"Dalam waktu dua jam, lo bakal jatuh hati sama gue." Helen Keller. Menjadi Pemain adalah salah satu hal menyenangkan bagi Helen, beribu pria dibumi sudah iya taklukkan dalam waktu dua jam dengan cara elegan. Bukan tanpa alasan, hanya saja iya merasa bosan dengan satu pria saja. Sedangkan disisi lain... "Dalam waktu lima menit lo bakal takluk sama gue." Arbino Young Jyi Arbino Young Jyi seorang psikolog namun namanya dikenal dalam dunia bisnis. Seorang pengusaha sukses yang akan menjadi mangsa Helen kali ini. Bagaimana? Apa kalian tertarik membaca novel ku? Jika, iya, jangan lupa simak, ya!
"Heh! Bisa gak sih? Jalan yang cepat!" teriak Hellen yang sudah sangat geram terhadap sopir maxim yang lima belas menit lalu iya pesan.
Sopir maxim itu terlihat terkejut.
"Lo bisa nyopir gak sih? Lelet amat!"
"Ini Jakarta, wajar macet, neng!"
"Lo masih nyaut? Lo cuma sopir. Cukup dengerin apa yang gue ucapkan! Paham?!" Ucapan penuh penekanan itu berhasil membuat sopir bungkam.
Pagi-pagi begini Helen ada janji di sebuah cafe, untuk menemui target yang dia dapat dari dating chat.
Sesekali Helen menatap cermin, memastikan apakah dia sudah sempurna atau tidak. Nyatanya memang wajahnya nyaris sempurna. Manis dapet, cantik dapet plus imut.
"Percuma cantik, attidue nya kurang," gumam Supir maxim pelan. Namun masih bisa di dengar oleh Helen.
Helen mencoba untuk tetap memasang wajah datar, memang apa yang dikatakan sopir itu, toh ada benarnya, pikirnya.
Tujuan sebentar lagi akan segera sampai, dan benar saja, beberapa detik, mobil Avanza berwarna silver itu masuk ke pekarangan cafe yang begitu mewah dan menakjubkan.
Pemandangan yang ditunjukkan kepada pengunjung nyaris mewah dan berkelas. Di tambah banyak bunga-bunga yang menghiasi juga dekorasi nya sangat elegan. Tempat ini memang di pesan husus oleh fatner kencan Helen.
"Apa dia setajir itu?" Pikir Helen, matanya benar-benar takjub. Dia sangat tidak sabar untuk bertemu dengan fatner kencan nya.
"Neng, malah bengong, udah sampe," Pak Sopir membuyarkan lamunan Helen.
"Oh iya, saya tau. Hmm, berapa?" Tanya Helen sembari mengeluarkan dompetnya.
"54ribu," timpal Pak Sopir membuat Helen terpongoh.
"Memang harus semahal itu? Gak sampe sejam, di map cuma 15 menit, lo nya aja lelet, nahh 15ribu kan? Dihitung permenit aja gimana? satu menit hanya duaribu? Jadi kita hitung, 15 dikali duaribu. Jadi yang harus gue bayar 30ribu," ujar Helenn memberikan uang pas. Sopir itu hanya diam sambil pasrah mengambil uangnya dengan penuh keterpaksaan.
"Suruh siapa lo tadi ngatain gue!" Gumam Helen seraya turun dari mobil nya.
Dia berjalan dengan sangat hati-hati karena menggunakan sepatu tinggi. Jalan nya sangat elegan dan tentunya mencerminkan kepribadian wanita mandiri. Percaya lah Helen belajar berjalan ala-ala model begitu menghabiskan waktu dua minggu.
"Oke, saatnya tunjukan pesona Lo!"
Helen berjalan dengan sangat baik tentunya, dia mampu menjadi sorot perhatian para tamu sampai semua pelayan yang ada di sana menatap nya takjub. Cara berjalan Helen sangat cantik, hampir seperti model. Dan tas yang dipakai menjadi sorot perhatian, karena itu memang barang branded original keluaran terbaru. Yang sengaja iya beli lusa dari hasil nipu sang mangsa.
"Helen, itu kamu?" Seorang pria menghentikan langkahnya. Merasa terpanggil, Helen pun menoleh ke samping, iya tersenyum simpul tanpa dilebar-lebarkan, tubuhnya tetap tegap dan anggun.
"Andres?" Helen akhirnya bertanya. Pria yang bernama Andres itu mengangguk sepontan, membuat Helen lega, karena sudah bertemu dengan fatner kencan nya.
Pria bernama Andres itu mengajak Helen ke meja yang sudah iya pesan. Sesampainya di meja, pria itu menarik kursi untuk Helen, dengan senang hati Helen langsung duduk.
"Mau pesen apa?" Tanya Andres.
"Untuk saat ini, aku hanya menginginkan kopi saja," timpal Helen lembut. Hal itu tentu membuat Andres semakin menyukai Helen, karena sikapnya benar-benar sangat dewasa dan hanya berbicara seperlunya saja.
Andres pun memesan apa yang diinginkan Helen. Mereka berbincang tentang masa masa SMA hingga masa masa percintaan.
"Oh iya, kamu saat ini ada pacar?" Tanya Andres.
Pertanyaan itu yang di nanti nantikan oleh Helen. Jika seorang pria sudah menanyakan hal tentang pribadi pasti dia menyimpan rasa suka.
Helen tampak diam. Sebenarnya dia sudah menyiapkan jawaban yang tepat untuk itu, namun hanya ingin membuat seorang Andres penasaran saja.
"Hel, kok diam? Kamu ada kekasih, yah?" Tanya Andres memasang wajah cemberut.
Fix! Dia suka sama Helen.
"Mungkin untuk saat ini, akan ada," timpal Helen membuat Andres penasaran setengah mati.
"Maksudnya?" Andres masih memberikan pertanyaan.
"Eh udah jam setengah dua belas," ucap Helen mengalihkan pembicaraan, iya menatap jam arloji yang sengaja dilingkarkan di tangan nya.
"Aku ada meating hari ini, aku harus hadir. Jika tidak perusahaan aku bangkrut, soalnya ini memang ada kaitan dengan saham perusahaan," ucap Helen menunjukkan wajah sedihnya.
"Maksudnya? Berapa banyak dana yang dibutuhkan perusahaan mu?" Tanya Andres berharap bisa membantu Hellen.
"Hanya 5M," timpal Helen.
"Aku pamit dulu," Helen hendak bangkit. Namun tangan nya cepat di cegah Andres.
"Aku transfer ya," ucap Andres seraya menuntun Helen untuk duduk kembali.
"Sini nomor rekening mu!"
"Memang tidak papa?"
"Iya, kirimkan lewat WhatsApp saja!"
"Ini tidak merepotkan mu?"
"Tidak Helen, dari awal aku sudah jatuh hati padamu, jadi aku akan selalu membantu mu, aku tidak akan membiarkan mu kesusahan." Lagi-lagi pria itu berkata tulus. Membuat Hati seorang Herlen bersorak gembira. Karena dalam waktu dua jam iya mampu membuat Andres jatuh hati pada nya.
Helen pun mengirimkan nomor rekening nya.
"Sudah terkirim ya, kamu tidak perlu khawatir. Kalau ada apa-apa panggil aku saja,"
Helen mengangguk. Dari tadi tatapan matanya memang tak beralih dari mata Andres. Itu iya lakukan agar lawan jenis bisa cepat jatuh hati kepadanya.
"Mau pulang sendiri? Atau mau dianterin?" Tanya Andres menawarkan. Di hari pertama bertemu pria itu memang sangat perhatian terhadap Helen.
"Untuk saat ini, sepertinya tidak perlu," tolak Helen tegas. Karena jika Andres mengetahui rumahnya, bisa bahaya untuk kedepannya, karena memang tujuan Helen hanya ingin mempermainkan perasaan lelaki itu juga memeras uang nya dengan cara elegan, tidak mengemis.
"Yasudah, kamu hati-hati pulang nya, oh iya, kamu mau kan kalau kita ada hubungan lebih?" Tanya Andres yang ingin memperjelas hubungan dirinya karena itu sangat mengganggu pikiran nya.
"Aku pikir-pikir dulu," ucap Helen tetap tak mau memperjelas hubungan nya, karena iya ingin tetap cool tak mudah didapatkan meski sudah ditransfer banyak uang. Value nya harus tetap terlihat. Dan harus terlihat seperti cewek mahal. Untung saja fatner kencan nya sangat penyabar.
"Tidak mau memesan makanan? Untuk di take uwey?" Pria itu tetap memperlihatkan perhatian nya.
Helen menggeleng. Seperti nya hal semacam membungkus makanan terlalu ribet untuk hidup Hellen.
"Ayolah, kamu hanya minum kopi saja dari tadi, aku jadi khawatir, jangan sampai kencan pertama kita bikin kamu kelaparan," ujar Andres seraya mengusap kepala Helen. Hal itu membuat Hellen menpis tangan Andres dengan kasar.
"Jangan seperti ini, ini di depan umum. Jangan seperti itu, jangan bermesraan di depan umum, tidak enak jika dilihat orang lain," ujar Helen manis.
Salut!
Andres benar-benar terpana dengan wanita seunik Helen. Gadis itu sepertinya memang tidak ingin disentuh sedikit pun jika dihadapan umum. Sangat menghormati dirinya, dan juga memperhatikan sekitar.
Buku lain oleh elva yunita
Selebihnya