Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tangis Kesucian
5.0
Komentar
113
Penayangan
2
Bab

Nayla Ibrahim, gadis cantik yang baru saja lulus dari sekolahnya. Baru saja mengenyam bangku kuliah, di mana masa itu masa membahagiakan bagi Nayla. Suatu hal telah terjadi di dalam hidup Nayla. Tanpa Nayla duga, hidupnya akan hancur gara-gara kakak tirinya. Kakak tiri yang Nayla anggap sebagai kakak sendiri mampu membuat kecewa. Sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka? Kakak tirinya mampu berbuat nekat kepada Nayla. Mampukah Nayla bertahan hidup? Atau Nayla akan mengakhiri hidupnya? Mati sia-sia karena perlakuan sang kakak tiri.

Bab 1 Nayla Ibrahim

Nayla Ibrahim, gadis cantik berumur 19 tahun. Ia masih kuliah di semester dua di jurusan fashion disainer yang berkuliah di universitas swasta. Gadis cantik dan periang ini, sangat fasih dalam menyanyi. Selama ini Nayla, sering membuat vlog lalu men-share-nya dalam platform tertentu untuk mendapatkan uang tambahan. Petikan gitar sedang ia mainkan, sambil bernyanyi sangat merdu.

Kutatap langit di pagi hari

Ku awali hari dengan doa

Semoga satu hari ini bisa

Dipenuhi oleh senyum

Walaupun terkadang hujan turun

Dan air mata juga mengalir

Di hari yang tak berjalan dengan mulus

Besok pun tetap semangat

Di dalam mimpiku selalu

Terlihat ada diriku sendiri

Yang dengan bebasnya melakukan semua

Hal yang ingin aku lakukan

Hidup bagaikan pesawat kertas

Terbang dan pergi membawa impian

Sekuat tenaga dengan hembusan angin

Terus melaju terbang

Jangan bandingkan jarak terbangnya

Tapi bagaimana dan apa yang dilalui

Karena itulah satu hal yg penting

S'lalu sesuai kata hati

365日

Di saat terlihat bintang-bintang

Atau malam yang gelap gulita

Pada saat semangatmu hilang carilah

Orang lain dan bicara

Manusia tidaklah pernah

Ditinggal sendirian saja

Terkadang kita tak menyadari

Hal baik di sekitar kita

Hidup bagaikan pesawat kertas

Terbang dan membawa cinta kita semua

Sayap yang terbentang dengan percaya diri

Dilihat semua orang

Walau tak tahu cara melipatnya

Suatu saat pasti akan berhasil lalu terbang

Kekuatan harapan yang menerbangkannya

Ya. mari nikmatilah

365日

Hidup bagaikan pesawat kertas

Terbang dan pergi membawa impian

Sekuat tenaga dengan hembusan angin

Terus melaju terbang

Jangan bandingkan jarak terbangnya

Tapi bagaimana dan apa yang dilalui

Karena itulah satu hal yg penting

S'lalu sesuai kata hati

365日

Ayo terbanglah, coba terbanglah

Ayo terbanglah, coba terbanglah

Ayo terbanglah, coba terbanglah

(JKT48)

Tok! Tok! Tok!

Tiba-tiba pintu kamarnya berbunyi, Nayla langsung menghentikan menyanyinya. Nayla langsung berdiri membukakan pintu kamarnya. Saat pintu kamar terbuka, Nayla tersenyum dan memeluk orang tersebut.

"Mama!" seru Nayla memanggil ibu tirinya yang bernama Laila Sari.

"Sayang, kamu lagi apa?" tanya Laila dengan lembut.

"Ini, Ma. Latihan vokal aja, besok mau buat vlog bareng temen-temen kalo jadi," ucap Nayla.

"Jangan besok dong, Sayang. Besok ikut Mama, Papa ke luar kota, teman Papa anaknya ada yang nikahan," pinta Laila.

"Aduh, gimana ya, Ma?" Nayla menundukkan kepalanya, karena ia sangat binggung.

"Ya, sudah kamu pikirkan lagi, Mama mau ke kamar dulu, mau temui Papa," pamit Laila.

Nayla kembali masuk ke dalam kamarnya untuk melakukan aktivitas kembali. Belum lama Nayla mengerjakan tugas kuliahnya, ketukan pintu pun kembali berbunyi. "Astaga, siapa lagi itu," gerutu Nayla sambil membuka pintu kembali.

"Dek, keluar. Tuh, di panggil Mama. Ada Mas Sakti dateng sama istrinya juga, Mbak Natasha," titah Roni.

"Aduh, Mas. Males banget tahu! Istrinya Mas sakti itu bawel, mana cemburuan sama aku," jawab Nayla sambil membuang wajahnya.

"Aku aduin Papa, ya!" Ancam Roni.

"Mas Roni itu, aku ini Adikmu!" teriak Nayla merajuk anak kecil.

"Papa!" teriak Roni sengaja mengejek Nayla.

"Mas, nih. Iya aku turun ke bawah, tunggu sepuluh menit lagi, aku mau mandi dulu," ketus Nayla sambil membanting pintu.

***

"Kabar Mama gimana?" tanya Sakti dengan lembut kepada Laila.

"Mama baik, Sayang. Kamu udah lama ke sini? Kamu sibuk ya," ucap Laila sambil menebak-nebak.

"Iya, Ma. Kerjaan kantor numpuk. Mana aku dapat tawaran jadi dosen. Nggak tahu mau aku terima atau nggak," terang Sakti.

"Di universitas mana, Sak?" tanya Fikri, ayah dari Nayla.

"Kampusnya Nayla, Pa."

"Halo semuanya!" seru Nayla.

"Hai, Nay," sapa Sakti, berbeda dengan istrinya. Natasha hanya diam saja tidak peduli dengan Nayla.

"Hai, Kak. Kak Natasha diem saja, senyum kek, banyak masalah hidup, ya," ejek Nayla duduk di samping Fikri.

"Nayla, nggak boleh gitu, Sayang," tegur Fikri. Natasha hanya melirik ke arah Nayla saja malas menanggapi. Jika menanggapi pasti nanti Sakti sampai di rumah menegur Nayla masih anak kecil.

"Makanan sudah, siap. Ayo, makan malam." Laila memberi tahu semua anggota keluarga.

Semua orang berdiri kecuali Natasha mulai drama queen. "Sayang, ayo," lirih Sakti.

"Males aku tu di sini, Mas. Habis makan malam kita pulang ke rumah kita. Ingat itu Mas!" ketus Natasha, untung saja semua sudah berada di ruang makan.

"Iya, kita pulang." Sakti mencoba mengalah.

Sakti dan Natasha duduk lalu Nayla dengan telaten memberikan piring kepada mereka berdua. "Jangan sungkan, Kak. Makan yang banyak, 'kan bukan menantu baru," ejek Nayla kembali.

Entah mengapa Nayla sangat kesal dengan Natasha. Sebaliknya juga Natasha juga sangat membenci Nayla. Makan malam terus berjalan, suasana makan malam sangatlah suram. Semua orang hanya diam fokus kepada piringnya masing-masing.

"Ma, habis ini kita mau pulang, aku banyak pekerjaan di kantor, jadi aku bawa pulang tadi," ucap Natasha tiba-tiba.

"Ya, elah. Cuci piring kek, sekali-sekali," sindir Nayla.

"Nayla!" tegur Roni.

"Iya, emang bener Nayla, kayanya lama nih nggak pernah cuci piring," bela Sakti sambil tersenyum.

"Mas," rengek Natasha.

"Ayo, buruan dikerjain biar kita cepet pulang," titah Sakti.

"Nggak usah, Kak. Biar aku saja, aku hanya bercanda," ucap Nayla sambil membereskan piring.

"Sialan, anak kecil ini. Cari mati iya, kamu!" Natasha sedang menjerit di dalam hatinya.

"Minggir," balas Natasha sambil mendorong tubuh Nayla.

Prang! Piring yang di tangan Nayla terjatuh. "Astaga, ini orang. Cari ribut, sabar Nay, sabar," batin Nayla yang sudah panas ingin membalas perbuatan Natasha.

"Nay, kamu nggak pa-pa?" tanya Sakti sambil memegangi kedua lengan Nayla.

"Nggak pa-pa, Kak." Nayla langsung berjongkok memunguti piring yang berserakan di lantai.

"Maafin, Natasha ya, Ma, Pa, Ron," ucap Sakti merasa malu dengan tingkah sang istri.

"Aku!" Tiba-tiba Nayla merintih kesakitan.

"Nayla!" teriak Sakti lalu mendekati, ternyata jarinya berdarah. Sakti langsung menghisap jari Nayla agar darahnya berhenti.

"Mas Sakti!" Natasha marah karena cemburu lalu pergi dari sana.

"Sak, kejar istrimu," pinta Laila.

"Biarin, Ma. Kekanak-kanakan," jawab Sakti.

"Ya, sudah. Terserah kamu, bawa Nayla dari sini. Biar Mama yang bereskan.

"Baik, Ma." Sakti meraih kedua lengan Nayla lalu membantu berdiri.

"Aku cari obat P3K dulu, duduk di ruang tengah saja," ucap Roni yang sangat menyayangi Nayla. Menurut Roni, Nayla sangat berarti di matanya. Apalagi setelah ditinggal oleh sang ibu, Roni sedikit overprotektif dengan Nayla.

"Siap, bosku," goda Nayla dengan tersenyum.

"Kamu! Masih bisa bercanda," gerutu Roni sambil berjalan pergi.

"Mas Sakti, pulang ya. Kejar Mbak Natasha, maafin aku udah kasar sama istri Mas," ucap Nayla dengan tulus. Niat hati ingin membuat kakak ipar tirinya itu sadar malah begini.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku