Raelynn Harper hanya memiliki satu jalan keluar dari kehancuran reputasinya yang telah diporak-porandakan oleh perbuatan tak termaafkan seorang pria. Jika itu berarti menodongkan pisau lipat pada Tristan Blackwood, direktur muda yang namanya tengah bersinar di dunia hiburan, maka dia akan melakukannya tanpa ragu. Tristan memiliki segalanya-kekayaan, ketenaran, dan kekuatan-tapi apa yang dia miliki tak akan menghindarkannya dari tuntutan Raelynn, yang merasa dikhianati oleh adik Tristan, Kyle, yang telah menjanjikan untuk menikahinya, namun malah melarikan diri dari tanggung jawab itu. Raelynn ingin balas dendam, dan tidak ada yang bisa menghalanginya. Namun, Tristan ternyata bukan pria yang bisa dipermainkan begitu saja. Ia melihat tantangan Raelynn sebagai peluang untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Ia ingin wanita itu menjadi istrinya, dan dia tidak akan segan-segan memastikan bahwa harga diri Raelynn akan dihancurkan lebih dalam lagi.
Raelynn Harper berdiri di hadapan Tristan Blackwood, menatapnya dengan tatapan yang bisa membunuh. Setiap otot di tubuhnya menegang, dan hatinya terasa tertekan, seolah ada ribuan belati yang menusuk dari dalam. Tapi dia tidak akan mundur. Tidak sekarang. Tidak setelah semua yang dia alami.
Di tangannya, pisau lipat kecil berkilau di bawah lampu yang terang, memantulkan kilauan dingin yang hampir sama dengan rasa dingin yang mengalir di tubuhnya. Raelynn menahan napas, mengumpulkan keberanian yang seharusnya sudah lama hilang, dan mendekatkan pisau itu ke arah wajah Tristan. "Kamu pasti tahu mengapa aku di sini, kan?" katanya, suaranya datar namun penuh dengan kebencian yang menyala. "Kamu tahu betul."
Tristan Blackwood duduk dengan tenang di belakang meja kerjanya yang besar dan mewah, seakan tidak terpengaruh oleh keberadaan Raelynn yang berdiri begitu dekat dengannya dengan pisau itu. Wajahnya yang tampan, dengan garis rahang tegas dan mata tajam, tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan. Seolah-olah dia sudah terbiasa dengan ancaman. Hanya sebuah senyuman tipis yang bermain di sudut bibirnya, menyiratkan bahwa dia merasa lebih unggul.
"Aku rasa aku tahu," jawabnya dengan suara pelan, namun nada itu lebih terdengar seperti seseorang yang tengah menikmati permainan. "Kamu datang untuk meminta pertanggungjawaban, bukan?"
Raelynn merasakan darahnya mendidih. "Aku datang untuk menuntut keadilan," katanya dengan tegas, tetap mengarahkan pisau itu lebih dekat ke wajah Tristan. "Kyle Blackwood telah menghancurkan hidupku. Dia berjanji akan menikahiku, dan kemudian-" suaranya tercekat sejenak, teringat bagaimana dia begitu naif mempercayai kata-kata manis adik Tristan itu. "Kemudian dia menghilang begitu saja. Menghancurkan setiap harapan yang pernah aku miliki."
Tristan tidak bergerak. Bahkan, dia hanya menatapnya dengan mata yang penuh perhitungan, seperti seorang pemain catur yang sedang menganalisis langkah lawannya. "Kamu pikir dengan ini kamu bisa memperbaiki apa yang terjadi?" tanyanya, matanya sedikit menyipit, seolah-olah mencari celah dalam kata-kata Raelynn.
Raelynn menatapnya tajam. "Aku tidak berharap bisa memperbaiki apa pun," jawabnya dengan suara serak, berusaha menahan amarah yang hampir meluap. "Aku hanya ingin Kyle membayar atas pengkhianatannya. Dan kalau itu berarti aku harus memaksa kamu bertanggung jawab atas tindakan adikmu, maka aku akan melakukannya tanpa ragu."
Tristan tidak segera merespons, malah membiarkan beberapa detik berlalu dengan keheningan yang menegangkan. Suasana di ruangan itu terasa tebal, berat, seakan setiap detik yang berlalu membawa ketegangan yang semakin mendalam.
Kemudian, dengan gerakan yang terlalu cepat untuk diikuti, Tristan berdiri dari kursinya, matanya tetap menatap Raelynn tanpa rasa takut. "Kamu ingin aku bertanggung jawab?" Suaranya kini lebih dalam, lebih serius. "Baiklah, Raelynn. Kalau itu yang kamu inginkan, aku akan memberikan apa yang kamu minta."
Raelynn terkejut, namun dia tetap bertahan, tidak membiarkan dirinya goyah. "Aku ingin kamu menikah denganku," katanya, suara itu bahkan lebih keras dari sebelumnya, menggetarkan udara di sekitar mereka. "Aku ingin kamu menanggung konsekuensi atas semua yang telah terjadi."
Tristan terdiam, ekspresinya berubah menjadi tidak bisa dipahami. Namun, senyum tipis yang sebelumnya menghiasi wajahnya kini berubah menjadi senyum penuh perhitungan. "Menikah? Kamu ingin aku menikah denganmu?" Suaranya seperti sebuah permainan, tapi ada ketegangan di dalamnya, sesuatu yang lebih dari sekedar candaan. "Raelynn, aku rasa kamu tidak tahu apa yang kamu minta."
Raelynn bisa merasakan hatinya berdebar kencang, tapi dia tidak akan menunjukkan kelemahan. "Aku tahu persis apa yang aku inginkan," jawabnya, suara itu penuh dengan keteguhan. "Aku ingin Kyle bertanggung jawab. Aku ingin kamu menghadapinya, membayar dengan harga yang pantas untuk semua penderitaan yang dia sebabkan."
Tristan mendekat dengan langkah yang lambat namun pasti, matanya tak pernah lepas dari mata Raelynn. "Jadi, kamu pikir menikah denganmu adalah cara untuk menyelesaikan masalah ini? Kamu rasa dengan itu aku akan merasa bersalah? Kalau begitu, kamu salah besar."
Raelynn merasakan sebuah perasaan yang tak bisa dijelaskan menguasai dirinya. Tertantang? Tergoda? Dia sendiri tidak tahu. Namun, satu hal yang pasti-Tristan Blackwood bukanlah pria yang mudah dijinakkan. Dia adalah sosok yang terlalu berkuasa, terlalu cerdas, untuk dibiarkan begitu saja.
"Kenapa tidak?" tantang Raelynn, suara itu seperti duri yang menusuk. "Jika itu satu-satunya cara untuk mengakhiri semua ini, aku akan melakukannya. Kamu mungkin bisa menganggapku murahan karena menikahi pria yang hanya aku kenal lewat pengkhianatan, tapi aku tidak peduli. Yang penting, Kyle menerima balasannya."
Tristan memiringkan kepalanya, melihatnya dengan ekspresi yang lebih tertarik sekarang. "Raelynn, kamu terlalu keras kepala. Tapi aku suka itu." Ia melangkah lebih dekat, jaraknya kini begitu dekat hingga Raelynn bisa merasakan hawa panas yang keluar dari tubuh pria itu. "Kamu tahu, aku sedang butuh seorang istri. Dan jika itu yang kamu inginkan, aku akan memberikannya."
Raelynn terkejut. "Apa?" suaranya hampir tak terdengar, tapi hatinya berdegup lebih kencang, tanda bahwa dia tak siap dengan jawaban yang datang begitu cepat.
"Kenapa tidak?" kata Tristan, nadanya menggoda, meskipun ada sedikit rasa serius di baliknya. "Aku tidak peduli jika kamu melakukannya untuk uang atau untuk balas dendam. Tapi aku akan menikahimu. Itu akan menguntungkan kita berdua. Kamu ingin balas dendam, dan aku ingin seorang istri yang bisa menenangkan pengaruh buruk di luar sana. Kita berdua bisa saling memanfaatkan."
Raelynn tidak tahu harus merasa marah atau bingung. Bagaimana bisa pria ini begitu tenang, begitu yakin akan segalanya? Dia tahu Tristan Blackwood bukan pria yang bisa dipermainkan, dan sekarang dia menyadari bahwa dia mungkin terjebak dalam permainan yang lebih besar dari yang dia bayangkan.
"Kamu pikir aku akan tunduk begitu saja?" Raelynn bertanya, berusaha menunjukkan keteguhannya. "Aku tidak akan menjadi boneka dalam permainanmu, Tristan."
Tristan tersenyum penuh perhitungan. "Aku tidak pernah berpikir kamu akan begitu saja tunduk. Tapi aku ingin melihat sejauh mana kamu bisa bertahan dalam permainan ini, Raelynn. Karena aku berjanji, permainan ini baru saja dimulai."
Raelynn menatapnya tajam. Mereka berdua saling menantang, saling menghitung langkah berikutnya. Dan dalam diamnya, dia tahu satu hal pasti-semuanya akan berubah setelah hari ini.
Namun, di antara keheningan itu, hanya satu hal yang jelas di pikiran mereka berdua: Perang ini belum berakhir, dan siapapun yang kalah, akan merasa perih lebih dari sekadar fisik.
Buku lain oleh Rizal Syamsul Arifin
Selebihnya