Shana Maheswari menjadi pengantin pengganti untuk Ilyas Dadvar atas kesepakatan keluarga. Karena latar belakang Shana, membuat Ilyas kesulitan untuk menceraikan apalagi melakukan poligami saat kekasih tercinta kembali mengisi relung hati. Shana selalu bersabar, memberi cinta tanpa menerima timbal balik dari Ilyas. Tapi, perlahan kesabaran itu mencapai batasnya. Shana mengajukan gugatan cerai dan memilih menikah dengan kakak angkatnya sendiri, Alister Ditya Maheswari. Hal yang dianggap Ilyas lucu itu, justru semakin berjalannya waktu hati mulai cemburu. Tapi, akankah Shana kembali pada Ilyas yang cinta setelah bercerai? Atau melanjutkan hidup bersama pria yang cinta mati padanya, yakni Alister.
Ketimbang menumpuk rasa malu. Ilyas Davdar yang ditinggal pasangannya saat pernikahan, terpaksa melanjutkan resepsi dengan Shana Maheswari sebagai penggantinya.
"Kamu baru saja pulang Mas, kamu mau pergi lagi?"
Mata Shana memandang Ilyas yang melepas jas. Pria yang sejak dulu disukai oleh Shana, telah menjadi suami baginya. Status yang kerap membuat Shana melayang saking bahagianya.
Namun, khayalan manis itu ibarat permen kapas yang termakan angin. Sudah lebih dulu habis sebelum dimakan.
Ilyas terus saja menemui kekasih yang kabur di hari pernikahan. Tanpa memikirkan perasaan Shana secuil pun.
"Kamu mau mengintip?" Hanya kata itu yang Ilyas lontarkan, dengan mata melirik serius.
"Aku sedang berganti baju," imbuh Ilyas.
"Salah jika istri melihat suami ganti baju? Mata ini sama sekali tidak berdosa."
Raut wajah Ilyas berubah kesal. Apalagi melihat Shana yang mendekat untuk meraih jas di atas kursi. Hidung Shana mengendus parfum di sana.
"Kamu kurang kerjaan? Mengendus jas milikku," bertepatan dengan perkataan itu, Ilyas merampas paksa jas dari tangan Shana.
"Kamu mau menemui Tiara lagi?" selidik Shana.
Biarlah Shana menjadi wanita egois dan serakah. Ilyas telah menjadi suaminya, tak sudi Shana berbagi dengan orang lain. Apalagi itu masa lalu bagi Ilyas.
"Tiara di rumah sakit, aku harus menemaninya."
Pada malam pertama, bukannya Shana mendapat perhatian dari suami. Justru Ilyas ditelepon karena Tiara kecelakaan dan masuk rumah sakit.
Terhitung satu bulan sudah hari ini. Selepas pulang kerja, Ilyas akan pulang hanya untuk berganti baju. Lantas, pergi lagi. Menemani Tiara di rumah sakit.
"Perlu aku ingatkan berapa kali lagi Mas? Kamu sudah jadi suami orang. Ada istri di rumah, kenapa kamu masih mencari--"
Ilyas berdecak kesal. "Kan sudah aku bilang. Tiara itu sebatang kara, kalau bukan aku yang jaga mau siapa lagi."
Shana membisu dengan mata memandang kecewa pada Ilyas.
"Tetaplah di rumah," pinta Shana, entah sudah berapa puluh kali.
"Mama selalu menyinggung aku tidak bisa mengurus suami."
Ilyas meraih jas baru di lemari. "Hanya itu? Aku kira mama menyinggung soal poligami juga."
Tangan Shana mengepal. Pria yang dirinya lihat begitu ramah dan sopan, ternyata memiliki sifat seperti ini.
"Memang kamu berani melakukannya?" tantang Shana.
Ilyas langsung tertawa. "Benar, kalau kulakukan. Bisa-bisa rumah ini hancur."
Sudah tahu konsekuensi dari mengkhianati Shana adalah kehancuran bagi keluarga. Tapi, Ilyas tetap memilih meninggalkan Shana sendirian di kamar. Menorehkan luka yang sudah tak terhitung jumlahnya pada hati Shana.
Shana memandang kepergian Ilyas dengan mata sudah berkaca-kaca. "Apa aku setidak menarik itu? Sampai kamu tidak betah di rumah dan terus mencarinya, Mas?"
***
"Berikan minumanku cepat!"
Helaan napas benar-benar tersamarkan, setelah bercampur dengan suara musik yang bising sekaligus mulut-mulut yang bernyanyi ria.
"Berhenti minum Pak Al, Anda tidak takut diseret ibu Shana?"
Alister Ditya Maheswari menggebrak meja. Dia kesal dengan sekretaris bernama Fuad ini yang begitu menuruti permintaan Shana, selaku adik angkat bagi Alister.
"Dia tidak akan berani ke sini, jadi cepat berikan!" tagih Alister dengan kesal.
Sejak pukul tujuh malam, dia ditemani sekretaris mampir ke pub untuk bersenang-senang. Namun, hobi Alister dalam meneguk habis minuman, justru dibatasi oleh Shana melalui Fuad.
Pandangan Fuad menjadi sangat serius, lantas menjadi kaget. Alister memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil paksa botol dari tangan Fuad.
"Pak, bukankah itu Pak Ilyas ya? Dia datang dengan ibu Shana?"
"Jangan coba-coba mengelabui aku. Shana tidak suka tempat seperti ini," keluh Alister mulai ragu hanya untuk meneguk minuman dalam botol.
Takut, jika Ilyas benar-benar datang bersama Shana. Maka, tamat sudah riwayat Alister.
"Bukan ternyata Pak. Pak Ilyas bersama wanita lain."
Begitu mendengar ucapan Fuad. Pandangan Alister mulai fokus ke arah Ilyas yang memeluk pinggang seorang wanita. Dia mengenal dengan baik, hingga tubuh langsung berdiri dari duduk.
"Dia Tiara, kekasih Ilyas," ujar Alister memberi tahu.
Fuad menoleh kaget. "Tiara? Yang kabur sebelum akad dengan pak Ilyas?"
"Ya si brengsek itu, kenapa harus kabur segala kan?"
Alister terlihat sangat kesal. Karena saat Shana menikah, dia sedang dinas di luar negeri. Ucapan selamat yang semula dirangkai hati-hati untuk Ilyas, tapi begitu mengetahui kalau Shana yang menikah. Alister kebakaran jenggot, bahkan mulai membenci Ilyas.
Fuad lebih kaget lagi saat Alister memecah botol alkohol di atas meja. Membuat musik berhenti dan perhatian langsung tertuju pada mereka. Bahkan Ilyas pun ikut melirik ke arah Alister yang menyeringai dengan kaget.
"Pak, Anda tidak berniat membunuh suami adik Anda kan?" bisik Fuad dengan takut, melihat pecahan botol tergenggam oleh Alister.
"Suami? Hanya aku yang boleh disebut suami oleh Shana."
Alister menyukai Shana sebanyak wanita itu menaruh hati pada Ilyas. Namun, status saudara angkat di antara mereka membuat Alister kesal setengah mati.
"Pak!"
Fuad mengikuti Alister dengan waspada. Tidak pernah tergambar dalam rencana mereka untuk menghabisi Ilyas.
"Dia menuju ke sini."
Melihat Tiara yang takut dan bersembunyi di balik tubuh, Ilyas langsung memundurkan langkah demi mengamankan sang kekasih tercinta.
"Kak," sebut Ilyas sedikit gugup.
Alister berdiri tepat di hadapan Ilyas dengan tangan masih menggenggam pecahan botol. Dia mengulas senyum ke arah Tiara yang menunjukkan raut takut. Dasar makhluk lemah.
"Setahuku, belum ada pernikahan yang diadakan di tempat pub kan?" singgung Alister.
"Kalian mau aku nikahkan tidak? Aku bersedia jadi saksi kok," lanjut Alister membuat Ilyas menatap serius.
"Apa yang kamu bicarakan sebenarnya Kak?"
Lantas, pandangan Alister jatuh pada Tiara yang makin disembunyikan oleh Ilyas.
"Kalau kamu masih mencintai wanita ini, nikahi saja dia."
"Kakak kan tahu sendiri, aku tidak bisa menceraikan Shana atau pun menikah lagi." Ilyas mulai berani berpendapat.
Alister langsung menyeringai. Dia sangat tahu kelemahan Ilyas apa. Takut jatuh miskin setelah ditendang dari keluarga karena mempermainkan Shana.
"Aku dengan sukarela akan bantu. Asalkan kamu lepaskan Shana."
Mata Ilyas memandang dengan lekat. Namun, tak berani berkomentar. Ketahuan oleh Alister saja, Ilyas sudah berusaha mencari cara untuk menyangkal jika sampai Alister memberi tahu keluarga.
"Aku serius," ujar Alister sembari tersenyum, "karena aku akan menikahi Shana nantinya."
Fuad langsung menghela napas melihat Alister yang begitu terang-terangan. Padahal nyonya besar melarang Alister menunjukkan rasa suka terhadap Shana.
Alister benar-benar kesal dengan ibu sendiri. Demi menjauhkan dia dari Shana, wanita tua itu buru-buru menikahkan Shana dengan Ilyas.
"Kak Al jangan bercanda, di mata umum kalian adalah kakak beradik."
Ilyas sudah tersenyum, merasa lucu dengan ucapan dari Alister. Ilyas berpikir, kalau Alister hanya mencari cara supaya Shana diceraikan.
Namun, menceraikan Shana. Sama saja dengan Ilyas harus rela kehilangan investasi yang keluarga Maheswari berikan.
Alister menyeringai. "Lantas kenapa? Aku menikahi Shana, bukan mata umum."
Buku lain oleh Kaiwen
Selebihnya