/0/24784/coverorgin.jpg?v=2f8224f0742e71367de30d7f48d128c9&imageMogr2/format/webp)
"Argh, sial! Aku kesiangan!"
Pijar, wanita yang tengah tergopoh-gopoh bersiap menuju kantor itu mengumpat. Dia kesiangan, di saat hari pertama kedatangan presdir baru di kantornya. Padahal, sebagai seorang sekretaris pribadi, dia seharusnya telah tiba lebih dulu untuk mempersiapkan segala hal untuk bosnya.
"Semua ini gara-gara pria brengsek itu!" umpatnya lagi, merujuk pada mantan kekasihnya yang kemarin baru saja mengakhiri hubungan mereka.
Setahun menjalin kasih, Pijar tak tahu jika orang tua mantannya tak pernah sekalipun memberikan restu. Kemudian, alih-alih berkata jujur dan mengajak untuk berjuang bersama, pria itu bersikap pecundang dengan memilih lari dengan wanita lain yang diinginkan orangtuanya.
Sekarang, dia hanya berharap bos barunya bisa memaklumi dan memaafkan keterlambatannya kali ini.
Jam telah menunjukkan pukul 9 pagi lebih sedikit. Dengan napas yang masih tersengal karena berlarian mengejar waktu, Pijar mengatur napas dan membenahi penampilannya sebelum akhirnya memasuki ruangan besar milik sang bos.
"Permisi, Pak."
Pijar bisa melihat sosok tinggi berdiri membelakanginya dengan angkuh. Kedua tangannya dijejalkan ke dalam saku celananya, rambutnya disisir rapi ke belakang. Aura dinginnya terasa membekukan.
Ucapan Pijar seolah hanyalah angin lalu. Lelaki itu tetap pada posisinya berdiri, tampak tidak tertarik dengan kedatangan sang sekretaris pribadi. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Lelaki itu pastilah menilai dirinya tidak kompeten karena keterlambatannya. Pijar meremas kedua tangannya, mencari ide untuk bisa menarik perhatian sang bos. Setidaknya agar dia tidak diabaikan.
Pijar melangkah dengan jantung bertalu keras. "Maaf atas keterlambatan saya. Perkenalkan, saya Pijar, sekretaris pribadi Bapak–" Lelaki itu berbalik dan menatapnya dengan dingin. Untuk beberapa saat, tubuh Pijar terpaku, kalimatnya bahkan menggantung begitu melihat sosok lelaki yang akan menjadi bosnya ini. "Elang," ujarnya lirih.
'Kenapa dia? Apa yang harus aku lakukan?'
Elang bukanlah sosok asing di hidup Pijar. Mereka pernah menghabiskan waktu yang cukup lama menjalin kasih. Sayang, karena masalah besar yang menimpa keluarganya, gadis itu menyerah dan merasa rendah diri untuk terus berada di sisi lelaki itu.
Kesalahpahaman kemudian semakin merembet, kala Elang menemukan alibi lain di balik keputusan Pijar untuk mengakhiri hubungan mereka, berbekal sebuah foto dirinya bersama seorang lelaki lain yang entah bagaimana bisa sampai di tangan lelaki itu.
Waktu itu, Pijar tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan. Kala itu, dia terlalu sibuk mengurus hidupnya yang seketika berubah drastis karena masalah yang tengah dihadapi. Dan rupanya, ketika kembali dipertemukan ... lelaki itu masih menaruh dendam padanya.
Berdiri di hadapan Elang bukan perkara mudah. Ada rasa takut dari trauma masa lalu yang kembali terbayang. Namun, Pijar sadar ... jika kali ini hubungan mereka hanyalah sekretaris dan atasan. Untuk itu, dia mencoba bersikap profesional.
"Pak, saya minta maaf atas keterlambatan saya. Saya ...." Pijar tidak melanjutkan ucapannya ketika lelaki itu kembali menatapnya dengan sinis dari balik singgasana.
"Keluar!" katanya dengan dingin. Suara baritonnya itu seolah mengaung di seluruh ruangan.
Wajah Pijar memerah. Delapan tahun bekerja di perusahaan ini, baru kali ini dia mendapat bentakan keras dari atasan karena keterlambatannya datang.
"Saya benar-benar minta maaf, Pak. Saya janji–"
"Kamu tidak dengar saya? Keluar!" usir lelaki itu sekali lagi.
Pijar mengangguk kaku setelah itu. Dia tidak ingin mendebat lagi lelaki yang berstatus sebagai bosnya tersebut.
Dia pikir, mungkin Elang butuh sedikit waktu untuk meredakan emosiya, tapi ketika dia hampir keluar, suara bosnya kembali terdengar membuat Pijar mengeratkan rahangnya kuat. "Kamu dipecat!"
"Dipecat?" Pijar mengulang kembali perkataan bosnya.
Awalnya, Pijar berpikir rasional, tidak mungkin sang atasan mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Namun, melihat bagaimana Elang dengan enteng mengucapkan kata-kata barusan, Pijar jadi sanksi kalau lelaki itu mampu bersikap profesional.
/0/23384/coverorgin.jpg?v=db8feda2729d6caf5fcb3f0c19f0c99b&imageMogr2/format/webp)
/0/18915/coverorgin.jpg?v=42c00b78c9227407354760d92aebd1c6&imageMogr2/format/webp)
/0/13435/coverorgin.jpg?v=b1f0165ac2936ce2f86b499f2b11694c&imageMogr2/format/webp)
/0/2989/coverorgin.jpg?v=6ef8556d998b3f817a9480e23208b8fe&imageMogr2/format/webp)
/0/26531/coverorgin.jpg?v=5ed47260901ec3fbb73269b2f811b02c&imageMogr2/format/webp)
/0/28714/coverorgin.jpg?v=a5cb30bac20d52f91b01e198c6014d06&imageMogr2/format/webp)
/0/14152/coverorgin.jpg?v=efdc21e45b5252f06d5cabf6bc2cffcf&imageMogr2/format/webp)
/0/11045/coverorgin.jpg?v=20c26a39a6fcfbd103538f6351776873&imageMogr2/format/webp)
/0/17276/coverorgin.jpg?v=f48421a3957cf0d2753dcda12edfd578&imageMogr2/format/webp)
/0/7042/coverorgin.jpg?v=27f31127643de9f31a2c5b18f320f5d4&imageMogr2/format/webp)
/0/15727/coverorgin.jpg?v=0f1e882d6f19ae2445370e17982db77a&imageMogr2/format/webp)
/0/16912/coverorgin.jpg?v=f539b6a09877af9e853a560afdfe7591&imageMogr2/format/webp)
/0/8954/coverorgin.jpg?v=01563f5e95e67a006cad0986e0903e43&imageMogr2/format/webp)
/0/2412/coverorgin.jpg?v=2f2d934aececc23f4d4e08a87a49b954&imageMogr2/format/webp)
/0/4878/coverorgin.jpg?v=785efcf09772410f495aac0be3917e23&imageMogr2/format/webp)
/0/10207/coverorgin.jpg?v=4ac57fc539ea6cc5f0b42d1ee095a5da&imageMogr2/format/webp)
/0/20147/coverorgin.jpg?v=094d6dee3fe128eb23ca338f58cea767&imageMogr2/format/webp)