnya dengan mesra.
"Hmm iya, ini aku, memangnya kenapa. Baguslah kita bertemu di sini, jadi aku tidak perlu lagi memikirkan cara untuk bilang putus hubungan denganmu," jawab Bella.
Perempuan yang ditubruknya itu adalah Bella Hughes, yang beberapa bulan belakangan ini mendampinginya. Nigel begitu mencintai Bella, hingga rela melakukan apapun untuk kebahagiaan Bella, perempuan muda yang memiliki kecantikan di atas rata-rata. Bahkan Nigel rela kerja banting tulang sebagai pengantar makanan hingga kurang tidur dan menghemat pengeluaran agar bisa memenuhi keinginan Bella.
"Kau akan meninggalkanku Bella?" tanya Nigel tak percaya.
Bella tak menjawab, justru jemarinya yang lentik diletakkan pada kening Nigel lalu mendorongnya.
"Kau pikir saja sendiri, itu pun kalau kau punya otak. Oh iya ini adalah kekasihku Jordan Wright, dia pewaris tunggal keluarga Wright, kau tahu kan siapa mereka? Salah satu orang terkaya di kota LongBay City," Bella dengan bangga memperkenalkan kekasih barunya.
Jordan pun dengan percaya diri merapikan kerah kemejanya dan merangkul pinggang ramping Bella, sengaja membuat Nigel semakin cemburu.
"Hmm sebenarnya Bella bukan berencana untuk meninggalkanmu, tapi ia sudah meninggalkanmu. Karena hmm kau tahu sendiri kan, Bella begitu cantik seperti bidadari, tak mungkin kan kalau ia harus bersanding dengan seorang lelaki gembel sepertimu?" sindirnya diikuti dengan tawa renyah Bella yang menggemaskan.
"Kau ... kenapa kau lakukan ini Bella? Aku sudah berjuang banyak untukmu. Bahkan aku rela makan hanya dua kali dalam sehari dan mengambil banyak orderan hanya untuk menyenangkanmu," balas Nigel dengan penuh kekecewaan.
"Ha ha ... kau ini ternyata selain bodoh juga tuli ya. Jordan kan sudah bilang kalau kau ini tidak pantas untukku. Kau ini lelaki yang tidak berguna sama sekali. Orang sepertiku mana bisa jika harus hidup bersamamu. Kau lihat, apa kau sanggup memberikan ini untukku?" jelas Bella sambil menunjukkan beberapa paperbag berlogo produk fashion branded yang harganya bisa mencapai ribuan dolar.
Nigel diam saja.
"Tentu kau tak sanggup kan? Ha ha."
"Kau mau dengar saranku Bung? Sekarang lebih baik kau sekarang bangun dari tidurmu dan cuci muka agar kau bisa melihat kenyataan," tambah Jordan sambil menepuk bahu Nigel dan mentertawakannya.
Tepat saat itu, tanpa sengaja Bella menoleh ke arah belakang Nigel dan ia pun membelalakkan mata. Dengan cepat ia pun menggandeng tangan Jordan dan memintanya meninggalkan tempat itu sekarang juga.
"Sayang, ayo kita pergi, tak ada gunanya kita berada di sini dan meladeni si miskin ini. Lebih baik kita ke tempatku saja, bukankah kau ingin melihatku mencoba lingerie yang tadi baru kubeli?" Bella bicara dengan cepat, tapi menggoda. Tentu saja ajakan itu tak akan ditolak oleh Jodan, dan mereka langsung masuk dalam mobil mewah dan meninggalkan Nigel sendirian.
Mobil milik Jordan sudah meninggalkan area selama tiga menit, tapi Nigel masih saja berdiri di situ meratapi mereka. Sampai-sampai ia tak sadar kalau di belakangnya tampak empat orang lelaki bertubuh besar.
Salah satu dari empat lelaki itu meraih bahu Nigel dengan kasar hingga pemuda itu pun terpaksa berbalik. Salah satu dari kelompok itu pun melihat selembar foto dan membandingkannya dengan Nigel.
"Benar dia orangnya!" kata pria yang memegang foto.
Pria yang tadi meraih bahu Nigel pun menarik kerah baju Nigel dan memintirnya dengan kasar dan membuat Nigel terbatuk karena cengkeraman yang kuat.
"Cepat kau bayar hutang-hutangmu atau kau akan mati!" ancam pria yang mencengkeram kerah bajunya. Sementara tiga orang lainnya tampak memegang senjata tajam.
Nigel melirik ke sana kemari, dan tampak sepi. Orang-orang yang kebetulan akan menuju ke arahnya pun berbalik arah. Toko-toko yang tadinya buka pun terpaksa ditutup oleh pemiliknya. Sementara mereka yang kebetulan tak ada pilihan lain untuk melewati Nigel berpura-pura tidak melihat.
"Siapa mereka berempat, kenapa semua orang takut?" tanya Nigel dalam hati.
"Hu ... hutang? Seingatku aku tak memiliki hutang apapun," kata Nigel.
"Ha ha ... memang bukan kau yang meminjam uang, tapi kekasihmu Bella Hughes yang meminjam uang pada bos kami, dan ia menyebutkan namamu sebagai pembayar hutang," kata salah satu dari mereka.
"Bella melakukan ini? Huh dasar perempuan iblis," makinya.
"Kami tak peduli bagaimana kau menilai perempuan itu. Kami hanya peduli kau membayar hutang pada kami. Bayar sekarang dan kau akan bebas!" ancam pria yang mencekiknya sambil memelintir lebih kuat.
Nigel pun kembali terbatuk, ia mencoba minta pertolongan tapi tak ada yang membantunya.
"Huh! Tampaknya dia memang harus diberi pelajaran agar tahu kita tak main-main," kata salah satunya kemudian melayangkan tinju pada perut Nigel.
Pemuda yang terkepung itu pun terbatuk lagi, kali ini seperti mau muntah.
"Itu tak seberapa, cepat kau bayar, ini rincian hutangnya!" seru salah satunya sambil menunjukkan layar ponsel yang berisi catatan hutang Bella.
Salah satu dari mereka kemudian bersiap untuk memukul wajah Nigel. Bugh! Pria itu pun tersungkur karena seseorang menghalangi niatnya dengan tiba-tiba.
"Berani kau menyentuhnya maka akan berurusan denganku!" seru seorang pria berpakaian rapi, lengkap dengan dasi.
Nigel terbelalak saat melihat sosoknya, terlebih saat pria itu melangkah mendekat ke arahnya. Di belakang lelaki berdasi itu tampak beberapa lelaki yang penampilannya tak kalah seram dengan mereka yang mencegat Nigel.
"Bereskan mereka!" perintah pria berpakaian rapi sambil merapikan dasinya, dan semakin dekat dengan Nigel.
Nigel pun membuang muka saat pria itu datang mendekat ke arahnya.
"Nigel, kau tentunya masih ingat aku kan?" tanya pria berpakaian rapi.
"Huh, mau apa kau kemari? Mentertawakan keadaanku?" tanya Nigel dengan sengit.