Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Siswiku Canduku

Siswiku Canduku

Es Pucil

5.0
Komentar
7.2K
Penayangan
36
Bab

16+ | ROMANSA || SEDANG BERLANGSUNG Bertengkar dengan sang istri, hingga menjadikan kelab sebagai pelarian. Bertemu wanita malam, dan berhubungan dengannya. Esoknya, Chandra mendapati fakta bahwa wanita yang ia tiduri semalam adalah siswinya sendiri. _______ Di dunia ini, Chandra hanya mencintai satu perempuan : Rashila Ghana-yang memiliki gangguan kejiwaan sehingga membenci para pengkhianat. Seharusnya, Chandra mengerti itu, dan menanamkan dalam dirinya. Namun, ia malah melanggar kepercayaan Shila dengan melakukan hubungan satu malam bersama perempuan asing. Perempuan, yang membuat hidup Chandra bercabang: Mishall Afifah-siswinya sendiri. Mana yang harus Chandra pilih? Shila, istrinya yang sakit jiwa, atau Mishall, siswi yang membuatnya kecanduan tanpa sadar?

Bab 1 Kegilaan di Malam Hari

Vas bunga yang melayang dari tangan Shila nyaris mengenai Chandra seandainya pria itu tidak cepat mengelak. Dengan kegagalan tersebut, Shila semakin menggeram keras.

"Pergi kamu! Aku nggak mau liat muka kamu! Aku muak! Muak!" Shila menunjukkan semua kemarahannya.

"Fine! Aku pergi! Aku nggak akan pernah balik lagi ke sini!" ucap Chandra dengan amarah sama menggebunya.

"Fu*k you! B*ngsat! Pergi!" Urat-urat leher Shila menonjol semuanya. Mata wanita itu sudah membengkak dengan warna merah mendominasi. Seluruh wajahnya basah, campuran air mata dan keringat. Sama-sama asin yang memberikan rasa perih sampai di dalam hatinya.

Chandra menendang pintu sebelum akhirnya keluar dari rumah. Ia menggeram, mengeluarkan semua amarah yang dipendamnya sedari tadi. Chandra seumur-umur tidak pernah membentak orang lain, apalagi itu Shila, wanita yang dicintainya dari SMA hingga saat ini, setelah pernikahan kedua tahun mereka.

Namun, semuanya tidak berjalan lancar. Faktor eksternal dan internal terus menghunjam hubungan mereka hingga selalu bertengkar setiap hari. Tidak adanya kehadiran anak, karir yang sedang tinggi-tingginya sehingga semua hal dikorbankan, dan kecanduan obat-obatan terlarang. Semua itu ada pada Shila, dan Chandra bersedia menerima wanitanya itu bagaimanapun jua. Bahkan, meski dengan pekerjaan sederhana, Chandra mau mengambil alih tugas mencari nafkah agar istrinya tidak terbebani.

Namun, wanita itu sudah terlanjur sakit. Sikap possessive-nya benar-benar mengekang Chandra. Bahkan walau pria itu hanya bertegur sapa atau sekadar bersikap ramah dengan tetangga wanita, Shila akan langsung mengamuk. Masih mending jika yang dihajarnya hanya Chandra, tetapi Shila malah menghakimi si wanita itu sampai amarahnya mereda.

Chandra tidak tahan. Ia menjambak rambutnya sendiri sembari berjalan tanpa arah. Bahkan, kakinya hanya dialasi sandal rumahan.

Langkahnya menyusuri jalan raya dipelankan. Mengecek ponsel mengharapkan adanya pesan dari sang istri, tetapi notifikasinya hanya didominasi oleh pesan grup. Chandra tanpa selera membukanya.

ALUMNI SMA ADIWARNA

Tristan

Gw di depan rumah lo, Fan. Buru keluar.

Arfan

Hubungin si DJ, mo beneran ikut kagak

Tristan

Gw telpon2 nggak diangkat

Arfan

Jadi nggak dia ikutnya

Hanya empat pesan itu yang sempat dibaca oleh Chandra. Dia tanpa minat mengetik di layar ponsel.

Chandramawa Ahtar

W ikut

Tristan

Yeee Sibang*at ikut.

Kemarin2 diajakin nggak ada kabar

Arfan

Yo'i. Diajakยฒin sampe ngemis kite, nggak ditanggepin

Chandramawa Ahtar

Bacot

W otw ke rumah lo, Fan

Chandra benar-benar lelah sekarang. Ia menyugar rambutnya lalu memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. Menghentikan taksi lalu segera bergerak menuju rumah sahabatnya.

*

Dari awal, Chandra tahu bahwa teman-temannya akan keluar nongkrong. Namun, yang ada dalam pikirannya hanya kafe outdoor dengan secangkir kopi yang menenangkan.

Tetapi yang didapati Chandra hanya musik dengan volume keras, lampu remang-remang, dan aroma alkohol menyengat. Pening kepalanya bertambah. Setiap kali ia akan kembali, Tristan mencegahnya.

"Kalau lo bokek, gue yang bayarin. Itung-itung perayaan akhirnya lo mau ikut kita-kita," kata Tristan.

"Yo'i. Dari dulu kita itu pengen pamer cogannya SMA ADIWARNA sama cewek-cewek, eh elonya jual mahal. Sekarang, udah ke sini dengan sendirinya. Kita have fun, sambil lo cari pelarian. Cewek emang sedikit membosankan kalau udah dinikahi."

Ucapan Daniel yang lebih sering disebut DJ itu, segera mendapat pelototan dari Chandra. Sungguh, istrinya selalu yang terbaik, meski minusnya banyak.

Tristan memisahkan diri. Sementara Arfan dan Daniel memaksa Chandra duduk di sofa maroon di pinggir ruangan.

Demi apapun, sakit kepala Chandra bertambah Sekarang. Dia hanya butuh pulang dan tidur.

Namun, Tristan datang dengan menggandeng seorang wanita. Ia juga menyediakan gelas ke masing-masing temannya dan diri sendiri. Setiap gelas berbentuk tabung kecil itu diisi cairan bening sampai setengah.

"Pilih-pilih ceweknya, diobral ceweknya." Tristan terbahak-bahak dan menyesap minumannya sekali teguk.

"Buat Chandra pilihin, Tris. Dia salah pilih Mulu perasaan. Pilih istri kok yang kayak singa." Lagi, Daniel sangat hobi mengganggu kenyamanan temannya itu.

"Ah, gue ahlinya kalau milih cewek." Tristan meletakkan gelasnya di meja. Ia kemudian menggesek tangannya di dagu sambil mencari-cari wanita yang sibuk bergoyang di tengah ruangan.

"Yang itu cocok. Uh, goyangannya mantap pasti!" seru Tristan. Ia kemudian bertepuk tangan. Saat beberapa wanita menoleh, Tristan hanya perlu menunjuk wanita dengan dress setengah paha warna hitam tersebut, dan ia langsung didatangi.

Semua perhatian tertuju pada wanita itu. Dengan tinggi sekitar 157 senti, dan senyuman khas menggoda, ketiga pria itu langsung takjub.

"Ah, gila emang pilihan Lo, Tris!" seru Daniel. "Tapi tepos, njir."

"Banyakin remes aja, ntar bakalan gede kok." Tristan menanggapi ringan. Ia lalu mengalihkan perhatian pada wanita yang baru dipanggilnya itu. "Tuh, temen gue, puasin dia."

Wanita itu langsung melipat tangan di depan dada. "B*lowjob 1 juta. Making out 2 juta. Making love 3 juta per jam, keluar di luar, pakai pengaman. Keluar di dalem 5 juta per jam. Sewa kamar belum termasuk."

"Njir mahal amat!" Daniel angkat suara. "Perawan aja nggak semahal itu, njir."

Wanita itu mencondongkan tubuh pada Daniel dengan wajah jengkel.

"Emang perawanmu itu bisa lo puas? Kalau service gue, nggak puas, jaminan uang kembali. Lo nggak bakalan dapat service premium kayak yang gue lakuin dari cewek manapun."

"Wah, gila. Lo langsung urus temen gue yang polos itu." Tristan langsung menunjuk Chandra yang langsung mengibaskan tangan menolak.

Namun, wanita itu sangat lincah menghampiri Chandra.

"Pilih yang mana? BJ? MO? ML?"

"Pokoknya puasin aja. Ntar bayaran, gue yang urus."

"Tristan!" tegur Chandra tegas. Ia ingin menunjukkan amarahnya, tetapi seketika lenyap tergantikan malu saat wanita itu dengan cepat merayap di pahanya. "Plis, jangan dengerin dia. Saya sudah menikah." Namun, sia-sia saja Chandra menunjukkan cincin pernikahannya. Wanita itu tetap menggapai kancing celananya, membuka tanpa segan.

Chandra tertegun dengan wajah wanita itu. Ia menahan dagu wanita itu dan meneliti wajahnya baik-baik.

"Berapa usia kamu?" tanya Chandra.

Wanita itu tampak kesal. Bibir merahnya mengerucut. "25."

"Tapi kamu tidak terlihat setua itu," pungkas Chandra.

"Itu nggak penting!" Bersamaan dengan itu, resleting celananya sudah turun.

Chandra kalap saat wanita itu tidak memiliki malu sama sekali.

"K-kamu mau melakukannya di sini?" tanya Chandra gugup.

Yang benar saja. Di sini ada puluhan orang asing, dan wanita ini dengan sangat kurang ajarnya mau melakukan service di depan banyak orang?

Wanita itu menoleh pada Tristan. "Dia mau sewa kamar."

Tristan yang saat itu sedang bercumbu dengan wanitanya, mendorong wanita itu sebentar. "Sewa kamar. Gue yang bayar."

Wanita di depan Chandra langsung berdiri. "Ayo!"

Chandra hanya melongo di sini. Temannya begitu mudah memasukkan Chandra ke dalam masalah, dan wanita itu dengan sangat murahnya langsung memberikan tubuhnya hanya demi uang.

"Lo nggak mau?" tanya wanita itu dengan sinis.

Chandra berdiri. Ia memperbaiki celananya yang terbuka.

"Gue mau pulang! Kalian senang-senang aja." Chandra langsung berbalik, meninggalkan semuanya yang terbahak mengejek Chandra sebagai suami takut istri.

Sampai di depan kelab, Chandra berhenti sebentar. Mengusap rambutnya secara kasar. Seputusasa bagaimanapun Chandra, ia tidak boleh mengkhianati istrinya. Tidak boleh.

Tangannya secara tiba-tiba digenggam lembut. Wanita itu pelakunya. Ia tersenyum lebar khas perempuan biasa. Chandra tertegun sebentar. Wanita itu benar-benar seperti berusia belasan tahun saja. Matanya menyiratkan ketulusan, dan itu menghipnotis Chandra. Tanpa berpikir, dia mengikuti ke mana wanita itu membawanya.

Chandra lalu ditarik kasar hingga bersandar di mobil. Ia baru sadar saat pintu mobil terbuka.

"Gue mau uang," kata wanita itu.

"Kamu cari pelanggan lain." Chandra hendak pergi. Namun, wanita itu begitu sigap mencari saat Chandra lengah dan memaksa Chandra masuk mobil dan menguncinya.

"Lo nggak selingkuh. Lo cuman bantu gue dapat duit. Jadi, diem aja. Gue yang kerja."

Chandra kalap menahan kedua tangan lincah itu. Ia berusaha mencari pertolongan, dan berusaha membuka pintu mobil. Namun, selalu saja wanita itu berhasil mendominasi.

"Plis-plis, stop." Chandra menahan bahu t*lanj*ng Wanita itu tetapi tetap saja kecolongan.

"Waw." Wanita itu terpekik kecil lalu melirik Chandra. "Gue yakin, kalian bertengkar pasti bukan karena bosan atau cinta. Huh, Lo menang dalam masalah kepuasan perempuan."

Chandra sama sekali tidak mengerti apa pun yang wanita itu ucapkan. Hanya bisa merasakan sensasi yang entah harus dibilang buruk, tetapi ia menyukainya, atau sensasi indah, tetapi hatinya terbebani.

Urat-urat lehernya menonjol saat ia menengadah akibat perbuatan wanita yang menunduk di depan perutnya ini. Tentang bagaimana cara wanita itu menaik-turunkan kepalanya dalam tempo yang sangat pas dengan kebutuhan Chandra, tentang lidah panjang nan lihai milik wanita itu yang seakan mengobrak-abrik seluruh pertahanan dan perasaan Chandra. Semua tentang bagaimana cara wanita itu bekerja, semuanya benar-benar menghancurkan.

*

Chandra terganggu dengan bau apek yang menyesak. Ia segera bangun dan menyingkirkan sebuah baju dari wajahnya.

"Bangun pe'a! Udah bikin mobil gue bau, sekarang mau santai-santai tidur! Lo nggak kerja?" Semburan pertanyaan langsung datang dari Tristan.

Chandra memijit pelipisnya, pusing karena dua hal: kantuk yang belum mereda karena keasyikan bermain sampai tengah malam kemarin, serta menyesal sudah mengkhianati istrinya. Tapi sungguh, Chandra sulit menolak wanita semalam, apalagi dengan hatinya yang berantakan setelah bertengkar dengan Shila.

"Gue nggak suka lo campurin urusan gue kayak semalam, Tris." Chandra tidak tahu lagi mengenai perasaannya: terlalu marah sehingga bingung harus mengeluarkan dengan cara apa; atau benar-benar ingin mengubur dirinya sekarang dalam penyesalan. "Gue-sumpah-nggak tau lagi harus gimana ngehadepin Shila abis ini."

"Ya, Lo hadepin aja kayak biasanya, terus cerita, kalau Lo udah ada cewek lain. Dia ajak cerai, iyain aja. Gue bantu cariin istri. Lagian, gue kayak semalam itu kasihan banget sama lo, terlalu cinta buta sama Shila sampe korbanin semua yang lo punya, termasuk harga diri. Lo tinggalin istri kayak Shila itu."

"Nggak bisa."

Kalimat nasehat Tristan, Chandra tolak mentah-mentah. Ia segera bangkit dari tempat tidur. Berjalan sempoyongan menuju kamar mandi. Dia harus membersihkan semua jejak-jejak semalam sebelum pulang ke rumah, jika tidak, bukan vas lagi yang dilempar Shila, melainkan pisau.

*

Ketua OSIS SMA Adiwarna tengah menjelaskan beberapa permasalahan siswa selama 5 hari belakangan ini pada Chandra, guru Bimbingan dan Konseling. Dari puluhan daftar tersebut, nama Mishal Afifah yang memiliki frekuensi masalah paling banyak. Entah itu tidur saat jam pelajaran, selalu terlambat datang ke sekolah-bahkan sesekali ia datang saat pergantian jam pelajaran, membantah saat diberikan nasehat, sulit berkonsentrasi, dan selalu melupakan tugas sekolah.

"Apa perlu saya panggilkan, Pak?" Aksa, Ketua OSIS tersebut memberikan tawaran.

"Tidak perlu." Chandra menutup buku tersebut dan melepas kacamatanya. Ia memandang murid kepercayaannya itu dengan senyum tipis. "Hasil kerja kamu bagus. Saya senang akan hal itu," kata Chandra kemudian.

"Terimakasih, Pak." Lelaki berusia 17 tahun itu menunduk penuh penghormatan. "Saya pamit dulu, Pak."

"Silakan." Chandra menjulurkan tangan sebagai isyarat mempersilakan Aksa untuk kembali ke kelasnya.

Chandra mengecek kembali catatan masalah atas nama Mishal Afifah. Empat bulan terakhir ini, catatan masalahnya lebih banyak dibanding catatan baiknya. Bahkan, pernah hampir 1 bulan gadis itu tidak masuk sekolah.

Meninggalkan kursinya, pria itu berjalan tegap meninggalkan ruangan. Berbelok ke arah kiri. Suara bel tanda masuk berbunyi. Chandra tiba-tiba berhenti sebentar kala seorang gadis muncul di depannya, berjalan searah dengan Chandra dengan santai.

Gadis itu mengenakan rok abu ketat setengah paha. Rambutnya dikuncir ke belakang, serta tas kulit berwarna ungu. Pandangan Chandra turun ke bawah, melihat kaki gadis itu tidak dilapisi kaus kaki dan mengenakan sepatu putih.

Gadis itu masuk ke kelas XI IPS 4, tempat yang aka dituju Chandra. Saat masuk, semua penghuni kelas langsung senyap, yang sebelumnya penuh dengan keriuhan.

Chandra menatap mereka satu-persatu. "Yang bernama Mishal Afifah, maju ke sini!"

Gadis yang tadinya diikuti Chandra, dan belum sempat duduk di tempatnya, langsung menoleh pada Chandra.

Keduanya lalu membeku, dengan tatapan blank. Sulit diartikan. Membiarkan detik demi detik berlalu mengulang perbuatan mereka semalam. Chandra meneguk ludah secara kasar.

Dia tidak salah ingat. Dia nyaris hafal setiap inci dari wajah wanita yang ia pakai semalam. Bahkan, setiap ekspresi kenikmatan dari wanita semalam, ia bisa ingat dengan sangat baik.

S*alnya, wajah dan ekspresi itu tanpa diduga ada di depannya. Menatap bingung juga kepada Chandra.

"Saya Mishal Afifah." Gadis itu angkat suara, yang benar-benar mirip dengan suara wanita semalam.

Chandra berulang kali merutuk dirinya sendiri. Dia benar-benar tidak tahu, sudah melakukan hubungan terlarang dengan siswinya sendiri.

"K-kamu ...." Chandra tidak bisa mengontrol suaranya yang sedikit bergetar akibat terkejut. "Kamu ikut saya ke ruangan!" ucapnya tegas.

Saat Chandra melangkah cepat meninggalkan kelas, tidak ada yang tahu betapa kuatnya kepalan tangan pria itu. Tidak ada yang menyadari betapa gemetarnya kedua kaki Chandra akibat fakta buruk ini.

*

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Es Pucil

Selebihnya
Catatan Luka Istri Rahasia

Catatan Luka Istri Rahasia

Romantis

4.8

๐š‚๐šŽ๐š๐šŽ๐š•๐šŠ๐š‘ ๐šœ๐šŠ๐š๐šž ๐š๐šŠ๐š‘๐šž๐š— ๐š–๐šŽ๐š—๐š“๐šŠ๐š๐š’ ๐š’๐šœ๐š๐š›๐š’ ๐š›๐šŠ๐š‘๐šŠ๐šœ๐š’๐šŠ, ๐™ผ๐šŽ๐š๐š’๐š—๐šŠ ๐™ฐ๐šฃ-๐š‰๐šŠ๐š‘๐š›๐šŠ ๐š–๐šž๐š•๐šŠ๐š’ ๐š‹๐šŽ๐š›๐š˜๐š—๐š๐šŠ๐š” ๐š๐šŠ๐š— ๐š–๐šŽ๐š–๐šŠ๐š”๐šœ๐šŠ ๐šœ๐šž๐šŠ๐š–๐š’๐š—๐šข๐šŠ ๐šž๐š—๐š๐šž๐š” ๐š–๐šŽ๐š–๐š™๐šž๐š‹๐š•๐š’๐š”๐šŠ๐šœ๐š’๐š”๐šŠ๐š— ๐š™๐šŽ๐š›๐š—๐š’๐š”๐šŠ๐š‘๐šŠ๐š— ๐š–๐šŽ๐š›๐šŽ๐š”๐šŠ. ๐™ณ๐š’๐šŠ ๐š–๐šŠ๐š•๐šŠ๐š‘ ๐š๐š’๐šœ๐šŠ๐š–๐š‹๐šž๐š ๐š๐šŽ๐š—๐š๐šŠ๐š— ๐šœ๐šŠ๐š๐šž ๐š๐šŽ๐š–๐š’ ๐šœ๐šŠ๐š๐šž ๐š๐šŠ๐š”๐š๐šŠ ๐š”๐šŽ๐š•๐šŠ๐š– ๐š–๐šŠ๐šœ๐šŠ ๐š•๐šŠ๐š•๐šž ๐šœ๐šž๐šŠ๐š–๐š’๐š—๐šข๐šŠ. _______ Menjadi istri seorang aktor ternyata tidak selamanya indah. Aku mungkin salah satu orang yang tidak beruntung, karena hanya dianggap sebagai salah satu penggemar oleh suami sendiri. Aku hanya seorang istri rahasia, bukan wanita simpanan. Semua keluarga kami tahu, kecuali orang luar. Entah apa alasan dia menyembunyikan pernikahan ini dari khalayak umum. -Medina Az-Zahra- _______

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku