/0/19910/coverorgin.jpg?v=0b94ad33c6c25cace4d10e28932213a4&imageMogr2/format/webp)
Langkahnya semakin cepat dari biasanya. Dia tidak ingin menimbulkan masalah karena alkohol yang membuat kesadarannya menurun. Dia khawatir namanya dan nama keluarganya akan tercemar. Sehingga, dia memutuskan untuk menghindar dari keramaian dan mencari tempat sepi untuk menghirup udara segar.
"Tunggu! Tolong, tunggu sebentar, Pak! Tunggu!"
Dia mendengar suara itu, tapi sengaja mengabaikannya dan terus berjalan.
"Andriyan Prakarsastra!"
Dia terpaksa berhenti. Perempuan itu pasti sangat nekat sampai berani memanggil namanya.
"Maaf, bukannya saya bermaksud lancang, Pak Andriyan, tapi bisakah Anda membantu kami? Kami sudah mencari-cari orang yang lewat di lorong ini, tapi hanya menemukan Pak Andriyan," ucapnya.
Dia menoleh dan melihat perempuan itu dengan wajah panik. Dia tidak menjawab apa-apa, hanya menatapnya dingin.
"Emm, nyonya saya mengeluh pusing dan tubuhnya lemas. Saya tidak tahu harus berbuat apa karena saya tidak kuat membopongnya sendirian. Saya sangat khawatir dengan keadaan beliau, tapi tidak ada orang baik yang mau membantu kami. Saya takut kalau nyonya malah menerima bantuan dari pria-pria hidung belang itu."
Dia menghela napas panjang. Perempuan itu semakin ketakutan.
"Harapan kami besar terhadap Anda?"
Dia akhirnya berbalik dan berjalan tegas ke arah perempuan itu. Perempuan itu terkesima melihat wajahnya yang tampan dan anggun. Dia seperti reinkarnasi pangeran Eropa. Semua fitur wajahnya sempurna, mulai dari kulit, alis, hingga bibirnya. Dia merasa Tuhan menciptakannya dengan senyum dan kebanggaan.
Jadi ini yang bernama Andriyan Prakarsastra? Keturunan Keluarga Prakarsastra yang paling tampan. Walau keluarga itu memang memiliki pengaruh besar di negara ini, tapi Andriyan paling unggul karena wajahnya mencuri banyak perhatian. Bahkan banyak perempuan yang bersedia untuk sujud di kakinya. Sekarang aku bisa mengerti mengapa nyonya sangat memuja pria ini sampai tidak bosan membicarakannya setiap saat, batin Senka.
Kalau ada nominasi pria paling tampan di negara untuk tahun ini, pasti dimenangkan Andriyan Prakarsastra. Jika ada yang membicarakan Keluarga Prakarsastra, pasti yang diingat adalah Andriyan yang fenomenal.
“… jadi saya ulangi sekali lagi, ada yang bisa saya bantu?”
Wajah Senka langsung memerah malu saat sadar bahwa dia terlalu fokus memperhatikan wajah Andriyan sampai mengabaikan ucapannya. “Ah, maaf! Emm, jadi saya sedang menunggu seorang pria baik dan bertanggung jawab yang lewat untuk membantu. Ini semua demi keamanan nyonya saya. Tapi tidak ada siapa pun yang lewat dari tadi, jadi saya semakin mencemaskan kondisi nyonya saya. Sekarang akhirnya saya bertemu dengan Bapak. Bisakah Anda membantu untuk memapah nyonya saya ke hotel mana pun yang terdekat? Saya tidak percaya siapa pun untuk menyentuh tubuh beliau.”
Trik murahan yang bisa dengan mudah dibaca, pikir Andriyan yang memasukkan tangannya ke salah satu saku celana sembari menyunggingkan senyuman.
Senka pun mempersilakan Andriyan agar mengikutinya. Sampai di tempat yang sedikit jauh dari aula acara dan sangat sepi, seorang perempuan yang dikuasai pengaruh alkohol itu menyambut Andriyan dengan penuh rasa lapar. Andriyan akan menjadi makanan penutup yang sangat berkesan baginya.
“Beliau adalah Bu Agnes Prananta,” ucap Senka.
Agnes Prananta … Andriyan tau nama itu.
Baru-baru ini bisnis yang dimiliki oleh keluarga mereka memiliki peningkatan yang signifikan sehingga disebut perintis beruntung. Kebetulan sekali usaha mereka melejit karena promosi atau iklan mereka viral di sosial media. Akan sangat merugikan jika seorang Agnes Prananta, putri bungsu dari Keluarga Prananta, diekspos di sosial media sedang mabuk berat dan menggoda pria. Begitu nekat sekali anak ini, pikir Andriyan.
“Situasi yang sangat genting, ya,” ucap Andriyan yang sebenarnya sengaja bersikap sarkastik, namun Senka yang hanya asisten tanpa memiliki kecakapan intelektual, tidak paham dengan tutur Andriyan. Ia pun berjalan mendekati Agnes yang duduk sambil bersandar pada pilar. “Permisi.”
Agnes tentu langsung menoleh. Pria tampan ini … dia harus mendapatkannya malam ini. “Ya?”
“Anda sudah mabuk. Bolehkah saya membantu Anda ke tempat yang lebih aman? Pelayan Anda sudah sangat mencemaskan Anda.”
Senka menepuk bahu Andriyan beberapa kali. “Pak, saya akan memesankan hotelnya terlebih dahulu. Anda dan Bu Agnes bisa menyusul ke sana, ya. Saya akan pergi ke Hotel Harrington lebih dulu,” pamitnya.
Andriyan membalas dengan senyuman, yang membuat Senka pun langsung salah tingkah di tempat. Kalau dia masih di sini dalam waktu lama, mungkin sudah keburu mimisan. Maka ia harus segera bergegas memberikan kesempatan atasannya berduaan dengan Andriyan.
/0/15760/coverorgin.jpg?v=1f2915ec59d5fb1fa4f5cc0e3bb76ead&imageMogr2/format/webp)
/0/6012/coverorgin.jpg?v=e8445efdfadb5c6fc6d5e4b709a055d0&imageMogr2/format/webp)
/0/14138/coverorgin.jpg?v=87e52d7932e2a15905969f825ab3827f&imageMogr2/format/webp)
/0/6566/coverorgin.jpg?v=e51a037ac9e4b4d252eeae327caf31c1&imageMogr2/format/webp)
/0/9691/coverorgin.jpg?v=33d241f60ee8cd7b8b1794c29783df65&imageMogr2/format/webp)
/0/13284/coverorgin.jpg?v=0164974f04d5466869e60973664689bb&imageMogr2/format/webp)
/0/23706/coverorgin.jpg?v=20250429185642&imageMogr2/format/webp)
/0/7088/coverorgin.jpg?v=3cd83effd415f842e346e05b12fa2d11&imageMogr2/format/webp)
/0/14222/coverorgin.jpg?v=f38c423e0a6e5a8941e3c9af64fe2f85&imageMogr2/format/webp)
/0/2833/coverorgin.jpg?v=a58f3b98d261cff564235692fa8f38f9&imageMogr2/format/webp)