Mencintai Monster yang Kupanggil Suami

Mencintai Monster yang Kupanggil Suami

Darmini

5.0
Komentar
Penayangan
23
Bab

Sejak kecil, bagi Elara, dunia hanya berputar pada satu poros: Julian. Terobsesi untuk memiliki pria yang menjadi cinta pertamanya itu, Elara menggunakan pengaruh besar keluarganya yang konglomerat untuk memutus hubungan Julian dengan kekasih masa mudanya. Dengan licin dan tanpa ampun, Elara "membeli" restu keluarga Julian, memaksa pria itu masuk ke dalam sangkar emas pernikahan. Elara adalah wanita yang tinggi hati dan terbiasa mendapatkan apa pun yang ia inginkan. Baginya, penolakan Julian hanyalah sebuah tantangan, bukan tanda untuk berhenti. Namun, ia meremehkan satu hal: kebencian seorang pria yang merasa terampas kebebasannya. Selama tiga tahun, rumah megah mereka hanyalah sebuah makam bagi kebahagiaan. Julian memperlakukan Elara dengan dingin yang membekukan, bahkan terang-terangan menunjukkan rasa muak setiap kali mereka berada di ruangan yang sama. Elara yang keras kepala akhirnya mulai hancur; ia menyadari bahwa meski ia memiliki tubuh Julian, ia tak akan pernah bisa menyentuh jiwanya. Berada di titik nadir dan menyadari bahwa cintanya telah menjadi racun bagi dirinya sendiri, Elara akhirnya melakukan hal yang tak pernah dibayangkan siapa pun: ia mengibarkan bendera putih. Elara memutuskan untuk melepaskan segalanya dan menghilang dari hidup Julian. Kini, saat Elara benar-benar pergi dan tak lagi mengejarnya, akankah Julian merasakan kebebasan yang ia dambakan, atau justru baru menyadari bahwa benci dan cinta hanya terpisah sekat yang sangat tipis? Mampukah sisa-sisa perasaan Elara meluluhkan dinding kebencian Julian sebelum semuanya terlambat?

Bab 1 mengejek kesunyian di rumah

Lampu gantung kristal di ruang makan itu berpijar redup, memantulkan cahaya pada deretan piring porselen yang isinya sudah mendingin. Elara duduk mematung. Di hadapannya, sebuah kue tart kecil dengan lilin angka tiga yang sudah meleleh hingga mengenai lapisan gula tertata rapi. Tidak ada kemeriahan. Hanya suara detak jam dinding yang seolah mengejek kesunyian di rumah bak istana itu.

Ini malam perayaan ulang tahun pernikahan mereka yang ketiga. Dan seperti dua tahun sebelumnya, Elara merayakannya sendirian.

Ia melirik ponselnya yang tergeletak di meja. Tidak ada pesan, tidak ada telepon. Julian pasti sedang sibuk, atau lebih tepatnya, sedang menyibukkan diri agar tidak perlu pulang dan melihat wajahnya. Elara menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa sesak yang mulai merayap di dadanya. Ia sudah terbiasa, bukan? Ia yang memaksa pernikahan ini terjadi. Ia yang menggunakan kekuasaan ayahnya untuk menekan keluarga Julian agar pria itu berlutut di altar bersamanya.

Jadi, bukankah wajar kalau ia harus menelan semua kepahitan ini sendirian?

Tepat pukul sebelas malam, suara deru mobil terdengar di halaman. Jantung Elara berdegup kencang, sebuah reaksi tubuh yang masih saja bodoh setelah tiga tahun disakiti. Ia segera berdiri, merapikan dress sutra merahnya yang ia beli khusus untuk malam ini, dan mencoba memasang senyum terbaiknya.

Pintu depan terbuka. Julian melangkah masuk dengan langkah tegap namun dingin. Jasnya tersampir di lengan, dasinya sudah dilonggarkan. Wajahnya yang tampan terlihat lelah, tapi matanya langsung menajam begitu melihat Elara berdiri di ujung lorong.

"Belum tidur?" suara Julian rendah, tapi ketus.

"Aku menunggumu, Julian. Ini kan hari peringatan pernikahan kita," jawab Elara lembut, berusaha mengabaikan tatapan tajam pria itu.

Julian mendengus sinis. Ia berjalan melewati Elara menuju dapur, menuangkan air es ke gelas dengan gerakan kasar. "Peringatan? Maksudmu peringatan tiga tahun sejak kau menjebakku dalam neraka ini? Harusnya aku yang merayakannya dengan berkabung, bukan makan kue bodoh itu."

Elara mengepalkan tangannya di balik kain dressnya. "Aku memasak makanan kesukaanmu. Hanya sebentar saja, bisakah kita duduk dan bicara tanpa harus bertengkar?"

Julian berbalik, menyandarkan pinggulnya di konter dapur sambil menatap Elara dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tatapannya penuh penghinaan. "Kau dandan seperti ini hanya untuk memamerkan betapa kayanya keluargamu? Atau kau ingin mengingatkanku lagi bahwa kau bisa membeli apa saja, termasuk suami?"

"Aku tidak pernah berniat seperti itu, Julian. Aku hanya ingin kita mencoba lagi. Tiga tahun sudah berlalu, bisakah kita membuka lembaran baru?"

Julian tertawa, tapi tawanya terdengar kering dan menyakitkan. Ia berjalan mendekati Elara, memangkas jarak di antara mereka sampai Elara bisa mencium aroma alkohol tipis dan parfum pria yang mahal dari tubuh suaminya. Julian menarik kotak hadiah kecil yang tergeletak di dekat kue tart itu-sebuah jam tangan edisi terbatas yang Elara pesan berbulan-bulan lalu.

"Ini apa? Mainan baru untukku?" Julian mengangkat kotak itu dengan ujung jarinya seolah itu adalah sampah.

"Itu hadiah untukmu. Aku tahu kau suka mengoleksi jam tangan," kata Elara, matanya mulai berkaca-kaca.

Tanpa diduga, Julian melepaskan pegangannya. Kotak mahal itu jatuh ke lantai dengan suara keras. "Simpan saja uangmu, Elara. Aku tidak butuh barang-barang yang dibeli dengan rasa bersalah. Kau tahu apa yang benar-benar kuinginkan sebagai hadiah? Surat cerai. Itu satu-satunya hal yang bisa membuatku bahagia."

Deg. Elara merasa dunianya seolah berhenti berputar. Meski sudah ratusan kali mendengar kata cerai keluar dari mulut Julian, setiap kali pria itu mengucapkannya, rasanya tetap seperti belati yang dihunus tepat ke jantungnya.

"Kenapa kau begitu membenciku?" bisik Elara dengan suara bergetar. "Aku mencintaimu sejak kita masih kecil, Julian. Apa itu sebuah kejahatan?"

"Cinta?" Julian melangkah maju satu langkah lagi, membuat Elara terpojok ke meja makan. "Apa yang kau lakukan itu bukan cinta. Itu obsesi gila. Kau menghancurkan hubunganku dengan wanita yang kucintai, kau mengancam masa depan keluargaku, dan kau menyeretku ke sini hanya untuk memuaskan egomu. Kau tidak mencintaiku, Elara. Kau hanya ingin memilikiku seperti kau memiliki tas-tas bermerek di lemarimu itu."

Julian mengambil garpu dari meja, mencuil sedikit kue tart buatan Elara, lalu membuangnya ke lantai. "Kuenya hambar. Sama seperti pernikahan ini. Jangan pernah berharap aku akan menyentuh apa pun yang berasal darimu."

Pria itu berbalik dan menaiki tangga tanpa menoleh lagi, meninggalkan Elara yang luruh ke lantai. Air mata yang sejak tadi ditahannya akhirnya tumpah juga. Ia melihat kue yang berantakan di lantai, jam tangan yang tergeletak tak berdaya, dan meja makan yang begitu luas untuknya sendiri.

Elara memeluk lututnya. Rasa sakitnya bukan lagi sekadar pedih, tapi sudah mulai terasa mati rasa. Ia menyentuh dadanya yang sesak. Selama tiga tahun ini, ia selalu percaya bahwa dengan kesabaran, Julian akan luluh. Ia percaya bahwa jika ia tetap berdiri di samping pria itu, suatu saat Julian akan melihatnya bukan sebagai musuh, melainkan sebagai istri.

Namun malam ini, di bawah cahaya lampu kristal yang mahal itu, Elara sadar bahwa ia telah membohongi dirinya sendiri. Ia terlalu percaya diri dengan kekuasaannya. Ia terlalu sombong dengan berpikir cintanya cukup untuk mereka berdua.

"Ternyata benar," gumam Elara di sela isak tangisnya. "Aku tidak sedang membangun rumah tangga. Aku sedang membangun penjara, dan aku sendirilah yang mengunci diriku di dalamnya."

Kesunyian malam itu terasa jauh lebih berat dari biasanya. Elara menatap bayangannya di cermin besar yang ada di ruang tamu. Wanita di sana terlihat cantik, namun matanya kosong. Tak ada lagi sisa-sisa kesombongan putri konglomerat yang biasanya ia banggakan. Yang tersisa hanyalah seorang wanita yang baru saja sadar bahwa ia telah kalah telak dalam permainan yang ia buat sendiri.

Malam itu, Elara tidak naik ke kamar utama. Ia tetap di sana, di lantai dapur yang dingin, bersama sisa-sisa perayaan yang hancur, menyadari bahwa mungkin bendera putih memang sudah saatnya ia kibarkan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Darmini

Selebihnya
Karma Manis untuk Tuan yang Sombong

Karma Manis untuk Tuan yang Sombong

Romantis

5.0

Arunika Kinanti tidak pernah membayangkan nasibnya akan berakhir setragis ini. Menjadi gadis yatim piatu yang menumpang di kediaman megah keluarga Adiwangsa seharusnya menjadi jalan baginya untuk meraih pendidikan yang lebih baik. Namun, satu malam yang kelam menghancurkan segalanya. Ia terjebak dalam sebuah skandal panas dengan Arjuna Adiwangsa, putra mahkota keluarga tersebut sekaligus pria yang sudah ia anggap sebagai pelindung. Kejadian itu kian menyakitkan karena disaksikan langsung oleh Valerie, tunangan Arjuna, di saat Arjuna baru saja bersiap meresmikan ikatan cinta mereka ke jenjang pernikahan. Setelah malam itu, dunia berubah. Arjuna yang dulu hangat kini menatap Kinanti dengan sorot kebencian yang mendalam. Kinanti sempat melarikan diri, mencoba menghapus jejak dan memulai hidup baru di pinggiran kota. Namun, takdir berkata lain saat mereka bertemu kembali enam bulan kemudian dalam kondisi Kinanti yang tengah mengandung. Nasi telah menjadi bubur. Demi menjaga nama baik keluarga besar, Arjuna dipaksa menikahi Kinanti. Namun, pernikahan itu bukanlah pelabuhan yang damai, melainkan neraka dingin bagi Kinanti. Arjuna melampiaskan seluruh amarah dan kegagalan cintanya kepada Kinanti setiap hari. Tepat setelah janji suci diucapkan, Arjuna memberikan sebuah perjanjian tertulis yang kejam: "Aku menikahimu hanya karena janin itu. Begitu bayi itu lahir, aku akan menceraikanmu. Kau pergi dari hidupku selamanya, dan anak itu akan menjadi milik keluarga Adiwangsa sepenuhnya." Kini, Kinanti harus berjuang melewati masa kehamilannya di bawah atap yang sama dengan pria yang mencintainya dengan amarah, sembari menghitung hari menuju perpisahan dengan darah dagingnya sendiri.

Buku serupa

Gairah Liar Perselingkuhan

Gairah Liar Perselingkuhan

kodav
5.0

Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku