"Jangan berharap banyak dengan perjodohan ini, Aku tak akan pernah bisa mencintaimu." Zain Manuel "Beri aku waktu satu minggu untuk mendekatimu, aku pastikan kamu akan mencintaiku." Freya Dirgantara
"kamu jangan berharap banyak dengan hubungan ini. Aku tidak akan pernah bisa mencintaimu."ucap Zain dingin dengan sorot mata yang tajam menatap lawan bicaranya.
"Hahahah.." tanpa merasa di intimindasi, wanita cantik di hadapannya justru tertawa seolah apa yang di ucapkan Zain adalah sesuatu yang lucu
"Kau pikir aku sedang melucu" hardik Zain
"Upss... Maaf. Ternyata selain dingin kau juga terlalu percaya diri." Sahut wanita itu tanpa rasa takut.
Zain nampak menaikan satu alisnya, menunggu wanita dihadapannya menyelesaikan ucapannya.
"Kau bilang jika kau tidak akan mungkin mencintaiku. Aku merasa itu adalah sesuatu yang lucu menurutku. Cinta itu karunia Tuhan, jika Tuhan sudah menautkan hatimu untukku maka kaupun tak akan bisa mengelaknya. Ya kecuali kalau kau seorang Gay tanpa dimintapun aku akan mundur tanpa kau minta."seloroh wanita itu dengan entengnya.
"Jangan asal bicara. Saya normal." Bantah Zain tak terima dengan tuduhan yang ditujukan pada dirinya
"Alhamdulillah kalau begitu berarti kita bisa melanjutkan rencana perjodohan ini." Seru wanita di hadapan Zain dengan raut wajah gembira
"Saya menolak perjodohan ini. Aku rasa pendengaran anda masih berfungsi dengan baik" sahut Zain yang masih tetap pada pendiriannya.
"Kenapa tidak kamu sendiri saja yang menolaknya?" Tanya Freya santai
"Kalau saya bisa sudah saya lakukan" jawab Zain singkat.
"Beri aku satu alasan kenapa aku harus menolak perjodohan ini?" Tanya Freya
"Karena semuanya ada di kendalimu saat ini" Jawab Zain dingin membuat Freya mengambil kesimpulan jika Zain tak kuasa menolak perjodohan ini karena orangtuanya.
"Tidak, aku tidak mau menolak perjodohan ini" tolak Freya mantap sembari menggelengkan kepalanya
"Hah.. Kenapa kau keras kepala sekali?" Geram Zain kesal
"Ini bukan karena keras kepala, melainkan kerena cinta" ujar Freya yang tanpa sadar mengungkapkan perasaannya.
"Cinta?" Ulang zian.
"Ya, aku telah Jatuh cinta padamu sejak pandangan pertama. Kau mungkin menganggapku gila tapi itulah kenyataannya. Kau tau jantungku berdetak cepat saat pertama kali bertemu denganmu" tanpa rasa sungkan, Freya menarik tangan Zain dan meletakkannya pada dadanya.
Deg..
Zain dapat merasakan detak jantung Freya yang berdetak lebih cepat. Begitupun juga dirinya yang merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya, namun dengan cepat ia mengelaknya.
"Kau gila" Zain menarik tangannya dengan cepat
"Ya aku memang gila dan telah tergila-gila padamu" aku Freya dengan wajah polosnya.
"Beri aku waktu satu minggu untuk membuatmu jatuh cinta padaku. Selanjutnya kita akan menikah dan hidup bahagia." Pinta Freya dengan percaya diri.
"Jatuh cinta kepadamu, cih.. itu tidak akan mungkin." Zain berkata dengan angkuhnya
"Tidak ada yang tidak mungkin untuk orang yang jatuh cinta. Kamu pasti akan tergila-gila denganku. Bahkan mungkin kurang dari satu minggu" Kata freya tersenyum manis
"Dalam mimpimu ." Jawab Fatih dingin
"Semua memang berawal dari mimpi. Dan mimpi itu akan menjadi nyata." Freya masih berkata santai tanpa takut dengan lawan bicaranya.
"Ok, jika dalam satu minggu tidak bisa membuat saya jatuh cinta. Silahkan batalkan perjodohan ini." Zain akhirnya mengambil keputusan karena tidak mau berdebat.
"Tapi jika kau gagal maka kau harus pergi dan jangan pernah tunjukan wajahmu di hadapan saya" lanjut zain
"Deal." Jawab Amira sepat sembari mengulurkan tangan untuk menyetujui kesepakatan.
"Deal" zain membalas jabatan tangan freya
"Siapkan hatimu untuk menerima wanita cantik dengan sejuta pesona Freya Dirgantara." Freya mengecup punggung tangan Zain hingga membuat Zain terkejut.
"Sepertinya sudah cukup pembicaraan kita, Aku permisi dulu karena harus menjemput adikku. Assalamu'alaikum calon imamku" Freya bangkit dari duduknya lalu berlalu pergi dari hadapan Zain tanpa menoleh ke belakang.
"Yang benar saja, mama menjodohkan ku dengan perempuan bar-bar seperti dia" gumam Zain.
Flashback on
3 hari yang lalu
"aku tidak mau disuntik, hua....aaaa...mbak Aya tolong Kenzo." Teriak seorang anak empat tahun bernama Kenzo yang menggema di ruangan IGD
"Kenzo, tenang ya ada mbak Aya disini" bisik Freya ditelinga Kenzo yang mencoba menenangkan adiknya.
"Nggak mau mbak Aya, ayo kita pulang. Kenzo nggak papa kok, nanti di obati dirumah saja sama mbak Aya. Hu..u..u..u.."Kenzo kecil masih berontak dan menangis
"Ada apa ini?" Tanya Zain salah satu dokter Bedah di RS Gemilang ketika memasuki ruangan IGD
" ini dok, ada pasien anak terluka di keningnya yang lumayan cukup dalam dan harus dijahit tapi anaknya berontak karena tidak mau disuntik bius." Jelas kepala perawat IGD
Dokter Zain segera berjalan mendekat ke arah Kenzo yang duduk di blankar memeluk erat leher kakaknya Freya.
"sttt...tenang dek, Cuma sebentar tidak akan sakit. Nanti abis ini mbak belikan es krim ya" bujuk Freya yang dibalas gelengan oleh Arshen
"Assalamu'alaikum anak ganteng siapa namanya?" tanya dokter Zain lembut
"Walaikum salam. Kenzo om dokter." Jawab Kenzo sesegukan
" Kenzo mau di obati Sama om dokter nggak?"Tanya Zain ramah
" Enggak,nanti sakit kalau disuntik."jawab Kenzo dengan polosnya
"Tapi nanti kalau nggak diobati, lukanya akan infeksi dan nggak sembuh-sembuh. Kasihan bundanya nanti jadi sedih kalau Kenzo sakit. Om dokter janji Cuma sebentar. Kenzo kalau takut tutup mata saja dan berdo'a ya." bujuk dokter zain dengan lembut
Kenzo melonggarkan tangannya di leher sang kakak. Di tatapnya wajah sang kakak yang ternyata sudah berurai air mata.
"Mbak Aya nangis karena Kenzo ya?" Tanya Kenzo dengan polosnya.
"Kenzo di obati ya" pinta Freya sembari mengusap air matanya secara kasar.
"Om dokter Kenzo nggak ingin melihat mbak Aya menangis. Kenzo mau di obati tapi sambil meluk mbak Aya ya." Pinta Kenzo yang di angguki oleh Zain. Sedangkan Freya dan para perawat disana terlihat tersenyum lega.
Kenzo segera memejamkan matanya dengan posisi masih memeluk erat leher Freya dan menjadikan bahu sang kakak sebagai sandaran. Dokter Zain segera meminta peratalan jahit. Tak butuh waktu lama bagi Zain untuk menjahit luka di kening Kenzo setelah sebelumnya ia berikan bius lokal.
"alhamdulillah sudah selesai. Kenzo bisa buka matanya." Kata dokter Zain
Kenzo membuka matanya secara perlahan lalu meraba luka di keningnya dengan tangan kanannya
" wow om dokter punya tangan magic ya kok cepet banget ngobatin luka Kenzo tanpa rasa sakit." seru Kenzo kagum akan sosok dokter Zain
"Bukan karena tangan magic tapi memang Kenzonya yang anak hebat." puji dokter Zain
"Sudah jangan menangis, Kenzo baik-baik saja" dokter Zain tanpa sadar mengelus rambut Freya.
Sikap lembut dari dokter Zain kepada Freya seketika membuat para perawat melting karena untuk pertama kalinya ia melihat Zain bersikap lembut selain kepada anak kecil.
"mbak Aya lihat kening Kenzo sudah di Obati sama om dokter ganteng." Kenzo menunjuk keningnya yang sudah di perban.
"kenzo memang jagoannya Mbak Aya. Cepat sembuh ya" Freya memberikan kecupan pada kening Kenzo lembut
"Terimakasih ya dok" Freya memutar tubuhnya menghadap dokter zain yang memang dari tadi ada di belakangnya.
Deg..deg..deg.. jantung Freya berdetak cepat saat pandangan matanya menatap dokter Zain.
'Masyaallah, ini dokter ganteng banget, bawa Freya ke KUA bang.' Gumam Amira dalam hati yang menatap kagum akan paras dokter Fatih
"sama-sama itu sudah tugas saya. Oya, ini resep obatnya bisa di ambil di apotik nanti kontrol lagi tiga hari untuk diganti perbannya. Semoga Kenzo cepat sembuh. Saya permisi dulu. Assalamu'alaikum" Dokter zain memberikan resep obat lalu berbalik meninggalkan ruangan IGD.
"Kak kapan kita pulang?" Pertanyaan Kenzo seketika membuat Freya tersadar dari lamunannya.
"Sus, itu tadi dokter siapa?" Tanya Freya kepada perawat yang sedang membereskan peralatan untuk menjahit kening Kenzo.
" Dokter Zain Imanuel salah satu dokter bedah terbaik di RS Gemilang ini." Jawab suster.
'Dokter Zain Imanuel, nama yang tampan sesuai orangnya. Fix jika kita kemu lagi nlberarti kamu jodohku' gumam Freya tersenyum.
Setelah mengetahui nama dokter Zain , Amira segera menggandeng adiknya untuk keluar dari pintu IGD untuk menebus obat ke apotik agar bisa segera pulang"